Selasa, 26 Januari 2016
Eksklusif Dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (2): Hobi Ngedrum Di Kala Senggang, Setelah Tua Pengen Ngajar & Jualan Bakso
Eksklusif Dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (1): “Banyak Yang Mendukung, Mungkin Tak Sedikit Yang Cemburu”
Presiden menginginkan para menteri dan pejabat negara memiliki kecerdasan jalanan. Anda termasuk menteri yang sering turun ke lapangan, mengecek pekerjaan infrastuktur. Mungkin Anda sudah termasuk memiliki katagori ini ya. Kami,orang-orang PU, sejak dulu memang orang lapangan. Itu natural. Pulang dari kerja lapangan, tidak pernah jam 4-5 sore. Itu wagu, risih. Masuk penginapan jam 9-10 malam. Kami-kamiyang sekarang di Jakarta ini, dulunya lama kerja di daerah dan turun lapangan. Misalnya, beliau (menunjuk Sekjen) bekerja lama sekali di Ambon. Saya juga di Semarang,Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan sebagainya. Jadi, sejak muda ya memang biasa “dijemur” di lapangan.
Saat ini, prosentasi kerja di lapangan, dan di kantoran, perbandingannya berapa persen? Setelah penandatangan kontrak pada tanggal 6 Januari 2016, saya akan sering turun ke lapangan untuk memastikan bahwa kotrak-kontrak tersebut dilaksanakan. Presiden pun setelah ground breaking kan begitu, datang lagi, datang lagi. Mengecek.
Bagaimana menghadapi orang-orang atau wakil rakyat yang mungkin menitip program atau usulan membangun infrastrukturdi daerah tertentu.
Pemerintah menugaskan Kementerian PU PR merenovasi venue Gelora Bung Karno dan membangun 15 tower Wisma Atlet serta sejumlah proyek untuk mendukung Asian Games 2018. Bagaimana upaya Kementerian agar proyek ini jangan sampai bernasib seperti Kasus Hambalang atau Wisma Atlet Jakabaring. Dari hasil analisa beberapa penelitian, sebanyak 70 persen penyimpangan, terjadi saat tender. Di situ penyakitnya. Karenanya, proses tender diperkuat dengan Pokja yang isinya anak-anak muda. Saya juga perbantukan Satgas untuk mengawasi. Saat rapat Satgas pertama, saya ingatkan, hati-hati melaksanakan proyek ini. Tidak boleh ada yang main-main. Kalau ada yang bilang, ini titipin si A, si B, saya tegaskan, ngga boleh ada. Saya keras dalam soal ini, karena saya sayang mereka. Saya benar-benar tak mau ada personal interest dan bikin malu. Untuk mendesain dan merehabilitasi GBK, kami ikutkan IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia). Progres pengerjaan Wisma Atlet di Kemayoran sebenarnya simpel saja. Desain dan lahan sudah ada. Inpresnya pun sudah ada. Izinmultiyears dari Keuangan pun sudah. Jadi, masalahnya tinggal di tender. Kalau lolos, aman.
Apakah Anda yakin kontraktor di daerah sudah mampu? Harus bisa. Saya yakin mampu. Kami juga meminta melalui Gapensi (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia), agar memantau kinerja anggotanya. Kita pernah mengundang Gapensi dan menyampaikan policy dari Presiden. Kalau ada kontraktor yang tidak baik kerjanya, ya Irjen akan turun dan memeriksa. Tidak langsung black-list tapi harus di-riksus dulu.
Tentang program sejuta rumah untuk rakyat, di permukaan kelihatannya cumateori.Sesungguhnya bagaimana? Tahun 2015, dana APBN untuk penyediaan rumah mencapai Rp7 Triliun, dengan alokasi pembiayaan LKPP sekitar Rp5,4 Triliun. Dari target 1 juta rumah itu, 603 ribu rumah untuk katagori MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Akhir Desember 2015, hasilnya, telahdibangun 667 ribu rumah MBR, sedangkan yang nonMBR belum dihitung. Ini artinya, untuk MBR, jumlah rumah yang dibangun melebihi targetnya. Bandingkan dengan 2014 dan tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata paling banyak 200-300 ribu saja. Nah, di tahun 2016, mudah-mudahan capaian pembangunan rumah MBR bisa diatas 667 ribu.
Isu reshuffle muncul tenggelam. Apakah ini menggangu konsentrasi Anda bekerja? Insya Allah tidak terganggu. Kami di Kementerian sempat kumpul, saat muncul isu-isu itu. Tapi, kami solid. ***
Sabtu, 23 Januari 2016
Wisata Syariah (3): Perlu Edukasi Tentang Servis dan Higienitas
Saya melakukan perjalanan ke dua porvinsi tersebut pertengahan Desember akhir tahun lalu. Di antara dua kunjungan itu, saya juga sempat singgah di Bali beberapa hari. Sehingga bisa merasakan perbedaan mendasar, dalam hal layanan kepada wisatawan di tiga tempat, Lombok, Bali dan Aceh.
Pelayanan termasuk persoalan serius di Lombok dan Aceh. Masyarakat perlu diedukasi agar paham konsep melayani dengan profesional. Apalagi agama Islam mengajarkan, tamu harus disambut, dijamu dan dimuliakan. Saat Saya di Aceh, misalnya, tour guidekurang komunikatif saat memberikan informasi tentang daerahnya. Layanan servis di rumah makan, hotel-hotel pun perlu lebih responsif.
Foto 2. Wisatawan menikmati mie Aceh di salah satu restauran di Banda Aceh.
Tentang higienitas atau kebersihan. Banyak lokasi makan enak tapi kebersihannya kurang meyakinkan. Misalnya, di Lombok dan Aceh ada restoran cukup besar dan makanannya terkenal enak. Tapi lalatnya juga banyak. Atau lantai, meja dan kursi kurang terawat.
Ketua Umum PWI Margiono dan rombongan, termasuk saya, pernah makan di salah satu restoran di Lombok yang cukup terkenal. Kami makan lahap karena enak. Bahkan nambah lauk berkali-kali. Andaikan tempat itu dibuat lebih bersih, pastilah makin diserbu pencinta kuliner.
Concern Gubernur NTB dan Gubernur Aceh tak perlu diragukan soal ini Keduanya pantas dapat acungan jempol karena komitmennya kuat terhadap program pariwisata syariah di daerahnya. Saat HUT Provinsi ke-57, 18 Desember 2015 lalu, Gubernur NTB Zainul Majdi berencana mengembangkan eco halal hub di wilayah Mandalika Resort, setelah Lombok meraih penghargaan “wisata halal” kelas dunia. Konsepnya, bukan ditujukan pada wisatawan muslim, tapi seluruh turis. Mereka yang non-muslim juga bisa menikmati pelayanan wisata halal. “Ini memberikan kenyamanan dan keamanan. Sekaligus bagi muslim, kemudahan dalam beribadah,” jelas Gubernur. Sarana, prasarana dan akses menuju lokasi wisata diperbaiki, hotel fasilitas halal, serta makanan minuman bersertifikat halal.
“Masyarakat kami sangat ramah dan bersahabat. Saya yakin wisatawan Timur Tengah yang berkunjung ke Lombok-Sumbawa, akan merasa seperti pulang ke daerahnya sendiri,” katanya.
Di wilayah Aceh, Gubernur Zaini Abdullah pun mendukung program wisata khusus syariah. Misalnya, Wonderful Ramadhan in Aceh, setiap bulan puasa. Banyak budaya unik dan menarik yang bisa diikuti turis.
Di Jakarta, Masyarakat Ekonomi syariah pernah menggelar diskusi bersama sejumlah pakar dan pengamat tentang Wisata Halal, Mei tahun lalu. Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Sapta Nirwandar mengingatkan, definisi wisata halal bukan sekedar makanannya yang halal. Tapi haruslah mencakup lifestyle. Intinya membuat turis muslim dunia nyaman berada di Indonesia.
Sedangkan menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, wisata halal itu baiknya mengacu kepada prinsip rahmatan lilalamin, rahmat bagi alam semesta. “Itu artinya universe, maka namanya Universal Tourism,” katanya. Sehingga, yang merasakan manfaat dari servis halal bukan hanya muslim, tapi semua orang. Yang ditonjolkan, adalah layanan profesional dengan nilai-nilai syariah.
Presiden Markplus & Co Hermawan Kertajaya juga menuturkan, halal lifestyle ditujukan kepada layanan. “Islami dicerminkan dalam perilaku layanan dan pemasaran dijalankan dengan jujur,” katanya.
Kalau prinsip-prinsip layanan profesional dan higienitas tercipta di Serambi Mekkah dan Bumi Gora, maka tak lama lagi, Indonesia bisa jadi kiblat wisata halal kelas dunia. ***
Artikel ini telah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Minggu, 17 Januari 2016
Senin, 18 Januari 2016
Wisata Syariah (2): Turis Timur Tengah Ke Indonesia Belum Banyak, Potensi Terbuka Lebar
Lombok yang biasa disebut Bumi Gora, di timur Indonesia. Dan Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah di barat Indonesia. Dua tempat ini paling potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata halal. Selain alam yang indah, budaya dan kulinernya menarik, suasana kehidupan religius masyarakatnya juga amat mendukung.
Wisata halal atau ada juga yang menyebut wisata syariah sebetulnya sudah booming duluan di luar Indonesia. Sepuluh tahun terakhir, Malaysia menerapkan konsep ini. Dan, sekitar 3-4 tahun belakangan, menyusul China, Thailand, Korea, Jepang dan Vietnam. Meski mayoritas penduduknya non-muslim, tapi mereka berani membidik pasar ini.
Potensi wisata halal amat besar. Pasarnya jelas. Indonesia harusnya bisa jadi kiblat wisata syariah dunia. The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) sebuah lembaga PBB di bidang pariwisata mencatat, jumlah wisatawan Timur Tengah sekitar 30-an juta setiap tahun. Dan hanya satu juta orang dari mereka yang menyambangi kawasan Asean. Lalu, tak sampai 200 ribu orang yang singgah ke Indonesia. Sisanya kemana? Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Asnawi Bahari menyebut, terbanyak ke Malaysia. Alasannya, kenyamanan dan keamanan. Ini ironi. Sebaliknya, orang Indonesia yang berkunjung ke Timur Tengah, jumlahnya jutaan. Dari umroh dan haji saja, bisa mencapai 6 jutaan jemaah pertahunnya.
Data menunjukkan, kedatangan turis Timur Tengah ke Indonesia menunjukkan tren bagus. Merujuk Kementerian Pariwisata, pertumbuhannya mencapai 26 persen di tahun 2014, atau sekitar 170 ribu orang. Tahun ini harapannya, naik hingga 300 ribuan orang. “Pasar bagus, dan konektivitas memadai,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, tentang ini. Setidaknya, sekarang ada empat maskapai besar Timur Tengah masuk ke Indonesia yaitu Etihad Airways, Qatar Airways, Emirates Airline dan Turkish Airline.
Untuk menarik mereka datang ke Indonesia, tuan rumah mesti menyiapkan keperluan yang mendukung wisata syariah. Definisinya tentu tak hanya menyiapkan makanan halal dan mushola atau mesjid di tempat wisata. Isu terpenting adalah infrastruktur yang memberi kemudahan akses menuju lokasi, layanan profesional dan higienitas atau kebersihan. ***
Artikel ini sudah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Minggu, 17 Januari 2016
Wisata Syariah (1): Serambi Mekkah & Bumi Gora, Pintu Wisata Halal Indonesia
Suatu siang di Desa Sade. Saya duduk di pondokan kayu beratap rumbia. Tiba-tiba sekelompok wanita berhijab, turis dari negeri Jiran mendekat. Berebutan, mereka duduk sedapatnya di sekitaran saya. “Beli yang ini. Bagus,” kata seorang diantara mereka, sambil memperlihatkan sebuah tas tenun. Yang diajak bicara, tertarik. Dia lalu beranjak, menuju salah satu toko dan mulai melihat-lihat. Selain tas, ada suvenir lainnya. Khas suku Sade. Tenunan Sade memang indah. Ada yang dikerjakan secara tradisional dengan tangan. Selembar kain dengan kualitas benang terbaik, harganya bisa jutaan rupiah, dan butuh pengerjaan berbulan-bulan.
Dusun Sade terletak di Nusa Tenggara Barat. Tak jauh dari Pantai Kuta, Lombok dan lokasinya cukup strategis. Berada di pinggiran jalan. Ini adalah perkampungan suku Sasak asli. Penduduk yang tinggal di situ jumlahnya sekitar 200 kepala keluarga, masih mempertahankan adat istiadat dan budaya asli Sasak. Tinggal di Bale Tani, rumah kayu dengan atap dari alang-alang kering dan rumbia, berdinding bambu. Lantainya terbuat dari campuran tanah, getah pohon dan olesan kotoran kerbau.
Saat berkunjung akhir tahun lalu, spot ini ramai dikunjungi turis. “Kami sekarang belajar bahasa Malaysia, karena turis dari sana mulai banyak,” kata salah seorang guide local di Dusun Sade. Bus-bus rombongan turis terlihat berjejeran. Parkir di lahan terbatas.
Foto 2. Seorang wanita sedang menenun kain khas Sasak.
Foto 3. Kain-kain tenun khas Sasak. Harganya bisa jutaan jika Benang yang ditenun kualitasnya bagus.
Selain Malaysia, tren turis dari negara-negara muslim, juga makin banyak ke Lombok. Ini salah satu dampak bagus, setelah Lombok ditetapkan sebagai The World’s Best Halal dan The World’s Best Halal Honeymoon Destination di ajang World Halal Travel Award di Dubai, tahun lalu.
Di Lombok, selain Gili yang amat populer, masih ada sekitar 100 spot yang belum jadi perhatiankhusus. Air terjun Benang Kelambu, misalnya, amat menakjubkan. Saya pernah ke sini. Infrastruktur jalannya belum mulus. Bergerinjul batu-batu. Pos informasi seadanya, dengan pemandu yang tidak cukup terlatih. Padahal, air terjunnya bisa jadi magnet luar biasa untuk turis. Tumpahan air jatuh dari balik rimbun pepohonan, membentuk tirai bening yang panjang.
Itu baru satu contoh. Budaya Lombok juga banyak yang unik. Misalnya, ritual bau nyale. Berburu cacing laut warna-warni didahului upacara dan ritual tradisional yang menarik. Sudah jadi agenda budaya, tapi butuh perhatian khusus agar turisnya makin banyak.
Tak kalah dengan Bali, pantai-pantai di Lombok pun cantik. Bahkan pasirnya, bukan hanya putih, ada yang pink, pasir butir lada, pasir hitam dan sebagainya. Belum kulinernya. Ayam taliwang dan plecing kangkung, nasi balap pucung khas Sasak, beberok dan masih banyak lagi.
Gold Island Di Ujung Barat
Sehari setelah peringatan 11 tahun Tsunami, Pantai Lampuuk Aceh ramai pengunjung. Wanita-wanita berhijab berlarian di pinggiran pantai. Mereka terlihat gembira. Baju gamisnya dibiarkan menyapu pasir pantai, dan sengaja basah oleh percikan ombak. Padahal, panas siang itu terasa menusuk kulit. Wanita bercelana panjang malah banyak yang langsung byuur, nyebur. Lalu berenang dengan pakaian tertutup. Teman-temannya bersorak.
Saya ada di situ. “Mungkin bagus ya, kalau di sini ada pusat watersport syariah. Permainan air yang seru tapi tetap syar’i dengan penyewaan pakaian renang muslim,” kata temanku, yang juga muslim. Dia sekarang birokrat di sebuah Kementerian.
Saya empat hari berada di Aceh. Kota ini sudah banyak berubah. Sudut-sudutnya bersih. Masjid Baiturrahman sedang diperindah dengan payung-payung otomatis di terasnya. Nanti bakalan seperti di Mesjid Nabawi. Yang rindu Madinah, mungkin bakal sedikit terobati kalau ke sini.
Aceh juga memiliki banyak spot yang berpotensi mendunia. Menurut Gubernur Aceh Zaini Abdullah, total destinasi wisata di wilayahnya sekitar 800 spot. Sabang di Pulau Weh, bahkan sudah cocok masuk katagori produk premium. Pantai-pantainya mempesona. Berkelok cantik dan air birunya bening bergradasi. Pada 2008, Great Britain Publishing memberi gelar Sabang sebagai The Gold Island dan memasukkan pulau ini di 501 destinasi yang harus dikunjungi di dunia.
Di Aceh, wisata juga akan terasa sebagai ziarah dan perenungan jiwa, karena ada lokasi untuk mengenang bencana Tsunami. Spot yang menarik dikunjungi, misalnya kapal nelayan di Gampung Lampulo yang tersangkut di atas rumah penduduk, Mesjid Rahmatullah di Lampuuk, kuburan massal 100 ribu korban tsunami di Meuraxa, dan Museum Tsunami.
Syaiful, salah seorang warga yang selamat, sempat memberi testimoni, saat saya ke Lampulo. “Saya nyaris tak sanggup melihat pemandangan di sekitaran air. Ada tangan putus, kaki mengapung. Atau anak kecil meninggal timbul tenggelam,” katanya. Ketika air surut, kapal kayu seberat 65 ton yang dia naiki, ternyata tersangkut di atas rumah. Jaraknya 1,5 kilometer dari Sungai Krueng Aceh.
Kapal Di Atas Rumah. Ini kondisi kapal nelayan di Gampong Lampulo. Terseret Tsunami dari Sungai Krueng Aceh.
Ada lagi yang kejadiannya mirip. Kapal PLTD Apung pengangkut pembangkit 10,5 megawatt. Panjangnya 63 meter dan mengapung di atas laut Desa Punge, Blancut. Dibawa ombak Tsunami, kapal ini terseret 5 kilometer. PLTD seberat 2.600 ton terbawa hampir ke tengah kota, dan terhempas di tengah pemukiman.
PLTD Apung di tengah Pemukiman. Ini jadi monumen pengingat Tsunami dan obyek wisata menarik di Aceh.
Kuburan massal di Meuraxa juga patut dikunjungi. Penataan makam ini dibantu oleh UNDP, sebuah lembaga PBB. Ada hamparan rumput, bebatuan serta rimbunan pepohonan, dibatasi dinding terbuka dengan lukisan asmaul husna di sekelilingnya. “Areal ini arsiteknya khusus lho. Seorang ahli di bidang desain pemakaman,” kata Arie Parikesit, yang pernah jadi personil UNDP saat recovery Aceh pasca Tsunami. Arie kini dikenal sebagai Pakar Kuliner Indonesia.
Mesjid Rahmatullah terletak sekitar 500 meter dari Pantai Lampuuk Aceh. Dan menjadi satu-satunya bangunan yang tetap berdiri saat diterjang Tsunami. Padahal, di sekitarnya, semua rumah luluh lantak dan 6000 ribu jiwa hilang. Saat ini, mesjid Rahmatullah telah diperbaiki dan sekelilingnya sudah hijau kembali.
Sedangkan Museum Tsunami, terasa amat menusuk kalbu. Begitu masuk ke dalam, langkah pertama sudah terasa menghanyutkan. Di lorong yang gelap, suasana dibuat seperti detik-detik Tsunami datang. Ada rintikan air hujan jatuh dilengkapi suara gemercik. Di ujungnya, cerobong besar dengan dinding bertuliskan nama-nama korban Tsunami. Lamat-lamat terdengar doa, dan kita pun langsung merasakan suasana berkabung amat dalam. Mendongkak ke atas, ada ujung cerobong dengan cahaya bertuliskan lafaz Allah. Hati pun rasanya bergetar.