Minggu, 22 Maret 2015

Erwin Aksa Gandeng Investor 300 Juta Dolar: Mimpi Jokowi Bangun Listrik 35 Ribu MW Mulai Terwujud


          Target Pemerintahan Jokowi membangun listrik 35 ribu Megawatt selama lima tahun, mulai diwujudkan. Bosowa, Grup perusahaan milik Aksa Mahmud, membangun PLTU di Jeneponto, Sulawesi Selatan, dengan menggandeng investor dari China. Proyek pertama yang terealisasi di era Pemerintahan Jokowi ini, nilainya mencapai 300 juta Dolar (atau sekitar Rp3,9 triliun).
          CEO Bosowa, Erwin Aksa menceritakan sedikit tentang ekspansi bisnisnya ini, Kamis (19/3) usai peletakan batu pertama dan pemancangan tiang proyek di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
PLTU Jeneponto Unit 1 & 2, Desa Punagaya, Bangkala
(Foto: Ratnasusilo)
          Mengapa Anda memilih Jeneponto untuk membangun PLTU? Di wilayah ini, lautnya tenang, dan memiliki teluk. Saat survei lahan, rupanya kondisi alam seperti ini paling ideal. Selain itu, beban listrik di daerah selatan tidak ada. Sehingga perlu suplai dari wilayah ini agar imbang.
          Bosowa menggandeng ZTP Corporation dari China untuk membangun PLTU. Berapa nilai investasinya dan bagaimana bentuk kerjasamanya? Investasi proyek ini 300 juta Dolar untuk membangun Unit 3 dan 4. Kerjasama menggunakan skema modal perbankan. China berani memberi kredit jangka panjang sampai 10 tahun. Bahkan, proyek sebelumnya bisa 12 tahun. Bagi kami, ini bisa membuat lebih ringan pembayaran. Kerjasama dengan investor China meliputi teknologi, pendanaan dan kontraktornya sekaligus.  
Kenapa Anda memilih investor China? Saat proyek Tahap 1 dulu, mereka membangun dan kualitasnya bagus. Saya tak mau kalau kualitas mesinnya banyak ngadat dan nggak normal. Ini mesin yang dipilih levelnya, first class.
 
Sermoni Pemancangan tiang proyek dan peletakan batu pertama PLTU Jeneponto Unit 3 & 4.
 (Foto istimewa by Bosowa/ Andi Suruji)
Erwin Aksa di ruang pengoperasian PLTU
(Foto by Ratnasusilo)
          Proyek PLTU ini adalah Tahap 2, membangun boiler Unit 3 dan 4. Adapun proyek Tahap 1 PLTU Jeneponto sudah diresmikan Desember 2012, dengan investasi saat itu senilai 250 juta Dolar. Proyeknya dibangun selama 18 bulan, dari target 30 bulan. Untuk Tahap 2, Erwin Aksa menargetkan selesai maksimal 26 bulan. Dengan ekspansi ini, kapasitas listrik yang dihasilkan bisa 500 MW. Menteri Koordinator Kemaritiman Prof Indroyono Soesilo yang hadir bersama Menteri ESDM mengatakan, pembangunan PLTU ini diharapkan jadi bagian pemenuhan target pemerintah, yaitu membangun pembangkit listrik 35 ribu MW dalam lima tahun. Khusus tahun ini, targetnya 7.400 MW.
          Mengapa Anda berinvestasi di pembangunan listrik? Kebutuhan listrik di Sulawesi Selatan cukup besar. Setiap tahun butuh pertambahan 80-100 MW. Kalau tak dibangun hari ini, bisa-bisa Sulawesi Selatan kena krisis listrik di tahun 2017-2018. Prinsipnya, kami harus membangun sebelum terjadi krisis listrik. Daerah lain mungkin krisis dulu baru dibangun. Untuk pasokan listrik di Sulawesi Selatan, PLN mengandalkan swasta. Sehingga idealnya, setiap 3 tahun dibuat konstruksi pembangkit baru. Kalau kita tidak membangun ini, proyek Bosowa lain pun, pasokan listriknya bisa terganggu.
          Bagaimana proses izin membangun pembangkit listrik. Apakah pengusaha menemui kesulitan? Pemerintahan baru ini mengeluarkan Permen (Peraturan Menteri), sehingga tarif listrik ditentukan sejak awal. Lain dengan dulu, ada negosiasi, proses permintaan proposal, lalu tender. Prosedurnya sekarang cukup cepat. Apalagi ini ekspansi dan lahannya sudah ada. Proses persetujuan hanya dua bulan, sejak diajukan.
Apakah bisnis ini marginnya cukup menguntungkan pengusaha? Lumayanlah. Lebih baik (keuntungannya) dari tarif sebelumnya. Kami menjual ke PLN levelize. Rata-rata 3,8 sen USD perKWH, selama 30 tahun. Atau sekitar 8 sen USD termasuk batubara dan maintenance.
          Setelah PLTU di Jeneponto, rencana berikutnya mau membangun apa lagi? Tunggu dulu. Lihat hasilnya ini. Luas lahan kami di sini sekitar 500 hektar, dan yang dipakai untuk membangun PLTU baru 80 hektar. Ke depan, mungkin bisa jadi kawasan industri. Apalagi daerah di sini tandus dan tertinggal, sehingga perlu dibangun. Bosowa saat ini sudah diminta membangun pembangkit di beberapa daerah. Tapi, itu nanti. Tunggu kejelasan aturannya dulu.
          Berapa tenaga kerja bisa diserap proyek ini? Pekerja bisa menyerap 3 ribuan orang, saat peak. Atau saat operasional bisa sekitar 200-an orang.
         
          Selain pembangkit dengan tenaga uap, Erwin juga punya cita-cita membangun pembangkit tenaga angin. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo bahkan ingin menjadikan wilayahnya seperti Belanda, punya kincir angin yang menghasilkan listrik. Indroyono Soesilo langsung menyambutnya. Dia janji menggerakan tenaga BPPT untuk melakukan penelitiannya. Saat Erwin Aksa ditanya soal ini, dia menjawab. “Di daerah ini bisa dikembangkan. Di sini anginnya cukup kencang. Kita ingin coba kembangkan tapi mungkin untuk kebutuhan internal dulu,” katanya.
          Bosowa, konglomerasi bisnis nasional yang berbasis di Sulawesi Selatan menyadari, tanpa listrik memadai, pertumbuhan ekonomi dan industri di wilayah ini akan terhambat. Kelompok usaha Bosowa didirikan dan dibangun 44 tahun lalu, dan kini telah menjadi salah satu pemain utama ekonomi nasional. Memiliki enam kelompok usaha utama yakni semen, otomotif, energy & resources, properti, jasa keuangan, pendidikan, serta satu grup portofolio investasi dengan bisnis infrastruktur, media dan agrobisnis. NAN (Telah dimuat di Rakyat Merdeka, edisi Senin 23 Maret 2015)

Kamis, 12 Maret 2015

Apakah Sudah Waktunya Membenci Jokowi?

Apakah sudah waktunya membenci Jokowi? Pertanyaan yang kerap dilontarkan sejumlah Jokowi Lovers. Beberapa kelihatan mulai kecewa, hari-hari terakhir ini.

          Perkembangan ekonomi belakangan ini memang kurang menyenangkan. Ditandai dengan rupiah yang terus loyo. Hari ini bahkan menyentuh ke Rp13.200-an. Ada analis yang memprediksi Rupiah bakal makin letoy. Bisa Rp15.000-an sampai ke penghujung tahun. Ini artinya pengusaha yang punya utang dalam Dolar, menjerit makin keras. Kalau di-rupiahkan, mungkin hitungannya, utang dia naik 30-an persen, hanya dalam waktu 3-4 bulan terakhir.          


ilustrasi by liputan6.com

Pemerintah sendiri “nggak bunyi” alias banyak diamnya. Wapres dan beberapa menteri kalau ditanya, jawabannya santai betul. Pokoknya, kondisi ekonomi Indonesia aman, stabil, terkendali. Pelemahan rupiah karena faktor eksternal, karena ekonomi Amerika lagi membaik. Intinya, Indonesia tak perlu khawatir. Kamis ini, Jokowi komentarnya begini: Gubernur BI tenang, saya juga tenang. Kenyataannya? Bener nggak sih kita tenang. Apa goyangan rupiah ini terasa ke rakyat?

Awal pekan kemarin, sempat ke pasar. Eh, harga beras belum turun beneran. Dan cabe kok makin mahalita. “Ini cabe mahal, karena musim hujan, Bu. Jadi susah panen dan transportasinya,” kata Ibu penjual. Sepertinya, itu jawaban asal bunyi saja. Sayuran impor juga harganya goyang. Wortel Rp3.000 sebiji, jagung Rp4.000 sebuah. Busyet, Tempe kesukaannku juga mihil. Maklum, kedele-nya impor. Lebih tragis lagi, kopi starbuck sudah naik pula harganya.

Pagi ke pasar, siangnya ketemu Diplomat Malaysia. Sambil makan siang di kawasan Senayan, tema perbincangan agak serius. Isu-isu politik Indonesia-Malaysia memang kerap menarik. TKI, mobnas, nasib Jokowi sampai pertanyaan tentang reshuffle kabinet. Hah? Baru 4 bulan, masa sudah ada gosip reshuffle kabinet.

“Kalau itu benar terjadi, saya....,” kata Diplomat ini, sambil tangan kiri mengibas di dahinya. Seperti tanda memberi hormat. Mungkin maksudnya, dia salut pada Jokowi, jika benar-benar berani mengganti sejumlah menteri, di saat pemerintahan baru seumur jagung. Saya dan sahabat yang menemani dia ngobrol pun tertawa liat reaksinya. 

“Kenapa tidak berani? Jokowi sepertinya tipikal pemimpin yang bisa mengambil keputusan ekstrim kalau diperlukan,” jawab saya. Karakter Jokowi khas. Sepertinya, tidak mudah terkesan pada seseorang, tidak mudah memberi pujian dan tidak mudah percaya, bahkan pada orang yang kerap bekerja di sampingnya. “Jadi reshuffle itu sebuah kemungkinan. Saya bakal tidak heran, andaikan menteri yang selama ini dikenal amat dekat dengan Presiden pun bisa saja di-reshuffle,” tambah saya.

Dia makin heran. Tapi, sambil senyum, lalu dia bilang. “Makin ke sini, Saya mulai belong to Jokowi,” ucapnya, campur-campur Bahasa Inggris khas Melayu. Tiap kali ada kawan di negara saya yang mengkritik Jokowi, saya spontan balas. “Saya bilang, tak begitu, tapi... bla.. bla,” katanya sambil tertawa. Dia memuji Jokowi. Tenang tapi menghayutkan. Seperti ketakutan, padahal aksinya bisa mematikan.          

Isu reshuffle memang sempat bergulir sebulan kemarin. Sumbernya tak jelas, tapi cukup ramai. Ada yang bilang, Teuku Umar kurang sreg dengan performa sejumlah menteri, bahkan beberapa ada di lingkaran utama Presiden. Tapi, soal ini tak pernah terkonfirmasi. Puan Maharani malah pernah bilang, “Itu terserah Presiden, nyamannya bagaimana,” kata dia saat suatu kali ditanya reshuffle.          

Selesai ketemu Diplomat Malaysia, obrolan pindah tempat. Tapi, topik pembicaraan rupanya sama saja. Wartawan senior, kawan ngopi paling setia mancing-mancing lagi soal politik. Dia ini termasuk Jokowi Lover. Lawan diskusinya, bos saya, yang kadang jadi SBY Lover. Nah, hari itu, dua-duanya ada di hadapan saya. Seru dah.          

Soal manuver yang terjadi di KPK, Polri, lalu sejumlah partai, terasa bahwa pertarungan memang keras. Musuh politik kekuasaan kini mulai berjatuhan. Satu demi satu. Katagorinya bukan lagi pelan tapi pasti, atau alon-alon asal kelakon. Tapi ini, lari sambil melibas. PPP, PAN, lalu terakhir Golkar, sudah takluk. Prabowo dan Gerindra sudah beberapa kali ketemu Jokowi atau JK. Kini, kejayaan SDA, Hatta dan Ical tinggal sisanya saja. Yang belum merapat ke kubu kekuasaan, hanya SBY dan Demokrat. Hilmi dan PKS.         

“Kawan saya mau melaporkan kasus korupsi, tapi beberapa orang menganjurkan baiknya ke Polisi atau Kejaksaan Agung saja,” kata Bos saya. Soalnya, KPK sekarang sedang landai. Tidak ada pergerakan. “Kalau mau langsung di-follow up, energi besar sedang ada di kepolisian dan kejaksaan,” tambah dia. “Apalagi, kalau kasus itu melibatkan orang musuh kekuasaan, sepertinya Polisi dan Kejaksaan tambah semangat,” celetuk saya. “Benerrrr,” jawab mereka hampir barengan, sambil ngakak.          


Foto by Tribunnews
“Jadi, Mega the real president itu fakta. SBY kini yaaa nothing,” itu kenyataan yang harus diterima, ujar Bosku, miris.      

“Power itu ya kotor. Meskipun pelaksananya bersih, tapi mau tak mau pelaksana harus menggunakan power untuk menghabisi lawan politik. Itu wajar saja,” spontan kawanku mereaksi.          

Jadi, apakah sudah waktunya membenci Jokowi sekarang? Biarpun rupiahnya lagi jungkir balik, ekonomi landai, penegakan hukum kontroversial, tapi pemerintahan ini memperlihatkan satu hal paling penting. Bekerja dan menumbuhkan harapan, optimisme. Berita miring ditimpa dengan planning. Ada pembangunan infrastruktur yang digenjot, pelabuhan, jalur kereta hingga Papua, swasembada pangan dan seterusnya.          

“Selama menteri-menteri di posisi strategis bekerja profesional, itu cukup melegakan dan memberi harapan,” kata kawan saya.Jadi, belum waktunya membenci pemerintahan ini? Tentu terserah Anda, bagaimana menilainya. ***

Selasa, 10 Maret 2015

Terkenang Lemang & Dessert yang Bikin Ngebet


          Minang, Padang dan sekitarnya, bolehlah disebut surganya dessert yang berbahan lemang dan ketan. Lemang juga bahan dasarnya beras ketan, dimasak dengan santan kelapa di dalam bambu. Bisa ditambahkan pisang di bagian tengahnya, sehingga jadilah lemang pisang.
          Pembuat lemang pisang yang paling terkenal ada di kawasan Limo Kaum, Batusangkar, Sumatera Barat. Yang original rasanya legit. Lemang pisang lebih gurih dan enak.
Lemang & Lemang Pisang

          Sesuai jenisnya, makanan berbahan ketan ini pasnya disajikan sebagai penutup, setelah hidangan utama yang berat. Yakni setelah makan nasi ditemani lauk yang pedas dan berminyak (rendang, gulai, kalio dan sejenisnya). Makanan utama sebenarnya sudah cukup mengenyangkan. Tapi, begitu dessert disajikan, air liur pun bisa menetes lagi.

          Grup kuliner Kelana Rasa, pertengahan Februari lalu mengunjungi Padang, Padangpanjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh dan Pariaman. Icip-icip dessert minang berbahan ketan, nyaris ada setiap jam. Selain lemang yang terkenal, juga ada ketan sarikayo juara dunia di Situjuah, Payakumbuh. Sarikaya dan ketan dibungkus masing-masing dalam daun pisang yang terpisah. Sarikaya yang warnanya kecoklatan, rasanya manis lezat dan harum gula aren. Sedangkan ketannya, sekepal lengket dengan campuran santan kental nan gurih.


Ketan Sarikayo Juara Dunia

Apiang Dadiah seperti yoghurt. Di bawahnya ada ketan yang lezat. Disiram dengan gula aren cair

Warna kehijauan adalah saus dari alpukat. Dicampur dengan ketan legit dan segaris coklat susu

Di Pasar Padangpanjang, ada ampiang dadiah yang disajikan dengan ketan dan gula aren cair. Dadiah rasanya mirip yoghurt. Ini adalah susu kerbau yang difermentasi dalam buluh bambu. Bisa dimakan dengan beragam cara. Biasanya untuk sarapan, dengan menambah ampiang, sejenis kerupuk dari beras ketan. Atau dimakan sebagai dessert mirip agar-agar. Yang unik, ada yang ditambah cabai, dan dipakai jadi sambal. Entah bagaimana rasanya.

Selain ini, ada lagi es cindua ampiang ketan nan legit. Tak ketinggalan, ketan bersaus alpukat yang gurih dan lezat. Tidak lupa, satu jenis lagi yang cukup populer. Bubur kampiun. Ini santapan biasanya untuk sarapan, atau makanan saat berbuka puasa di bulan Ramadhan. Bubur terdiri enam bahan. Ketan putih dan ketan hitam yang direbus, bubur candil dari tepung ketan, kolak ubi jalar, bubur sum-sum, dan bubur kacang hijau.

Selasa, 03 Maret 2015

Kopi Kawa Daun, Pahit Tapi Berkhasiat


Catatan dari Perjalanan #KelanaRasaMinang
Padang, Padangpanjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh dan Pariaman
(19 sd 22 Februari 2015)

Sajian agak unik ini lahir dari Ranah Minang. Namanya kopi, tapi sebenarnya obat herbal. Kopi Kawa Daun dan Kopi Daun Murbei. Dua-duanya, dibuat bukan dari sebenar-benarnya biji kopi. Sebab, yang diseduh dan diminum adalah daun. Kopi kawa daun, menggunakan daun kopi. Kopi daun murbei, menggunakan daun murbei. Tapi, karena warnanya hitam pekat, jadilah orang menyebut itu “kopi” meskipun yang pas adalah “mirip kopi”

Kuali Tempat Memasak Kawa Daun

Lemang Tapai & Lemang Tapai Pisang menemani kopi kawa
Kuali Tanah Liat untuk menyeduh Kopi Kawa & Daun Murbei. Di sini ditulis "teh"
tapi orang mengenalnya sebagai kopi, karena warnanya hitam pekat seperti kopi
Rasanya pahit. Kalau dicampur madu, pahitnya berkurang sedikit. Kopi kawa daun mengandung antioksidan tinggi (asam klorogenat dan guinides). Kata Arie Parikesit, founder Kelana Rasa, yang pertengahan Februari 2015 mengajak tur kuliner di Minangkabau, kadar antioksidan dalam kopi kawa daun lebih tinggi daripada teh hijau atau teh hitam. Sehingga, kawa daun baik untuk mengurangi penyakit hipertensi, kanker, jantung koroner, kolesterol dan diabetes. Penyumbatan pembuluh darah. Menarik, karena kopi ini kandungan kafeinnya rendah. Bahkan lebih rendah dari teh.
Silakan cek kehebatan kopi kawa daun ini di :

http://kopikawadaun.com/?p=850#sthash.g0cTfnWY.dpuf

Kenapa yang dipakai daunnya, bukan kopinya? Menurut situs tersebut, konon di zaman Jepang, hasil panen kopi dari Ranah Minang diekspor keluar negeri oleh penjajah. Akibatnya, pribumi tidak dapat kesempatan untuk mencicipi nikmatnya seduhan biji kopi. Minum kopi di masa itu, dianggap kemewahan. Rakyat biasa akhirnya, hanya kebagian daunnya saja. Bukan kopinya. Tak ada kopi, daunnya pun jadi.

Untuk mengolah kawa daun, amat mudah. Daun kopi yang telah dikeringkan, lalu diseduh air panas mendidih. Saya sempat mencicipinya di Cafe Kiniko, kawasan Tabek Patah. Daun kopi dijerang dalam kuali tanah liat yang besar. Orang yang mau cicip, tinggal ambil menggunakan sendok kayu kelapa. Minumnya pun menggunakan gelas dari batok kelapa dan adukan dari tangkai kayu manis. Paling enak mencicipi kopi ini dengan lemang tapai pisang, atau lemang yang original.

Selain kopi kawa daun, ada lagi kopi daun murbei. Penampilannya mirip. Warna gelap mirip kopi, dan cara menyajikannya juga sama. Rasa? Kurang bisa dibedakan dengan kopi kawa daun, karena sama-sama pahit. Kopi daun murbei juga penuh khasiat. Terutama bisa mengatasi penyakit ginjal. ***


Minggu, 01 Maret 2015

Berebut Jadi Mata & Telinga Presiden



Catatan Ratna Susilowati

Dimuat di Rakyat Merdeka
Edisi Senin 2 Maret 2015
 
Kursi Kepala Badan Intelijen Negara sangat seksi untuk diperebutkan. Beberapa hari terakhir ini, tercium aroma persaingan yang seru untuk meraih posisi itu. Kalau pertarungannya makin panas, ada kemungkinan nasib kursi ini mirip Kapolri. Pejabat lamanya, tak perlu diganti.
Kursi Kepala BIN amat strategis. Dia adalah mata dan telinga Presiden. Merujuk Undang-Undang Intelijen Negara, Kepala BIN memberikan masukan dan informasi akurat ihwal ancaman yang bisa mengganggu pemerintahan. Kepala BIN adalah orang yang mahir berdiplomasi, mengelola, serta mengolah data untuk disajikan kepada presiden sebelum mengambil keputusan.
          Ada sejumlah nama yang belakangan disebut jadi kandidat Kepala BIN. Dari muka lama yang familiar, sampai muka yang jarang kelihatan di publik. Dari sipil, militer asli, sampai militer politisi. Semua nama yang muncul ada nilai plusnya. Ada yang memiliki kedekatan historis, kawan sekampung, kawan se-koalisi, ada juga yang disokong orang dalam kekuasaan, atau se-chemistry dengan Teuku Umar.
Yang paling sering disebut adalah As’ad Ali. Dia bukan tentara. Mantan Wakil Kepala BIN di zaman Presiden Gus Dur itu, dikabarkan dekat dengan Hendropriyono, purnawirawan jenderal paling top dalam urusan intelijen di negara ini. Di lingkungan BIN, As’ad amat dikenal. Seorang kawan sampai memberi perumpamaan begini: “Di kantor BIN, Pak As’ad berhubungan akrab bahkan sampai level tukang sapu sekalipun,” katanya, sambil tertawa. Entah, itu benar atau tidak.

As'ad Ali (Foto: Antara)
Lelaki asal Kudus itu, 19 Desember lalu berusia 65 tahun. Melihat track recordnya, figur As’ad memang cukup paripurna. Saat kuliah di Fisipol UGM, dia juga mesantren di Al-Munawwir Krapyak, Yogya. Di BIN, dia bertugas lama di Arab Saudi, Syuriah, Lebanon, dan pernah di Amerika Serikat. Selain paham politik, dia juga diterima baik oleh kalangan Nahdliyin. Di PBNU, posisinya cukup bergengsi, sebagai Wakil Ketua Umum, mendampingi Said Aqil Siradj. As’ad pernah bertemu Osama Bin Laden. Di media onlinehttp://www.rmol.co/read/2012/02/18/55180/Empat-Kali-Bertemu-Osama-Bin-Laden-As’ad mengaku bertemu tak sengaja dengan Laden di sebuah restoran di Jeddah, Arab Saudi, tahun 1984. Melihat jejaringnya yang seperti itu, banyak yang menilai As’ad mumpuni dalam urusan terorisme dan paham-paham radikal. Dia akan mampu menghalau ISIS.
          Nama lain, Fachrul Razi. Pensiunan jenderal bintang empat, kawan seangkatan Luhut Panjaitan, di Akmil 1970. Luhut adalah Kepala Staf Kepresidenan, salah satu orang kepercayaan Presiden Jokowi, sekarang. Figur Fachrul Razi juga menarik karena dia sekampung dengan Surya Paloh. Sama-sama orang Aceh.

Fachrul berusia 67 tahun. Selepas pensiun dari militer, dia aktif di Partai Hanura, besutan Wiranto. Partai ini termasuk loyalis Koalisi Indonesia Hebat, yang menyokong kemenangan Jokowi-JK. Sepanjang karirnya di militer, Fachrul belum pernah mengurusi intelijen. Namun, sebagai mantan Wakil Panglima TNI di tahun 1999-2000, pasti dia memahami cara kerja intelijen, dan mampu mengkoordinasi kegiatan intelijen di lembaganya.

Sutiyoso (Foto: PKPI)
Figur menarik lain adalah Sutiyoso. Lebih populer sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta. Gayanya lucu dan nyeleneh, meskipun usianya tidak muda lagi. Tahun ini, lelaki kelahiran Semarang itu sudah 70 tahun. Seorang politisi yang akrab dengannya, menyebut Sutiyoso sebagai ahli intelijen tempur, karena pengalamannya sebagai Wakil Komandan Jenderal Kopassus di tahun 1992. Di politik, dia dan partainya, PKPI, termasuk ikut berkeringat memperjuangkan kemenangan Jokowi-JK bersama Koalisi Indonesia Hebat.
          Di luar itu, ada sejumlah nama lainnya. Misalnya, Ian Santoso. Angkatan udara dengan pangkat terakhir Marsekal Madya. Namanya disorongkan untuk mengakomodir posisi TNI AU yang belum mendapat tempat strategis di pemerintahan Jokowi. Ian adalah putra Halim Perdanakusuma. Pernah menjadi Kepala BAIS (Badan Intelijen Strategis) di masa pemerintahan Gus Dur. Kabarnya, chemistry Ian nyambung dengan Megawati.
          Yang lain, ada Erwin Syafitri. Ini nama jarang terdengar. Maklum saja, sebagai Kepala BAIS, dia tak bebas bicara kemana-mana. Militer aktif ini pangkatnya jenderal bintang dua, dan termasuk kandidat termuda. Usianya baru 55 tahun. Putra sunda kelahiran Cimahi ini peraih Adhi Makayasa, penghargaan siswa Akabri terbaik tahun 1982.
          Terakhir, Sjafrie Sjamsoeddin. Ini jenderal cerdas. Jika Jokowi menempatkannya sebagai Kepala BIN, itu berarti ada pertimbangan politik yang amat strategis, mengingat Sjafrie cukup dekat dengan Prabowo Subianto, sama-sama seangkatan di Akmil 1974. Sjafrie adalah putra Makasar, sekampungnya Jusuf Kalla. Pengalaman teritori dan birokrasinya mumpuni. Penampilannya juga meyakinkan dan enak dipandang. Di luar, Sjafrie tidak kelihatan cari-cari jabatan. Dia tak sibuk bermanuver demi sebuah posisi. Selepas dari jabatan Wamenham, hidupnya santai saja. “Dia tak mau ikut rebutan. Tapi amat pantas kalau dipinang,” kata seorang sahabatnya.
          Peta perebutan posisi Kepala BIN rupanya adem di luar, tapi panas di dalam. Presiden sepertinya menyadari hal ini, sehingga itulah kenapa, Kepala BIN yang sekarang, Marciano Norman belum diganti.

Marciano Norman (Foto: Tribunnews)
          Kalau aroma persaingan menajam, ada yang menduga masa kerja Marciano Norman akan diperpanjang. Indikasinya ada. Kabarnya, belakangan ini chemstry Jokowi sudah nyambung dengan Norman. Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdjiatno, beberapa waktu lalu diwawancarai Tempo, mengeluarkan pernyataan begini, “Kalau belum diganti-ganti, berarti cocok dong.” Kata Tedjo, tidak ada keharusan mengganti posisi Kepala BIN saat ini, bahkan ada kemungkinan Norman diperpanjang selama beberapa tahun ke depan. “Boleh Terus (menjabat). Tidak melanggar secara peraturan undang-undang. Pokoknya terserah presiden mau digunakan hingga kapan,” ujarnya.
          Seorang politisi, orang kepercayaan ketua umum di Partai Koalisi Indonesia Hebat juga menyatakan hal serupa. Dia membaca, tak akan ada perubahan Kepala BIN dalam waktu dekat ini.
          Ini baru spekulasi. Jika benar dipertahankan, Marciano Norman akan jadi sosok yang menarik di kabinet. Tokoh yang memiliki hubungan sangat baik dengan SBY, tapi diterima dengan lapang dada oleh Jokowi.
          Siapapun yang jadi Kepala BIN, terpenting sosoknya berintegritas dan berkualitas. Mata dan telinga Presiden, jangan sampai dipakai oleh pihak lain, diluar kepentingan negara. ***