Minggu, 22 Maret 2015

Erwin Aksa Gandeng Investor 300 Juta Dolar: Mimpi Jokowi Bangun Listrik 35 Ribu MW Mulai Terwujud


          Target Pemerintahan Jokowi membangun listrik 35 ribu Megawatt selama lima tahun, mulai diwujudkan. Bosowa, Grup perusahaan milik Aksa Mahmud, membangun PLTU di Jeneponto, Sulawesi Selatan, dengan menggandeng investor dari China. Proyek pertama yang terealisasi di era Pemerintahan Jokowi ini, nilainya mencapai 300 juta Dolar (atau sekitar Rp3,9 triliun).
          CEO Bosowa, Erwin Aksa menceritakan sedikit tentang ekspansi bisnisnya ini, Kamis (19/3) usai peletakan batu pertama dan pemancangan tiang proyek di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
PLTU Jeneponto Unit 1 & 2, Desa Punagaya, Bangkala
(Foto: Ratnasusilo)
          Mengapa Anda memilih Jeneponto untuk membangun PLTU? Di wilayah ini, lautnya tenang, dan memiliki teluk. Saat survei lahan, rupanya kondisi alam seperti ini paling ideal. Selain itu, beban listrik di daerah selatan tidak ada. Sehingga perlu suplai dari wilayah ini agar imbang.
          Bosowa menggandeng ZTP Corporation dari China untuk membangun PLTU. Berapa nilai investasinya dan bagaimana bentuk kerjasamanya? Investasi proyek ini 300 juta Dolar untuk membangun Unit 3 dan 4. Kerjasama menggunakan skema modal perbankan. China berani memberi kredit jangka panjang sampai 10 tahun. Bahkan, proyek sebelumnya bisa 12 tahun. Bagi kami, ini bisa membuat lebih ringan pembayaran. Kerjasama dengan investor China meliputi teknologi, pendanaan dan kontraktornya sekaligus.  
Kenapa Anda memilih investor China? Saat proyek Tahap 1 dulu, mereka membangun dan kualitasnya bagus. Saya tak mau kalau kualitas mesinnya banyak ngadat dan nggak normal. Ini mesin yang dipilih levelnya, first class.
 
Sermoni Pemancangan tiang proyek dan peletakan batu pertama PLTU Jeneponto Unit 3 & 4.
 (Foto istimewa by Bosowa/ Andi Suruji)
Erwin Aksa di ruang pengoperasian PLTU
(Foto by Ratnasusilo)
          Proyek PLTU ini adalah Tahap 2, membangun boiler Unit 3 dan 4. Adapun proyek Tahap 1 PLTU Jeneponto sudah diresmikan Desember 2012, dengan investasi saat itu senilai 250 juta Dolar. Proyeknya dibangun selama 18 bulan, dari target 30 bulan. Untuk Tahap 2, Erwin Aksa menargetkan selesai maksimal 26 bulan. Dengan ekspansi ini, kapasitas listrik yang dihasilkan bisa 500 MW. Menteri Koordinator Kemaritiman Prof Indroyono Soesilo yang hadir bersama Menteri ESDM mengatakan, pembangunan PLTU ini diharapkan jadi bagian pemenuhan target pemerintah, yaitu membangun pembangkit listrik 35 ribu MW dalam lima tahun. Khusus tahun ini, targetnya 7.400 MW.
          Mengapa Anda berinvestasi di pembangunan listrik? Kebutuhan listrik di Sulawesi Selatan cukup besar. Setiap tahun butuh pertambahan 80-100 MW. Kalau tak dibangun hari ini, bisa-bisa Sulawesi Selatan kena krisis listrik di tahun 2017-2018. Prinsipnya, kami harus membangun sebelum terjadi krisis listrik. Daerah lain mungkin krisis dulu baru dibangun. Untuk pasokan listrik di Sulawesi Selatan, PLN mengandalkan swasta. Sehingga idealnya, setiap 3 tahun dibuat konstruksi pembangkit baru. Kalau kita tidak membangun ini, proyek Bosowa lain pun, pasokan listriknya bisa terganggu.
          Bagaimana proses izin membangun pembangkit listrik. Apakah pengusaha menemui kesulitan? Pemerintahan baru ini mengeluarkan Permen (Peraturan Menteri), sehingga tarif listrik ditentukan sejak awal. Lain dengan dulu, ada negosiasi, proses permintaan proposal, lalu tender. Prosedurnya sekarang cukup cepat. Apalagi ini ekspansi dan lahannya sudah ada. Proses persetujuan hanya dua bulan, sejak diajukan.
Apakah bisnis ini marginnya cukup menguntungkan pengusaha? Lumayanlah. Lebih baik (keuntungannya) dari tarif sebelumnya. Kami menjual ke PLN levelize. Rata-rata 3,8 sen USD perKWH, selama 30 tahun. Atau sekitar 8 sen USD termasuk batubara dan maintenance.
          Setelah PLTU di Jeneponto, rencana berikutnya mau membangun apa lagi? Tunggu dulu. Lihat hasilnya ini. Luas lahan kami di sini sekitar 500 hektar, dan yang dipakai untuk membangun PLTU baru 80 hektar. Ke depan, mungkin bisa jadi kawasan industri. Apalagi daerah di sini tandus dan tertinggal, sehingga perlu dibangun. Bosowa saat ini sudah diminta membangun pembangkit di beberapa daerah. Tapi, itu nanti. Tunggu kejelasan aturannya dulu.
          Berapa tenaga kerja bisa diserap proyek ini? Pekerja bisa menyerap 3 ribuan orang, saat peak. Atau saat operasional bisa sekitar 200-an orang.
         
          Selain pembangkit dengan tenaga uap, Erwin juga punya cita-cita membangun pembangkit tenaga angin. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo bahkan ingin menjadikan wilayahnya seperti Belanda, punya kincir angin yang menghasilkan listrik. Indroyono Soesilo langsung menyambutnya. Dia janji menggerakan tenaga BPPT untuk melakukan penelitiannya. Saat Erwin Aksa ditanya soal ini, dia menjawab. “Di daerah ini bisa dikembangkan. Di sini anginnya cukup kencang. Kita ingin coba kembangkan tapi mungkin untuk kebutuhan internal dulu,” katanya.
          Bosowa, konglomerasi bisnis nasional yang berbasis di Sulawesi Selatan menyadari, tanpa listrik memadai, pertumbuhan ekonomi dan industri di wilayah ini akan terhambat. Kelompok usaha Bosowa didirikan dan dibangun 44 tahun lalu, dan kini telah menjadi salah satu pemain utama ekonomi nasional. Memiliki enam kelompok usaha utama yakni semen, otomotif, energy & resources, properti, jasa keuangan, pendidikan, serta satu grup portofolio investasi dengan bisnis infrastruktur, media dan agrobisnis. NAN (Telah dimuat di Rakyat Merdeka, edisi Senin 23 Maret 2015)