Senin, 26 Oktober 2015

Eksklusif Dengan Pramono Anung: Dua hari Sekali, Saya Ke Teuku Umar...






  Telur racikan Megawati sangat istimewa. Ini makanan favorit Pramono Anung. Karena “telur” inilah, dua hari sekali, dia  menyambangi Teuku Umar, kediaman Megawati, Ketua Umum PDIP.
“Namanya orang partai ya pasti ketemu ketua umum-nya. Saya sangat hormat dengan Ibu Mega. Kalau ada waktu senggang, saya pasti ke Teuku Umar untuk makan. Makanan di Teuku Umar lebih enak daripada di sini. Telur yang dimasak di rumah Ibu, enak sekali. Mungkin belakangan ini saya lebih sering ke sana. Dua hari sekali, saya pasti ke Teuku Umar. Tinggal bilang saja, Mba, saya mau makan dan Ibu sudah tahu. Begitu saya datang di Teuku Umar, sudah dimasakin,” kata Pramono, Sekretaris Kabinet, saat wawancara eksklusif dengan Tim Rakyat Merdeka (Kiki Iswara, Ratna Susilowati, Kartika Sari dan Fotografer Randy Trikurniawan), Jumat (23/10).
 
Apa saja yang diobrolin dengan Ibu Mega? Ya, banyak hal. Tapi kita nggak boleh ngerasani Presiden ya (hahaha). Yang jelas, apa yang dipersepsikan di luar tentang hubungan Ibu dengan Presiden atau pembantu Presiden, itu tidak benar. Hubungan Ibu dengan Presiden sangat baik.
Seberapa sering Presiden ke Teuku Umar? Wah, itu rahasia negara. Yang jelas, komunikasi beliau sangat cair dan berjalan baik.
Belakangan ini ramai isu reshuffle kabinet lagi. Bagaimana tanggapan Anda? Ini di luar, seringkali hebohnya lebih seru. Padahal, di Istana adem ayem. Presiden sudah menyampaikan bahwa beliau belum memikirkan itu. Dalam pikiran beliau, saat ini ada 3 prioritas. Pertama, tentang asap. Tidak ada ratas yang lebih sering daripada tentang asap. Sampai hari ini, sudah ada 5 kali rapat tentang itu. Dalam rapat hari ini, bahkan ada perdebatan sangat seru, tentang apakah sudah waktunya atau belum menyatakan asap sebagai kondisi darurat dan bencana nasional. Presiden meminta kita mengkaji betul, karena status ini akan ada plus minusnya. Kedua, persoalan ekonomi. Dan ketiga, infrastruktur.
 
Sejumlah orang PDIP terus meminta agar Menteri Rini Soemarno diganti. Padahal, ada kabar hubungan Bu Megawati dan Bu Rini Soemarno sekarang sudah baikan. Kondisi sebenarnya bagaimana?  Soal itu, tanya pada beliau berdua. Saya Seskab, bukan pengamat hubungan (hahaha).
 
Kabarnya, keputusan reshuffle akan ada, sepulangnya Presiden dari kunjungan ke Amerika?Beliau yang tahu. Beliau yang punya kekuasaan dan beliau yang mempunyai kewenangan. Itu hak beliau.***

 


Pramono Anung, Menjembatani Jokowi & Megawati: Saya Sering Ditugasi Di Luar
Keseharian Tugas Seskab
 
    Posisi Pramono Anung sangat spesial. Politisi ini termasuk yang disayang Megawati. Pernah dua periode duduk di kursi Sekjen PDIP, dan bertahun-tahun di parlemen. Sejak Agustus lalu, Presiden mengangkatnya ke lingkaran Istana, sebagai Sekretaris Kabinet. Maka, jadilah Pramono Anung jembatan strategis antara Jokowi dan Megawati.
          Selepas Jumatan (23/10), Tim Rakyat Merdeka (Kiki Iswara, Ratna Susilowati, Kartika Sari dan Fotografer Randy Trikurniawan), mewawancarai Pramono Anung di kantornya. Berikut ini petikannya.
 
Apa fokus dan prioritas kerja Anda saat ini? Presiden dan Wapres serba cepat dalam pengambilan keputusan. Setiap hari, ada keputusan yang dibuat dan di-deliver kepada masyarakat. Semua prosesnya, manajemen, sirkulasi dan pengaturannya ada di Sekretariat Kabinet. Seskab bertanggungjawab terhadap manajerial pemerintahan secara keseluruhan. Praktis, speed kerja tinggi sekali. Saya tidak berpretensi bahwa saya ini bisa mempercepat ritme kerja kabinet. Tapi, minimal dengan pengalaman, networking dan –apalagi hampir semua menteri sudah saya kenal—sehingga sangat memudahkan kerja di kabinet. Dua bulan terakhir, misalnya, kabinet ini sangat aktif rapat dan mengambil keputusan. Presiden melakukan struktural reform, perubahan deregulasi besar-besaran dalam bidang perizinan, dan melahirkan banyak paket kebijakan ekonomi. Untuk melakukan ini semua, keberanian pemimpin sangat diuji. Dan tugas saya adalah mempermudah agar semua proses itu berjalan baik, transparan dan kredibel. Sekarang, misalnya, setelah sidang kabinet, diatur siapa yang bicara, agar soundbyte-nya sama. Walau ruang dialog dan otokritik tetap diberikan diantara kita sendiri.
 
Bagaimana perbedaan suasana kerja dulu, saat di parlemen dan sekarang di pemerintahan. Proses adaptasinya seberapa sulit? Sayamemiliki pengalaman cukup panjang. Pernah jadi wasekjen dan sekjen partai. Saat jadi wasekjen, malah sudah attach ke Bu Mega, yang ketika itu wapres dan kemudian presiden. Sehingga pengalaman berinteraksi di Istana, sudah ada. Saat itu, menyiapkan beberapa hal untuk Ibu Mega, sebagai ketua umum partai, sekaligus presiden. Kadang, pemisahan tugasnya ketika itu, memang tidak gampang. Di DPR, saya terpilih 4 kali menjadi anggota dewan, dua kali diantaranya saya mundur karena di saat bersamaan menjadi Sekjen PDIP.
Perbedaan mendasar suasana kerja tentu ada. Saat di DPR, kita bicara dari pagi sampai malam dengan berbagai gagasan besar, karena tugasnya legislasi, pengawasan dan budgeting. Di sini, jelas jadi berbeda. Apa yang kita putuskan, ya hasilnya dirasakan secara langsung. Kami betul-betul menggodok substansi dengan sangat hati-hati, karena dampaknya langsung ke publik. Misalnya, tentang Perpres LRT, Highspeed Train, LRT di Sumsel, dan sebagainya. Di tempat ini, kerja tidak boleh salah.
 
Jadi, kebijakan dan putusan Presiden, dapurnya di sini ya? Ya, kita dapur. Apa yang disampaikan, diputuskan, itu otoritas Presiden, tapi tugas menggodoknya di sini.
 
Lebih enak mana, jadi wakil rakyat atau anggota kabinet? Ya, masing-masing ada plus minusnya. Wakil rakyat memiliki kebebasan pribadi yang luar biasa. Tapi di sini, beda. Presiden bekerja setiap hari mulai jam 9 pagi, sampai jam 9 malam. Kerja kita, ya minimal sama atau bisa lebih. Karena ibarat memasak, ya persiapannya butuh waktu lebih lama.
 
Anda memiliki jam terbang lama di partai politik. Sehingga bisa menempatkan diri sebagai jembatan penyambung lidah Senayan dan Istana, juga antara Parpol dengan Presiden.  Yang jelas, saya bekerja atas penugasan Presiden. Bagaimana pun, keberadaan saya di sini adalah untuk membantu tugas Presiden. Presiden menugaskan, ya saya akan jalan. Sebagai mesin yang dimiliki Presiden, maka apapun yang dilakukan, saya persiapkan untuk beliau. Tugas saya mempersiapkan, sedangkan keputusan, kebijakan dan policy sepenuhnya di tangan Presiden. Pembantu Presiden banyak, sehingga saya tak mau berpretensi. Tapi, karena latar belakang, komunikasi, kedekatan, jejaring, ya saya seringkali ditugasi hal-hal yang bukan menjadi tugas keseharian di Sekretariat Kabinet. Dan itu nggak perlu-lah disebutkan.
 
Berarti cocok kalau ada yang menyebut, Anda ini jembatan Teuku Umar-Istana ya? Saya menjadi jembatan bagi semuanya. Bukan hanya dalam persoalan politik, tapi juga lainnya, yang ditujukkan untuk mempermudah Presiden saat mengambil kebijakan, keputusan. Apalagi, karakter Presiden, sering saya sebut sebagai man in action, cepat ambil keputusan, langsung berbuat sesuatu yang manfaat bagi khalayak.
 
Ritme kerja Presiden cepat, bagaimana mengimbanginya?Presiden dengan saya, gelombangnya relatif sama. Saya karakternya juga termasuk tidak bisa diam. Saya berusaha bekerja lebih cepat. Di kantor ini, misalnya, yang namanya delay tidak boleh terjadi. Sekarang, pagi, di meja masih bertumpuk-tumpuk, tapi pas pulang, tidak ada lagi. Ini semua (dokumen) mengalir ke Presiden, sehingga tugas beliau akan terbantu jika tak ada yang di-delay atau di-postpone.
 
Apakah tiap hari keep intouch dengan Presiden? Ya, tiap hari.
 
Bisa diceritakan, kesibukan harian Presiden itu bagaimana?
Setiap hari, Presiden menemui tamu yang jumlahnya lebih dari 14 pertemuan. Biasanya, setiap tamu diterima sekitar 30 menit. Sedangkan menteri, sekitar 15 menit. Presiden ingin menteri yang datang melapor, langsung ke pokok persoalan, tanpa basa basi. Beliau bukan orang yang suka bicara terlalu ngawang-ngawang. Kalau pergi ke daerah, Presiden memutuskan berangkat, dua hari sebelumnya. Beliau juga puasa Senin-Kamis. Meskipun turun ke lapangan yang terik, beliau tetap puasa, makanya sekarang saya turun 4 kilo (hahaha).
 
Belakangan ini, ada beberapa menteri yang pandangannya terkesan bertentangan. Kalangan dunia usaha mengkritik kondisi ini, karena seperti terjadi saling serang di dalam pemerintahan.  Presiden memahami sepenuhnya bahwa otokritik itu perlu. Tapi semuanya sepakat, bahwa begitu Presiden memutuskan, tidak boleh lagi ada yang sikapnya berbeda. Tentang listrik 35 ribu Megawaat, misalnya, semua harus mendukung, setelah diputuskan. Juga nanti tentang Freeport. Bahwa saat ini ada beda sudut pandang dan perdebatan, ya silakan saja. Tidak apa-apa. Tapi, nanti setelah ada keputusan, maka tidak boleh lagi ada perbedaan. Saat ini, sering publik menangkap ada perbedaan, di saat belum ada keputusan Presiden.
 
Bagaimana peran Seskab, supaya kabinet ini satu suara?
Makanya, jika di sidang kabinet ada keputusan, saya, atas petunjuk Presiden, betul-betul ikut mengatur, siapa yang boleh bicara kepada publik. Soal kereta cepat, misalnya, kini sudah selesai urusannya. Perpres sudah ada.
 
          Sebelumnya, Menko Rizal Ramli mengkritik pedas proyek kereta cepat. Bahkan menyebut ada pejabat yang bermain-main dan mengambil keuntungan dari rencana itu.
 
Oh, soal kereta cepat sudah selesai ya. Apakah itu sesuai nawacita? Sebab banyak kalangan PDIP mengkritik ini. Pokoknya, Perpres sudah selesai, dan kita yakin. Jadi, harus dilaksanakan.
 
Setelah ada keputusan Presiden, kalau masih ada menteri nyanyi warna-warni, bagaimana? Kalau masih ada yang berpolemik, ya saya biasanya ditugaskan Presiden untuk menyampaikan, ini keputusan Presiden, ini garis Presiden begini. Kalau masih nyanyi lagi, ya ditegur. Saya yang diminta Presiden menegur.
 
Pernah menegur menteri mana?Pernah. Ya atas nama Presiden. Pokoknya begitu sudah diputuskan, tak boleh lagi ada perbedaan. Saya ini manajerial kabinet. Bagian saya, menyampaikan keputusan-keputusan Presiden. Ini instruksi Presiden. Ini arahannya Presiden.
 
Bagaimana hubungan Presiden dengan para ketua-ketua umum partai politik. Apakah masih ada jalinan komunikasi dengan Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih? Setelah pulang dari Amerika, rencananya akan ada rapat para ketua umum partai politik.
 
Memangnya KMP dan KIH masih ada? Dalam politik, antara ada dan tidak ada, harus diadakan. Di-maintenance. Meskipun di DPR, kenyataannya, hubungan antarparpol sangat cair.
 
Hubungan Presiden Jokowi dan SBY bagaimana. Kelihatannya, akhir-akhir ini SBY sering memberikan nasihat untuk Presiden, melalui twitter atau jejaring sosial.
Presiden menerima saran dari siapapun, termasuk siapapun yang tidak sedang dalam pemerintahan. Kita mendengarkan, kita menghadapi. Bahwa sampai ada yang menyebut pemerintahan ini bodoh atau lemah, ya kita berterimakasih. Lebih baik bodoh tapi bekerja. Daripada pintar tapi hasilnya begitu-begitu saja. Tapi, setahu saya, komnikasi mereka (Presiden dan SBY), baik-baik saja.
 
Satu tahun pemerintahan Jokowi-JK, banyak survei yang hasil penilaiannya dengan tone negatif. Tanggapan? Presiden menanggapinya dengan bekerja. Perubahan itu pilihan. Dan yang dipilih Presiden memang pahit. Tapi diyakini benar. Tahun 2017, yakin akan ada perubahan drastis dalam sistem transportasi dan lainnya. Misal, semua daerah sekarang diberi prioritas untuk memiliki bandara dan runaway diperpanjang. Di Jakarta, saat ini kemacetan makin meningkat karena ada pembangunan LRT, MRT. Tapi, akan kita rasakan beda, setelah nanti selesai. Inilah yang namanya keberanian mengambil keputusan. Berani dengan risikonya.
 
Bagaimana koordinasi pekerjaan antara Seskab, Mensesneg dan Kepala Staf Kepresidenan?  Saat ini sudah berjalan dengan baik. Yang terkait dengan protokoler sehari-hari kegiatan kepresidenan, itu Pak Pratik (Mensesneg). Dan monitoring ada di Pak Teten (Kepala Staf Kepresidenan). Di sini (Seskab), yang menggodok substansi dan hal-hal yang terkait dengan kementerian.
 
Memperkecil kesalahan teknis administrasi, terutama di Istana, bagaimana caranya? Beberapa departemen sudah melakukan perbaikan. Saya banyak belajar juga. Selama ini kita hanya melihat di luar sistem. Tapi, saya lihat mesin birokrasi, terutama di Istana cukup baik. Di kantor saya, saya bilang ke staf, tidak boleh lagi ada meleng, salah ketik. Ini nggak ada zamannya lagi seperti itu.
 
Pemerintah meluncurkan banyak sekali paket kebijakan ekonomi. Di atas kertas, bagus tapi banyak yang khawatir implementasinya menemui hambatan. Bagaimana sosialisasi paket-paket kebijakan ekonomi ini sampai di bawah?Memang ada persoalan hambatan. Tapi, terpenting, yang menjadi tanggungjawab pemerintah pusat sudah diselesaikan. Segera, yang jadi tanggung jawab daerah dan di bawahnya, kita juga bereskan. Dua hari lalu seluruh Gubernur, Bupati dan Walikota se-Indonesia dipanggil. Mereka diminta menyerahkan, mana kewenangan daerah yang bisa disatupintukan dengan BPKP. Jika ini beres, akan makin efisien. Bahkan, saat ini kita sedang inventarisasi, ada 1.320 keputusan menteri yang akan di-cut.
 
Apakah pemotongan ribuan Kepmen ini juga jadi salah satu cara untuk mempercepat program pemberantasan korupsi? Ini soal korupsi, mau nangkepin orang banyak sampai penjara penuh, tetap susah hilang. Maka,  peluang korupsi harus dipotong. Presiden meminta agar perpajakan dan beacukai dibuat sistem, sehingga riil time, Istana bisa tahu secara harian. Ini di-dashboard-kan. Sehingga kalau ada yang main-main, kita langsung tahu. Menteri Keuangan sudah diminta untuk menyiapkan sistem itu. ***

Curi-curi Waktu Untuk Olahraga
 
          Pramono Anung mengaku maniak olahraga. Sejak masuk anggota kabinet, hobinya ini agak terhambat.  “Sekarang harus curi waktu untuk olahraga,” katanya.
          Dia rajin nge-gym dan ada personal trainernya. Dulu, saat masih bertugas di Parlemen, nge-gym mulai jam 8 pagi. Dan bersiap ngantor sekitar jam 9. Sekarang, masih berusaha nge-gym tapi memilih waktu yang lebih pagi. “Sebabnya, saya mesti berada di kantor, sebelum jam 9,” katanya. Di kantornya, Pramono amat sibuk. Sehari, bisa beberapa kali, bolak-balik ke kantor Presiden..
          Masih suka sepedaan? Itu berkurang banyak sekali. Dulu, setiap minggu, saya minimal sepedaan 60 kilometer. Dari rumah saya di Kemang, bisa ke Pantai Indah Kapuk, atau ke Ancol, atau ke BSD atau ke Bogor. Pulang pergi bisa 124 kilometer. ***

Wawancara ini dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Selasa, 27 Oktober 2015

Juga bisa diklik di: http://www.rmol.co/read/2015/10/27/222284/Pramono-Anung:-Dua-hari-Sekali,-Saya-ke-Rumah-Ibu-Mega-  Dan via media RM digital melalui subsc: http://www.getscoop.com/newspapers/rakyat-merdeka/27-oct-2015