Jumat, 29 Mei 2015

Mandiri Syariah Bangun Tempat Ibadah Yang Indah: Mushola "Di Atas Awan" Bromo

 
Mushola paling cantik di Indonesia ada di Bromo, Jawa Timur. Berada sekitar 500 meter sebelum Pananjakan, lokasi tertinggi untuk menikmati sunrise dan sunset di Gunung Bromo.
            Sejumlah jurnalis Jakarta akhir pekan lalu mengunjungi mushola indah ini. Salah satu kawan saya, Shiera Heltiani, jurnalis dari Majalah Noor terlihat amat terkesan. Katanya, wisata ke Bromo jadi makin sempurna. Di tengah pemandangan yang indah, pengunjung bisa beribadah dan tafakur penuh rasa syukur.
            Areal mushola cukup leluasa. Sekitar 1.800-an meter persegi. Di bangunan utama yang didesain arsitektural zaman Majapahit, menampung sekitar 50-60 orang jemaah. Lalu, pelengkapnya, bangunan lain mirip gazebo ukuran besar multifungsi. Bisa jadi tempat ibadah, tempat istirahat, atau jadi spot alternatif menikmati sunset. Fasilitas lain, ada toilet dan tempat wudhu yang bersih.

Sabtu kemarin, beberapa jurnalis menanti sunrise di sana. Selepas ibadah subuh, bergerak menuju Bukit Kingkong, spot pandang alternatif, berjarak 100 meter dari mushola. Meski padat, namun lebih nyaman dibanding Pananjakan, yang terasa overload. Akhir pekan di Bromo memang selalu begitu. Pananjakan amat ramai sehingga pemandangan sunrise seringkali terhalang oleh ratusan kepala manusia yang berdesakan di situ. Di Bukit Kingkong, matahari muncul penuh menjelang pukul 6 pagi. Luar biasa indahnya.

Kami balik lagi ke mushola itu sore harinya. Ramai-ramai menanti sunset di gazebo. Saat itu, bola matahari terlihat penuh berpendar-pendar. Sinar berwarna oranye laksana core-coretan indah di langit biru. Beberapa menit setelah menyaksikan itu, kami lalu berlari menuju Panjakan. Tiba di sana, matahari mulai tenggelam. Sayangnya, pemandangan cantik ini terhalang kabel-kabel dan tower yang dibangun di sisi kanan Panjakan. Tak puas, kami pun turun lagi ke gazebo. Matahari terlihat telah hilang. Semburat oranye menipis. Tapi awan putihnya cukup kontras. Posisi mushola ini berada di bibir tebing. Sehingga awan-awan itu, terlihat berkejaran di bawahnya. Berarak banyak sekali. Putih seperti ombak bergulung-gulung. Rasanya, mushola seperti berada di awas awan.
“Saya suka lagu Negeri Di Atas Awan yang dinyanyikan Kla Project. Saat melihat mushola ini, saya teringat lagu itu,” kata Agus Dwi Handaya, Direktur Bank Mandiri Syariah, yang Sabtu kemarin, ada di Bromo, bersama sejumlah jurnalis.



Dia bercerita lengkap soal pembangunan, biaya sampai pengelolaan. Ditemani tokoh setempat, dan sejumlah pimpinan Laznas atau Lembaga Amil Zakat Nasional dari Bank Mandiri Syariah. Biaya untuk mendirikan mushola sebesar Rp1,4 miliar dan dibangun selama 8 bulan.
Yang menarik pengelolanya, bukan hanya beragama Islam tapi ada juga Hindu. Agama ini dianut mayoritas masyarakat sekitar Tengger, tempat Bromo berada. “Kami biasa gotong royong. Bukan hanya saat membangun dan mengurus mushola. Tapi, semua agama terlibat dalam upacara besar kami, Kasada, setiap tahun,” kata Edel, tokoh adat setempat. Dia menyebut, peradaban Tengger sesungguhnya adalah miniatur Indonesia. “Kami memahami sejak zaman Majapahit, Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa,” ujarnya.


Lokasi mushola ini sebenarnya cukup ekstrim. Berada di areal yang menjorok keluar, persis belokan. Masuk ke areal Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger. Proses pembangunannya tidak mudah. Selain membawa naik material yang berat, ada hadangan cuaca yang sering berkabut. Sumber air untuk mushola cukup jauh, sehingga disedot melalui pipa sepanjang 2 kilometer.

Setelah di Bromo, mushola cantik dibangun dimana lagi? Agus Dwi Handaya mengatakan, rencana berikutnya di Samosir, di Desa Tuktuk. “Semoga ini bisa terwujud. Doakan ya,” katanya. NAN
 Artikel ini dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Sabtu, 30 Mei 2015