Minggu, 26 April 2015

Menteri Jonan Soal Gosip Reshuffle Kabinet: Menggantung Begini, Perasaan Jadi Nggak Enak


       Gosip tentang reshuffle kabinet rupanya sudah terdengar kencang ke telinga para menteri. Salah satunya, Ignasius Jonan. Kepada Kiki Iswara, Ratna Susilowati dan Kartika Sari dari Rakyat Merdeka, Menteri Perhubungan itu bilang, jika media saja sudah mendengar gosip reshuffle, ya pasti para menteri begitu juga.
            Menurut Anda, apakah sudah waktunya reshuffle kabinet? Dari sudut pandang itu, reshuffle bertujuan untuk memperbaiki kinerja. Tapi soal ini yang harus menjawabnya Presiden. Saya tidak berhak menilai kinerja kolega saya.
            Jadi, informasi reshuffle kabinet yang Anda dengar itu bagaimana? Saya mendengar gosip. Ini gosipnya kencang. Menurut saya, kalau mau reshuffle ya sekarang. Tapi kalau tidak, ya mestinya Presiden segera umumkan bahwa tidak ada reshuffle, jadi para menteri bekerja saja.
            Gosip reshuffle ini apakah mempengaruhi suasana kerja di kabinet? Ini sulit mengatakannya. Suasananya bisa terbaca atau tidak. Dalam laut bisa diduga, tapi dalam hati siapa tahu. Tapi kalau menggantung begini, perasaannya jadi nggak enak. Nggak enaknya kita jadi menduga-duga, siapa ya yang diganti. Jangan-jangan saya ya.
            Anda siap kalau diganti? Saya selalu siap. Saya menganggap pekerjaan ini pengadian untuk masyarakat. Jadi kalau Presiden berpikir ada yang lebih baik dari saya, maka beliau harus mengganti saya, demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Saya ini tidak penting. Lebih penting kemajuan masyarakat.
            Mengapa Anda siap diganti? Lho, memangnya kalau saya nggak jadi menteri, lalu saya nggak bisa makan? Dulu, waktu saya dipanggil dan ditawari jadi menteri, saya sudah bicara kepada Presiden. Kalau ada yang lebih baik dari saya, monggo Pak, jangan saya. Ini jabatan bukan ego. Bukan hadiah, tapi amanah dan pengabdian.
            Bagaimana mekanisme evaluasi kerja para menteri? Saya tidak tahu.
            Apakah menggunakan sistem rapor, seperti di pemerintahan yang lalu? Rapor seperti anak sekolah ya. Kalau ada sistem seperti itu, terlalu menyederhanakan suatu kegiatan yang sebenarnya kompleks sekali. Saya contohkan dulu, saat bertugas di Kereta Api. Kami bicara dengan semua direksi bahwa kita ibarat tim sepakbola dan main bersama-sama. Kita janjian, kalau ada diantara kita, ada yang merasa kurang mampu bermain bagus ya berhenti. Itu fair. Makanya, tiap pergantian jabatan di Kereta Api tidak pernah ribut. Janganlah berusaha dengan segala cara agar kita tetap di situ. Itu nggak pantas.
            Menilai diri sendiri, pantas tidak pantas atau mampu tidak mampu itu sepertinya masih sulit di kalangan pejabat kita ya.  Dulu, kelasnya Direksi kereta api saja bisa. Masa kabinet tidak bisa. Ya pasti bisalah. Seperti saya, kalau saya dianggap nggak mampu, saya akan berhenti. Atau satu hari, jika saya tak bisa membenahi, ya saya akan pergi. Itu lebih mulia daripada mempertahankan posisi padahal orang menganggap kita sudah tidak mampu.
            Di sejumlah survei tentang kinerja kementerian, anda termasuk yang dianggap berprestasi. Ini tentu membanggakan. Ada komentar? Saya tidak bangga untuk diri sendiri. Tapi saya bangga ternyata Kementerian Perhubungan bisa berprestasi. Itu adalah prestasi 30 ribu pegawai Kementerian Perhubungan. Saya kan cuma mandor.
            Menurut Menteri Jonan, hubungan komunikasi antar menteri, dan menteri dengan Presiden saat ini dalam kondisi baik-baik saja. Presiden mudah dihubungi, juga ada sinergi diantara para menteri. “Tapi belakangan ini saya tahu beliau sibuk sehingga tidak lagi, sedikit-sedikit menghubungi Presiden. Yang bisa saya selesaikan, ya diselesaikan sendiri,” katanya.
             Cape ya jadi menterinya Jokowi? Kerjaan memang banyak dan saya baru belajar jadi menteri. Ini adaptasinya sekitar 6 bulan. Tapi setelah itu, akan kembali normal. Bagi saya, cape nggak cape itu ukurannya gampang. Kalau perut tambah buncit ya berarti cape, karena itu tanda berarti nggak sempat olahraga (tertawa).
 
Wawancara ini sudah dimuat di Harian Rakyat Merdeka edisi Senin, 27 April 2015.