Sabtu, 26 Maret 2016

Wisata Medis Ke Negeri Tirai Bambu (4): Operasi Kanker Dengan Luka Selubang Jarum

China sudah jadi destinasi medis yang mendunia. Selama enam hari (8 sd 14 Maret 2016) wartawan Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati, menuju Guangzhou dan Beijing, mengunjungi beberapa rumah sakit untuk melihat kecanggihan pengobatan, perpaduan barat-timur. Teknologi kedokteran modern dipadu metode tradisional khas China. Berikut ini laporannya

          Kanker adalah pembunuh nomor satu di dunia. Data WHO menunjukkan, lebih 20 juta orang terkena kanker setiap tahun, dan 13 juta diantaranya berakhir kematian. Di Beijing, kami mengunjungi dua rumah sakit kelas high-end yang memberikan layanan international, spesialis pengobatan kanker. Mirip priority banking di urusan perbankan. Yaitu di Beijing Yuho Rehabilitation Hospital dan Henghe Hospital. Dua rumah sakit ini menggabungkan metoda pengobatan barat yang modern, dengan tradisional khas China. 

Presiden Yuho, Li Ning, lulusan kedokteran di Amerika menceritakan, di rumah sakitnya, bergabung banyak ahli senior pengobatan kanker dengan penghargaan tertinggi di China. Prof Qinjia Zhang, Prof Qiang Sun, Prof Hanyuan Huang dan Prof Xiang Wang. Mereka kerjasama dengan berbagai ahli kanker lain di Amerika, mengembangan pengobatan sebisa mungkin tanpa operasi. Atau luka yang kecil, minimal invasif.

Tahun lalu ada pasien kanker payudara. Telah dikemoterapi selama enam bulan di Amerika, sampai rambutnya rontok habis. Dan divonis usianya tidak lama. “Orang-orang yang mengelilinginya hanya bisa menghibur dia. Itu pun ada batasnya,” kata Li Ning. Lalu ditangani di Yuho dan diberi pengobatan gabungan barat-timur. Hasilnya, kini pasien itu menemukan kembali kehidupannya.  

Yuho juga pernah menangani kanker ovarium pada wanita 25 tahun, yang sangat ingin punya anak. Dengan pengobatan khusus, alat reproduksi pasien bisa diobati. “Ini amat sulit, tapi kami berkomitmen menjaga kehidupan generasi berikutnya untuk pasien tersebut,” katanya. 

Berkeliling di Yuho, tidak seperti masuk rumah sakit. Tamannya cukup luas dan hijau, dan kamar-kamar perawatan mirip hotel. Tak terasa kesibukan rumah sakit layaknya di Indonesia. Nyaman, asri dan tenang. 

Selain pusat pengobatan kanker, Yuho juga dikenal sebagai rumah sakit rehabilitasi. Ada areal khusus hydroterapy dengan kolam air yang ketinggiannya bisa distel, juga suhu dan efek bubble untuk terapi pasien dengan penanganan khusus.

Yuho juga punya sejumlah teknik terapi yang unik. Misalnya, terapi garam mineral Ukraina. Fungsinya untuk pengobatan asma dan penyakit saluran nafas. Sekali terapi, biayanya sekitar 400 Yuan atau Rp800 ribu. Ruangannya didesain khusus. Garam mineral itu menempel di seluruh dinding, plafon hingga lantainya. Warna hijau keunguan efek cahaya buatan. Menggantung dan tumbuh, seperti stalakmit stalaktit di gua-gua. 

Tiga wartawan Indonesia sempat diberi perawatan terapi selama hampir satu jam di Yuho. Taufiqurohman dari Tempo diberi terapi kerikan menggunakan batu tipis. Apa mirip dengan kerokan masuk angin di Indonesia? Kata Taufiq, hampir sama. Badan dibalur dengan minyak aroma terapi, lalu kerikan dimulai dari leher, punggung, sampai kepala. Kulit memang kemerahan. Tapi badan, kata Taufiq, terasa lebih enteng. 

Sedangkan Tejo Asmoro dari TVOne, dapat terapi bekam ala China. Dengan tusukan jarum dan mengeluarkan darahnya yang kotor di bagian punggung. “Sakit nggak?” Tejo bilang tidak. Selama ini, dia sudah biasa dibekam. Seorang lagi, Adi Murtoyo dari Koran Jakarta, mendapat pengobatan akupunktur di tangannya. 

Di Henghe Hospital, beda lagi. Ini adalah rumah sakit swasta terbesar di Beijing, tempat merawat pimpinan dan pejabat-pejabat tinggi di China. Henghe bekerjasama dengan dokter-dokter kelas dunia di Royal Free Hospital, Cancer Center of Oxford University dan Harvard Medical School. Semua dokter-dokter terbaik di negara itu, bisa dipanggil ke rumah sakit ini. Jam terbang dokternya ratusan ribu, atau rata-rata 10 ribu pasien diobati pertahun oleh tiap dokternya. 

          Ini rumah sakit dengan luas mencapai 70 ribu meter persegi. Spesialisasinya pengobatan kanker dengan imunoterapi, dan teknik stem cell (sel punca). Di Indonesia belum populer, tapi China kini dianggap sebagai negara yang pengembangan sel punca-nya paling maju di Asia Tenggara. 

          Di Henghe Hospital, kita berkeliling menyaksikan kecanggihan alat-alat kedokteran modern. Banyak kamar khusus disiapkan untuk pasien internasional. Menurut mereka, biaya pengobatan di situ, lebih murah dari biaya yang ditawarkan oleh negeri tetangga dekat Indonesia. 

          Dua rumah sakit ini masuk katagori 3A, level tertinggi kelas rumah sakit di China. Selain Yuho dan Henghe, masih ada puluhan rumah sakit lain yang direkomendasi oleh NorgenHealth, platform layanan medis yang ternama di China. NorgenHealth bisa diakses melalui websitenya di www.norgenhealth.com dan ada pilihan menggunakan bahasa Indonesia, agar lebih mudah dipahami oleh orang-orang Indonesia yang ingin berobat ke China. 

Prof Liu Chen, Kepala Interventional Imaging Center dari The international medical center of Beijing Cancer Hospital, tiap tahun melakukan ribuan operasi kanker. Diantaranya dengan biopsi jarum pada bagian sulit, di modul mikro paru-paru, kelenjar bening, organ dalam jauh di perut dan lainnya.  Metode ini sangat singkat, luka dan komplikasinya kecil, sehingga pemulihan cepat. Bahkan lukanya hanya selubang jarum saja. Teknik biopsi jarum juga digunakan untuk memastikan apakah itu kanker atau bukan. Lalu, penggunaan transplantasi partikel dan ablasi radiofrekuensi (microwave thermal ablation) yang minimal invasif, untuk pengobatan. Bukan lagi sekedar kemoterapi. Tapi, obat diinjeksikan langsung ke kanker, sehingga hasilnya lebih maksimal, dan organ lain terlindungi. (Bersambung)

a.     Petugas laboratorium di Henghe Hospital (Foto by Ratnasusilo)

b.     Yuho Hospital di Beijing (Foto by Norgenhealth.com)

c.      Henghe Hospital di Beijing (Foto by HengheHospital)

Artikel ini sudah dimuat di RakyatMerdekaOnline  23 Maret 2016. Silakan klik: http://ekbis.rmol.co/read/2016/03/23/240532/Operasi-Kanker-Dengan-Luka-Selubang-Jarum-


Artikel ini juga sudah dimuat di Harian RakyatMerdeka edisi Minggu, 27 Maret 2016