Kamis, 26 Februari 2015

Aroma Klenik Di Kehidupan Presiden



Presiden Jokowi belakangan ini lebih sering tinggal di Istana Bogor. Ada yang mengkaitkan itu dengan urusan klenik.



Sejak zaman Bung Karno sampai presiden saat ini, Jokowi, klenik kerap diopinikan di sejumlah peristiwa. Mungkin hanya Habibie saja yang tidak lekat dengan urusan jenis itu.

Sejumlah wartawan senior pernah ngobrol dengan seorang tokoh partai. Saat itu dia dengan bangga bercerita, ada paranormal menerawang kediamannya. Rumah yang dia tempati diklaim, dulunya gerbang kerajaan Padjajaran. Karena terawangan itulah dia serasa dapat "wangsit" bakal jadi presiden berikutnya. Belakangan, saat jadi presiden beneran, dia membantah percaya klenik.

Peristiwa mistis di seputaran kekuasaan pernah terekam dan jadi berita cukup ramai di media. Presiden Gus Dur, misalnya, pernah diberitakan berkunjung ke Parangtritis, Yogyakarta dan melakukan ritual khusus. Sedangkan Mega kerap diberitakan ke Batu tulis atau Istana Tampak Siring saat menghadapi situasi politik yang sulit. Bisa saja Mega sekedar istirahat di sana, tapi ada juga yang mengkaitkan itu dengan urusan klenik.

Zaman SBY juga ada. Otak atik angka 9, misalnya. Meskipun itu kaitannya dengan tanggal, bulan dan tahun kelahiran dia, tapi, banyak kejadian di era kepemimpinan SBY, dicocok-cocokkan dengan angka 9.

Di bukunya: Selalu Ada Pilihan, di halaman 262, SBY menceritakan kisah menarik, menjelang pilpres 2009. Ibu Ani berteriak dan memanggil-manggilnya. “Ternyata ada asap hitam tebal dan berputar-putar di langit-langit dan di tengah ruangan itu. Asap hitam itu bergerak ke timur, seperti ingin menerobos ke kamar saya,” tulis SBY. Mengutip kisah ini, The Washington Post mencap SBY sebagai presiden yang percaya klenik. Judul artikelnya pada 22 Januari 2014: “Indonesia President Says He Believes in Witchcraft.”

Bagaimana dengan Jokowi? Presiden kelahiran Solo ini, karakternya unik. Sejumlah peristiwa dikaitkan dengan klenik. Misalnya, saat ada ular masuk ke dalam rumahnya, di Loji Gandrung. Waktu itu, dia masih jadi Walikota Solo. Dia bilang begini: “Lho, itu artinya rumah saya nyaman. Ular saja mau masuk,” katanya, santai. Makna ular dalam mistik Jawa, pertanda baik. Penghuni akan mendapat posisi yang dihormati di masyaranat (Kitab Primbon Jawa Serbaguna, R Gunasasmita).

Lain kesempatan, Jokowi bilang gini: “Rumah dinas kemasukan ular panjang dan besar. Banyak orang bilang ini pertanda mau naik (ke jabatan lebih tinggi). Tapi saya berpikir rasional saja. Tidak berapa lama ternyata ada perintah dari partai (maju Pilgub DKI). Hidup itu misteri, tak bisa diduga-duga,” kata Jokowi saat pidato di Refleksi Periode II tahun kedua Jokowi-Rudy di halaman Balai Kota Solo, Jawa Tengah. Waktu itu, 5 Oktober 2012, beberapa bulan sebelum akhirnya resmi jadi calon gubernur DKI.

Unik lainnya, soal kesukaan Jokowi memelihara kodok. Ada yang mengkaitkan ini dengan klenik. Atau tentang Istana kebanjiran. Kebanjiran dalam primbon mimpi Jawa, identik dengan suasana hati, akan capai atau kesal berkepanjangan. Dua hari sebelum Jokowi pindah ke Istana Bogor, Istananya di Jalan Merdeka Selatan, sempat kebanjiran. Di saat yang sama, konflik KPK-Polri sedang panas-panasnya. Dan Presiden memilih pindah sementara ke kota hujan, mungkin karena ingin mendapat suasana kerja (termasuk suasana hati) yang lebih adem.




Apakah Jokowi akan kerasan di Istana Bogor? Tak pernah ada keterangan apapun dari Jokowi atau keluarganya soal itu. Putrinya, Kahyang Ayu kelihatan enjoy saja di sana. Di instagramnya, sepekan lalu, anak wanita satu-satunya di keluarga Jokowi itu memasang foto sedang memberi makan rusa-rusa Istana.

Padahal menurut Rachmawati Soekarnoputri, Istana Bogor termasuk agak angker. Dia tak pernah betah lama-lama di sana. Selama bapaknya jadi presiden, Rachma tak lebih 10 kali menginap di situ. Dia bilang, justru lebih nyaman Istana Merdeka, dibanding Istana Bogor (Rakyat Merdeka, edisi 28 Februari)



Saat Jokowi di sana, makam Ratu Galuh dan Mbah Jepra yang berada di lingkungan Istana Bogor, sempat rusak, tertimpa pohon yang roboh. Di media online, rupanya ada juga yang memberitakan. Link-nya ini: 


“Ini tanda-tanda apa ya? Bertahun-tahun tak pernah makam keramat ini rusak, kok sekarang begini,” tanya seorang politisi yang sempat ngobrol dengan saya, Jumat malam. Dia ini paham hal-hal Kejawen dan mengerti banyak tentang klenik.
“Apa makna dibalik makam yang rusak itu, Mbak? Tanya saya. Dia menggeleng. Tak berani spekulasi. “Ya intinya, selama ini, siapapun Presiden dan para pemimpin menghormati keberadaan makam itu,” katanya.

 Tentu saja tidak akan mungkin pernah ada pernyataan resmi soal klenik dari Istana negara. Tapi kata kawan saya, yang kemarin menemani ngopi, “orang Jawa paling paham dan peka dengan urusan klenik. Dan mungkin saja Presiden punya perasaan khusus terhadap suasana Istananya belakangan ini."  Sebenarnya, dimanapun dia bekerja, mau di Istana Negara, Istana Merdeka atau Istana Bogor, silakan saja. Yang penting, urusan rakyat tidak penah dilupa.