Senin, 18 Januari 2016

Wisata Syariah (2): Turis Timur Tengah Ke Indonesia Belum Banyak, Potensi Terbuka Lebar

Lombok yang biasa disebut Bumi Gora, di timur Indonesia. Dan Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah di barat Indonesia. Dua tempat ini paling potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata halalSelain alam yang indah, budaya dan kulinernya menarik, suasana kehidupan religius masyarakatnya juga amat mendukung. 



 
Wisatawan Asing Berselancar. Di Pantai Selong Blanak, Lombok, mulai ada turis asing tapi tidak banyak.


Wisata halal atau ada juga yang menyebut wisata syariah sebetulnya sudah booming duluan di luar Indonesia. Sepuluh tahun terakhir, Malaysia menerapkan konsep ini. Dan, sekitar 3-4 tahun belakangan, menyusul China, Thailand, Korea, Jepang dan VietnamMeski mayoritas penduduknya non-muslim, tapi mereka berani membidik pasar ini. 


Potensi wisata halal amat besar. Pasarnya jelas. Indonesia harusnya bisa jadi kiblat wisata syariah dunia. The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) sebuah lembaga PBB di bidang pariwisata mencatat, jumlah wisatawan Timur Tengah sekitar 30-an juta setiap tahun. Dan hanya satu juta orang dari mereka yang menyambangi kawasan Asean. Lalu, tak sampai 200 ribu orang yang singgah ke Indonesia. Sisanya kemana? Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Asnawi Bahari menyebut, terbanyak ke Malaysia. Alasannya, kenyamanan dan keamanan. Ini ironi. Sebaliknya, orang Indonesia yang berkunjung ke Timur Tengah, jumlahnya jutaan. Dari umroh dan haji saja, bisa mencapai 6 jutaan jemaah pertahunnya.



Turis berperahu di Pantai Selong Blanak.


           Data menunjukkan, kedatangan turis Timur Tengah ke Indonesia menunjukkan tren bagus. Merujuk Kementerian Pariwisata, pertumbuhannya mencapai 26 persen di tahun 2014, atau sekitar 170 ribu orang. Tahun ini harapannya, naik hingga 300 ribuan orang. “Pasar bagus, dan konektivitas memadai,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, tentang ini. Setidaknya, sekarang ada empat maskapai besar Timur Tengah masuk ke Indonesia yaitu Etihad Airways, Qatar Airways, Emirates Airline dan Turkish Airline.


           Untuk menarik mereka datang ke Indonesia, tuan rumah mesti menyiapkan keperluan yang mendukung wisata syariah. Definisinya tentu tak hanya menyiapkan makanan halal dan mushola atau mesjid di tempat wisata. Isu terpenting adalah infrastruktur yang memberi kemudahan akses menuju lokasi, layanan profesional dan higienitas atau kebersihan. ***


Artikel ini sudah dimuat di

Harian Rakyat Merdeka

Edisi Minggu, 17 Januari 2016


Artikel tersebut juga telah dimuat di Rakyat Merdeka Online, Senin 18 Januari 2016





Wisata Syariah (1): Serambi Mekkah & Bumi Gora, Pintu Wisata Halal Indonesia

Suatu siang di Desa Sade. Saya duduk dpondokan kayu beratap rumbiaTiba-tiba sekelompok wanita berhijab, turis dari negeri Jiran mendekat. Berebutan, mereka duduk sedapatnya di sekitaran saya. “Beli yang ini. Bagus,” kata seorang diantara mereka, sambil memperlihatkan sebuah tas tenun. Yang diajak bicara, tertarik. Dia lalu beranjak, menuju salah satu toko dan mulai melihat-lihat. Selain tas, ada suvenir lainnya. Khas suku Sade. Tenunan Sade memang indah. Ada yang dikerjakan secara tradisional dengan tangan. Selembar kain dengan kualitas benang terbaik, harganya bisa jutaan rupiah, dan butuh pengerjaan berbulan-bulan.


    Rumah Khas suku Sasak di Desa Sade

Dusun Sade terletak di Nusa Tenggara Barat. Tak jauh dari Pantai Kuta, Lombok dan lokasinya cukup strategis. Berada di pinggiran jalan. Ini adalah perkampungan suku Sasak asli. Penduduk yang tinggal di situ jumlahnya sekitar 200 kepala keluarga, masih mempertahankan adat istiadat dan budaya asli Sasak. Tinggal di Bale Tani, rumah kayu dengan atap dari alang-alang kering dan rumbia, berdinding bambu. Lantainya terbuat dari campuran tanah, getah pohon dan olesan kotoran kerbau.



    
    Foto 1. Wisatawan menikmati air terjun    Benang Kelambu di Lombok Tengah.


Saat berkunjung akhir tahun lalu, spot ini ramai dikunjungi turis. “Kami sekarang belajar bahasa Malaysia, karena turis dari sana mulai banyak,” kata salah seorang guide local di Dusun Sade. Bus-bus rombongan turis terlihat berjejeran. Parkir di lahan terbatas.


 

   Foto 2. Seorang wanita sedang menenun kain khas Sasak.


 Foto 3. Kain-kain tenun khas Sasak. Harganya bisa jutaan jika Benang yang ditenun kualitasnya bagus.


Selain Malaysia, tren turis dari negara-negara muslim, juga makin banyak ke Lombok. Ini salah satu dampak bagus, setelah Lombok ditetapkan sebagai The World’s Best Halal dan The World’s Best Halal Honeymoon Destination di ajang World Halal Travel Award di Dubai, tahun lalu.


Di Lombok, selain Gili yang amat populer, masih ada sekitar 100 spot yang belum jadi perhatiankhusus. Air terjun Benang Kelambu, misalnya, amat menakjubkan. Saya pernah ke sini. Infrastruktur jalannya belum mulus. Bergerinjul batu-batu. Pos informasi seadanya, dengan pemandu yang tidak cukup terlatih. Padahal, air terjunnya bisa jadi magnet luar biasa untuk turis. Tumpahan air jatuh dari balik rimbun pepohonan, membentuk tirai bening yang panjang


Itu baru satu contohBudaya Lombok juga banyak yang unikMisalnya, ritual bau nyale. Berburu cacing laut warna-warni didahului upacara dan ritual tradisional yang menarik. Sudah jadi agenda budayatapi butuh perhatian khusus agar turisnya makin banyak.

Tak kalah dengan Bali, pantai-pantai di Lombok pun cantik. Bahkan pasirnya, bukan hanya putih, ada yang pink, pasir butir lada, pasir hitam dan sebagainya. Belum kulinernya. Ayam taliwang dan plecing kangkung, nasi balap pucung khas Sasak, beberok dan masih banyak lagi.

 


Gold Island Di Ujung Barat



Nyiur Melambai. Foto Pantai Sumur 3 di Sabang, Pulau Weh, Aceh.

Sehari setelah peringatan 11 tahun Tsunami, Pantai Lampuuk Aceh ramai pengunjung. Wanita-wanita berhijab berlarian di pinggiran pantai. Mereka terlihat gembira. Baju gamisnya dibiarkan menyapu pasir pantai, dan sengaja basah oleh percikan ombak. Padahal, panas siang itu terasa menusuk kulit. Wanita bercelana panjang malah banyak yang langsung byuur, nyebur. Lalu berenang dengan pakaian tertutup. Teman-temannya bersorak.

Saya ada di situ“Mungkin bagus ya, kalau di sini ada pusat watersport syariah. Permainan air yang seru tapi tetap syar’i dengan penyewaan pakaian renang muslim,” kata temanku, yang juga muslim. Dia sekarang birokrat di sebuah Kementerian.


Saya empat hari berada di Aceh. Kota ini sudah banyak berubah. Sudut-sudutnya bersih. Masjid Baiturrahman sedang diperindah dengan payung-payung otomatis di terasnya. Nanti bakalan seperti di Mesjid Nabawi. Yang rindu Madinah, mungkin bakal sedikit terobati kalau ke sini.


Aceh juga memiliki banyak spot yang berpotensi mendunia. Menurut Gubernur Aceh Zaini Abdullah, total destinasi wisata di wilayahnya sekitar 800 spot. Sabang di Pulau Weh, bahkan sudah cocok masuk katagori produk premium. Pantai-pantainya mempesona. Berkelok cantik dan air birunya bening bergradasi. Pada 2008, Great Britain Publishing memberi gelar Sabang sebagai The Gold Island dan memasukkan pulau ini di 501 destinasi yang harus dikunjungi di dunia.

Di Aceh, wisata juga akan terasa sebagai ziarah dan perenungan jiwa, karena ada lokasi untuk mengenang bencana Tsunami. Spot yang menarik dikunjungi, misalnya kapal nelayan di Gampung Lampulo yang tersangkut di atas rumah penduduk, Mesjid Rahmatullah di Lampuuk, kuburan massal 100 ribu korban tsunami di Meuraxa, dan Museum Tsunami.


Syaiful, salah seorang warga yang selamat, sempat memberi testimoni, saat saya ke Lampulo. “Saya nyaris tak sanggup melihat pemandangan di sekitaran air. Ada tangan putus, kaki mengapung. Atau anak kecil meninggal timbul tenggelam,” katanya. Ketika air surut, kapal kayu seberat 65 ton yang dia naiki, ternyata tersangkut di atas rumah. Jaraknya 1,5 kilometer dari Sungai Krueng Aceh.


Kapal Di Atas Rumah. Ini kondisi kapal nelayan di Gampong Lampulo. Terseret Tsunami dari Sungai Krueng Aceh.


Ada lagi yang kejadiannya mirip. Kapal PLTD Apung pengangkut pembangkit 10,5 megawatt. Panjangnya 63 meter dan mengapung di atas laut Desa Punge, Blancut. Dibawa ombak Tsunami, kapal ini terseret 5 kilometer. PLTD seberat 2.600 ton terbawa hampir ke tengah kota, dan terhempas di tengah pemukiman.


PLTD Apung di tengah Pemukiman. Ini jadi monumen pengingat Tsunami dan obyek wisata menarik di Aceh.



Kuburan massal di Meuraxa juga patut dikunjungi. Penataan makam ini dibantu oleh UNDP, sebuah lembaga PBB. Ada hamparan rumput, bebatuan serta rimbunan pepohonan, dibatasi dinding terbuka dengan lukisan asmaul husna di sekelilingnya. “Areal ini arsiteknya khusus lho. Seorang ahli di bidang desain pemakaman,” kata Arie Parikesit, yang pernah jadi personil UNDP saat recovery Aceh pasca Tsunami. Arie kini dikenal sebagai Pakar Kuliner Indonesia.

Mesjid Rahmatullah terletak sekitar 500 meter dari Pantai Lampuuk Aceh. Dan menjadi satu-satunya bangunan yang tetap berdiri saat diterjang Tsunami. Padahal, di sekitarnya, semua rumah luluh lantak dan 6000 ribu jiwa hilang. Saat ini, mesjid Rahmatullah telah diperbaiki dan sekelilingnya sudah hijau kembali. 


Sedangkan Museum Tsunami, terasa amat menusuk kalbu. Begitu masuk ke dalam, langkah pertama sudah terasa menghanyutkan. Di lorong yang gelap, suasana dibuat seperti detik-detik Tsunami datang. Ada rintikan air hujan jatuh dilengkapi suara gemercik. Di ujungnya, cerobong besar dengan dinding bertuliskan nama-nama korban Tsunami. Lamat-lamat terdengar doa, dan kita pun langsung merasakan suasana berkabung amat dalam. Mendongkak ke atas, ada ujung cerobong dengan cahaya bertuliskan lafaz Allah. Hati pun rasanya bergetar.