Jumat, 23 Oktober 2015

John Riady, Pemuda Digital Indonesia: Kalau Tak Berubah, Kita Akan Kalah




 
          Bicara dengan John Riady, kita seperti di-magnet. Betah berlama-lama mendengarkan semangat dan optimismenya yang menyala-nyala. Pandangan putra kedua James Riady ini amat bernas. Lulusan dari tiga sekolah hebat di Amerika. Georgetown University, Wharton Business School di University of Pennsylvania dan Columbia University. Ilmunya paripurna, filsafat politik, bisnis dan hukum. “Pada akhirnya, belajar apapun, semua keilmuan itu nyambung,” kata John kepada Tim Rakyat Merdeka, Kiki Iswara Darmayana, Ratna Susilowati, Sarif Hidayat dan Aditya Nugroho serta fotografer Derry, akhir pekan lalu.
          Di kantornya yang didesain serba terbuka dan colourfull, John bicara tentang teknologi, pendidikan dan inovasi baru yang diluncurkan Lippo, MatahariMall.com. Perusahaan e-commerce ini akan jadi yang terbesar di Indonesia. Platform online, mirip dengan Amazon di Amerika atau Alibaba di China. Di MatahariMall, jumlah item barang yang dijual sekitar 250 ribu jenis. Atau 30 kali lipat lebih banyak dari satu toko Hypermart. Wow!
 
Pertumbuhan teknologi digital dunia amat cepat. Bagaimana kalangan usahawan memanfaatkan hal ini? Saat ini, kita mengalami revolusi industri yang keempat. Yaitu, digital revolution. Dalam 100 tahun ke depan, akan terjadi pertumbuhan ekonomi dan terobosan efisiensi yang luar biasa karena teknologi. Revolusi ini berdampak amat besar. Di Amerika, misalnya, Amazon sudah melebihi Wallmart. Padahal Wallmart punya 300 gerai, sementara Amazon nol. Di China, revenue barang dan jasa yang diperjualbelikan oleh satu platform, Alibaba, mencapai sekitar 300 miliar US Dollar atau hampir sepertiganya PDB Indonesia. Dampak teknologi terasa lebih jauh ke dalam, utamanya di China dan kini Indonesia.
 
Pengusaha besar mungkin bisa segera memahami dan bersiap menghadapi revolusi digital. Bagaimana dengan usaha kecil?Revolusi digital mengubah segalanya. Mengubah cara bergerak. Lahir Gojek, Grabbike, dan seterusnya. Mengubah cara membeli, cara membaca, cara mendapatkan barang, dan cara mendapatkan informasi. Situasi ini menciptakan peluang dan tantangan. Meng-create value baru. Dampaknya amat baik. Bagi negara, kekuasaan seperti di-demokratisasi atau terjadi democratization of power. Memberdayakan individu. Sedangkan di sisi ekonomi, teknologi memangkas biaya menjadi jauh lebih efisien, sebab perantara-perantara dihilangan. Pembeli langsung ke penjual. Dulu, mungkin ada komisi dan biaya lainnya, sehingga sampai ke konsumen, barang jadi mahal. Sekarang, dampak untuk konsumen baik, karena harga lebih murah. Dan untuk penjual juga baik karena memberikan kesempatan UKM bangkit. Teknologi memberdayakan entereupreuner pemain kecil. Dulu, UKM susah sekali jualan. Misalnya, untuk jadi supplier di Matahari tidak gampang. Luas toko Matahari kan terbatas, sehingga, penjual harus bersaing dengan yang lainnya. Sekarang, UKM buka usaha bisa di rumahnya, lalu pakai e-commerce.
 
Seiring revolusi digital, pertumbuhan bisnis e-commerce amat pesat. Bagaimana kondisi persaingannya di Indonesia? Di negara maju, e-commerce seperti dessert. Sementara di negara berkembang, termasuk Indonesia, e-commerce ibarat main course. Bahkan di daerah, e-commerce lebih hidup, karena banyak orang yang memiliki pendapatan, menginginkan beli barang, tapi tidak ada Hypermart atau Matahari, misalnya. Akhirnya, mereka lihat onlineshop, dan membeli secara online. Inilah konteks sekarang, kita hidup dalam revolusi digital yang luar biasa. Menghadapi ini, bagi sebuah usaha, berapa pun besarnya, harus inovasi. Kalau tidak, ya siap-siap kalah. Seperti Wallmart dikalahkan Amazon. Padahal pendiri Amazon itu hanya satu orang. Juga pendiri Alibaba itu, satu orang, Jack Ma.
Matahari dan Hypermart adalah pemain retail terbesar Indonesia. Kalau tidak segera berinvonasi di teknologi, ya ketinggalan. Sama dengan wartawan, dulu mungkin hanya menulis, sekarang konvergen. Selain menulis, juga harus bisa memotret, merekam, dan seterusnya.
 
Jadi Lippo me-launching MatahariMall sebagai inovasi menghadapi revolusi digital...  Bagi kami, masa depan adalah online retail, makanya kami mendirikanMatahariMall.com. Dalam dunia digital, tak ada lagi barrier. Borderless. Dulu, orang mau membangun Wallmart harus pakai izin, sementara Alibaba.com tinggal klik langsung masuk ke pasar global.MatahariMall.com ingin berusaha jadi salah satu platform nasional, semoga berhasil. Kami mau bikin platform sempurna. Jangan sampai ada yang pesan Iphone, dapatnya sabun (tertawa).
 
Menggunakan nama MatahariMall, apakah ini berarti meng-online-kan Matahari Departement Store? Kami bersyukur punya nama Matahari yang sudah kuat. Kepercayaan itu penting, apalagi bagi orang di daerah, yang masih banyak takut belanja online. Kita bukan Matahari Departemen Store yang di-online-kan. Matahari Mall dengan Matahari Departemen Store adalah dua perusahaan berbeda.MatahariMall.com menjual hanya 8 persen saja barang Matahari.MatahariMall.com adalah platform, yang mempertemukan penjual dan pembeli. Kami hanya dapat komisi kecil. Dan melalui platformMatahariMall.com, kita bantu promosi dan iklan produk-produk penjual.
 
Berarti akan banyak penjual yang menjual item barang sama ya?Misalnya, Iphone, ada sekitar 30 penjual di platform ini. Silakan semuanya berjualan. Kalau diantara mereka ada yang salah kirim barang, atau dikomplain pembeli, ya saya akan keluarkan dari platform, nggak boleh jualan lagi diMatahariMall.com.
 
Kalau ada komplain, bagaimana tanggungjawabMatahariMall.com? Kalau ada barang yang bermasalah, yaMatahariMall.com yang nanggung. Ini bisnis kepercayaan. Karena itulah, kami men-screening penjual. Juga ada training bagi penjual. Kami cek, apakah penjual ini beneran punya toko, bagaimana track recordnya. Semua barang yang dijual di sini, harus asli, tidak boleh palsu.
 
          Saat sibuk, MatahariMall.combisa menerima sampai 30 ribu transaksi perhari. Kalau ada satu persen saja bermasalah, berarti sekitar 300 komplain. “Ya, itu kita perbaiki,” kata John.
 
Bagaimana posisi MatahariMall.codibanding online shop yang lain?Online shop itu ada dua macam. Bussiness to consumer, dan consumer to consumer. Fokus saya B to C (Business to Consumer). Perusahaan UKM besar atau kecil menjual ke konsumen di platform saya. Beda dengan Tokopedia atau Bukalapak, sifatnya C to C. Itu different model yang nggak ada salahnya. Di setiap negara, model bisnis seperti itu juga berhasil.
          Kelebihan kami, selain barang bisa dikirim ke rumah, juga bisa ambil di jaringan toko Matahari. Atau kita juga punya e-locker. Loket pengambilan barang. Misalnya kita beli barang, tapi untuk dikirim ke rumah nggak ada pembantu, padahal penerimaan barang harus ada tanda terimanya. Jadi, ya barang bisa diambil diloker-loker tempat tertentu. Ini mempermudah konsumen. Di China, hal ini biasa. Kami punya rencana membuat fulfillment centre di Halim.
          Salah satu e-locker MatahariMall ada di Gedung Lippo Kuningan. Di area lobi, terlihat deretan loker ini. Tampilan cantik dengan warna menyolok. Untuk memudahkan konsumen mengambil barang.
 
Anda hafal nggak, berapa jumlah item barang yang dijual diMatahariMall.comSekitar 250 ribu item. Bayangkan, Hypermart saja paling jualan hanya 8 ribu item. Kami jualan sepertiga barang elektronik, sepertiga fashion dan sepertiganya lain-lain. Misalnya, panci, sprei, pisau dll. Itu dari puluhan ribu penjual yang jadi rekanan.
 
Apakah penjualan di online shop MatahariMall ini menggerus pendapatan offline shop Matahari Departemen Store? Sejauh ini belum ada pengaruh. Memang transaksi online terus meningkat jauh. Tapi, saat ini pendapatan dari offline store masih lebih besar dari online.
 
Bagaimana regulasi Pemerintah terhadap bisnis e-commerce. Apakah sudah cukup membantu?Sampai saat ini belum ada peraturan pemerintah. Mungkin baru rancangan. Bagi kami, prinsip terpentingnya adalah equal treatment. Pemain lokal dibantu. Di China, Alibaba tidak kena regulasi macam-macam, bahkan pemain asing ditutup. Kami, tidak perlu begitu. Pemain asing kalau mau masuk, ya silakan, tapi equal treatment yang fair.
 
Pertumbuhan ekonomi belakangan melambat. Bagaimana pengaruhnya ke bisnis e-commerce? Di Indonesia, dari total pasar retail, yang online baru 0,5-1 persen saja. Ini berarti bisnis e-commerce di Indonesia dimulai dari awal. Itu pun jumlah pemainnya sudah banyak sekali. Kalau tumbuh 10 persen dalam 10 tahun mendatang, artinya, e-commerce naik 10 kali lipat dari sekarang. Trennya, seiring pertumbuhan GDP, industri jasa akan makin besar. Retail, teknologi, internet, pendidikan, rumah sakit. Fokus bisnis Lippo di situ sekarang.  Memang saat ini, kondisi ekonomi sedikit berat. Tapi isunya ada dua, yaitu eksternal dan internal. Yang eksternal, itu di luar kontrol kita. Akibat slow down di China dan ketidakpastian suku bunga di Amerika. Posisi Presiden Jokowi memang kasian juga ya, mulai menjabat saat kondisi perekonomian dunia seperti ini. Tapi, semua menghadapi kenyataan yang sama. ***
 


 
Hobi Lari & Makan Nasi Padang 
“Rapat Pun Saya Sambil Berdiri...”
 
          John Riady lahir 5 Mei 1995. Sebelum melayarkanMatahariMall.com, John mengajar di Universitas Pelita Harapan, dan mengurusi media holding milik Lippo Group. Ketiga aktivitas itu, kini dijalankan bersamaan. Sibuk, tapi masih sempat menikmati hobinya, olahraga bersama istri. Jogging dan muay thai (bela diri tangan kosong dari Thailand). Dia juga penggemar berat nasi padang.
          Kantor pusat MatahariMall berada di Menara Lippo Kuningan. Aura kesibukan amat luar biasa di situ. Muda mudi profesional terlihat hilir mudik. Sibuk menerima orang-orang yang datang, ada juga yang menggelar rapat. Ruangan seluruhnya dibuat terbuka. Sehingga aktivitas terlihat jelas.
          “Satu-satunya yang punya ruangan di sini Pak Emir. Saya tidak punya. Bahkan, rapat pun sambil berdiri, biar efisien,” kata John tertawa. Setelah melepas kursi Dirut Garuda, Emirsyah Satar bergabung sebagai Chairman di MatahariMall. Tim Rakyat Merdeka sempat ketemu sekilas di sana. Air muka Emir kini terlihat segar, mungkin karena dikelilingi 400 karyawan muda, usia kisaran 27 tahun.
 
Anda banyak disebut sebagai Pangeran Lippo atau Putra Mahkota Lippo. Apa artinya bagi Anda. Saya tidak berpikir seperti itu. Sebenarnya di keluarga, kami tidak diharuskan atau dibesarkan untuk berdagang. Pikiran kakek saya, Pak Mochtar (Riady) atau ayah saya (James Riady), setiap orang diberi talenta yang berbeda. Kalau talentanya jadi dokter, lalu dipaksa berdagang, pasti saat bekerja tidak senang, dan tidak bisa bersaing, lalu kalah. Saya dianjurkan cari talenta sendiri, dan dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat. Kalau kita hebat di bidang tertentu, tapi tak ada kebutuhan masyarakat, akhirnya hanya jadi money machine. Baiknya, kita senang mengerjakan sesuatu, passionate dan berdampak positif pada masyarakat.
          Saya tidak tahu, soal mahkota Lippo. Yang jelas saya senang dilahirkan di Indonesia di era sekarang ini. Bagi saya, ini satu karunia. Satu kesempatan. Kalau saya mengerjakan bisnis ini 10 tahun lalu, itu terlalu awal. Atau mengerjakan ini 10 tahun dari sekarang, sudah telat. Saya merasa sangat bersyukur diberkati orang tua, bukan dari persektif materi. Tapi pendidikan dan kesempatan. Ini lebih sebagai sebuah amanat, seperti konsep stewardship.
 
          Semoga Lippo terus berjaya. Namun ada fakta bahwa kerajaan bisnis mulai meredup di tangan generasi ketiga. Bagaimana strateginya agar Lippo tetap bertumbuh? Ini bukan hanya tantangan di perusahaan. Banyak negara pun kesulitan melewati masa kejayaan hingga tiga generasi. Ini adalah tantangan sebagai manusia. Biasanya kalau sudah berjaya, lalu kita merasa cukup complacent. Tidak bekerja keras dan tidak inovatif. Padahal, kita harus terus bergerak, di dunia yang penuh dengan perubahan, kalau ngga maju, ya habis.
          Ini kaitannya dengan Hari Kebangkitan Nasional. Kalau ada American Dreams, maka menurut Anda, apakah Indonesian Dreams?Saat ini ada 800-100 juta orang middle class di Indonesia. Mereka ini orang-orang yang baru pertama kalinya, dalam keluarga, mengirim anaknya ke sekolah yang baik, mulai belanja di retail modern, bisa membeli rumah, motor atau mobil. Memiliki smartphone, dapat pekerjaan baik. Bisa mendapatkan KPR. Mereka ingin hidup lebih baik dari orang tuanya. Ini big dreamnya orang Indonesia.
           
          John membandingkan profil pekerja di kantornya, ibarat miniatur Indonesia.  Orang muda, baru berkeluarga, dan profesional. “Mereka ini bekerja keras sekali. Tak perlu lagi diberi handsout, sudah bisa jalan. Ibaratnya, beri mereka pancing, jangan ikannya.”
          Kalau semua orang bekerja dengan baik, maka negara ini akan makmur dan berhasil lebih cepat. “Inilah Sumpah Pemuda era 2015. Pemuda kita berjuang, berinovasi dan inilah yang membuat Indonesia makin maju,” kata John. ***
 
Wawancara ini sudah dimuat di Rakyat Merdeka edisi khusus 52 Halaman pada Rabu, 21 Oktober 2015

Silakan disimak juga di: http://ekbis.rmol.co/read/2015/10/24/221958/Kalau-Tak-Berubah,-Kita-Akan-Kalah-   dan http://www.rmol.co/read/2015/10/24/221962/Rapat-Pun-Saya-Sambil-Berdiri...%E2%80%9D-



 
 

Captain Agustin Fitriyah, Nahkoda Wanita Pertama Di Kapal Tanker Indonesia: Pelaut & Enginer Kita Sehebat McGyver Sayang Kurang Mampu Berbahasa Inggris

 
Urat takut Agustin Fitriyah sepertinya sudah putus. Keseharian perempuan berusia 34 tahun ini akrab dengan lautan. Dia lebih suka menaklukkan gelombang dan arus laut yang dahsyat dibandingkan kemacetan Jakarta.
“Di daratan, saya stres melihat macet,” kata Agustin, saat diwawancarai eksklusif tim Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati, Kartika Sari, Aditya Nugroho dan Siswanto. Wawancara berlangsung dalam suasana santai sambil makan siang di Mall Summarecon Bekasi, Sabtu (10/10).
          Agustin boleh dibilang wanita langka. Indonesia baru punya satu nahkoda wanita di kapal tanker. Ngobrol dengannya cair. Langsung klik, seperti bicara dengan teman lama. “Padahal saya lebih sering ketemu ikan lho, daripada ketemu orang ha...ha...ha..,” kelakarnya sambil tertawa lebar.
          Pernahkah Anda mengalami kejadian menyeramkan, misalnya seperti menghadapi perompak?
Saya nggak takut sama perompak. Pelaut hanya takut sama badai, kapal kandas, bocor atau kebakaran, ha...ha...ha... Pernah sih dengar kisah seorang teman saat menghadapi perompak. Kru dibuang ke laut, dan justru itu diselamatkan. Perompak sandera nahkodanya, sekian bulan. Kapal dijual dan minyaknya diambil. Saya pernah berlayar dengan kapal penuh lobang peluru. Kabarnya itu pernah ditembaki pemberontak saat zaman operasi militer di Aceh.
          Agustin bekerja untuk Pertamina sejak 2007. Mengangkut ribuan liter bahan bakar minyak (BBM) untuk didistribusikan hingga ke sudut-sudut pulau di wilayah Indonesia.
          Wilayah Indonesia mana yang cukup rawan dan pernah dilabuhi?
Saya pernah ke Kolonedale, sekitar perbatasan Filipina dan Sulawesi Tengah. Itu jalur yang bagus, tapi sama sekali tak ada tanda-tanda lalulintas lautnya. Jadi, pakai ilmu sakti. Tanpa panduan, hanya menggunakan ilmu nelayan, melihat angin, melihat arus. Saat seperti itu, jika tiba-tiba melihat speedboat melaju kencang, kita bersiap, regu jaga harus ditambah.
          Kami sering baca berita, adanya muatan BBM yang berkurang atau hilang di tengah laut. Bagaimana hal itu bisa terjadi ya?
Muatan berkurang belum tentu hilang. Minyak itu sifatnya menguap. Ada faktor density, temperatur dan sebagainya. Saya belum pernah lihat atau mengalami ada minyak hilang karena ada yang diam-diam menjual.
          Pernahkah mengalami perlakuan diskriminatif karena alasan gender?
Bukan diskriminatif. Tapi kadang ada lelaki yang underestimate (meremehkan) terhadap kemampuan perempuan. Misalnya, wanita tidak mungkin melek dan jaga kapal dari jam 12 malam sampai jam 4 pagi. Padahal, perlakuan pendidik terhadap murid laki-laki dan wanita di sekolah pelaut ya sama. Merayap bareng, dan segala macam perlakuan lain ya sama.
          Katanya, pelaut mata keranjang...
Ha...ha...ha... Bukannya orang jahat lebih banyak di darat daripada di laut? Sejak saya jadi kadet (taruna calon pelaut) tidak pernah digoda-goda kok. Mereka respek. Soal mata keranjang, ya tergantung orangnya. Kalau kita tidak linjeh-linjeh, ya nggak mungkin digodain he...he...he...
Nenek moyang kita katanya seorang pelaut. Sebenarnya, kemampuan pelaut Indonesia seberapa hebat sih?
Pelaut dan engineer Indonesia harusnya dibayar mahal, karena kemampuan mereka jauh lebih hebat dibanding pelaut luar negeri. Kekurangan banyak pelaut kita kurang percaya diri. Misalnya, karena kurang mampu berbahasa Inggris. Padahal, keahliannya luar biasa. Engineer-nya saya ibaratkan sebagus McGyver ha...ha...ha... (McGyver adalah tokoh film seri di tahun 80-an yang jago mengotak-atik segala macam peralatan-red)
           Pernahkah mengalamikejadian luar biasa di lautan?
Saya pernah melihat saat-saat lautan lebih terang dari langit. Waktu itu jabatan saya Mualim 2 (Chief Officer pengatur arah navigasi). Tengah malam, tapi laut terang sekali seperti ada lampunya, dan terang itu mengikuti jalur kapal kita. Menurut Google sih, kemungkinan sekelompok ikan jenis tertentu. Tapi, saya merasakan itu kuasa Tuhan. Pada saat yang lain, saya pernah melihat cahaya dari awan jatuh persis ke kanan dan kiri kapal. Membentuk seperti tiang yang terang sekali. Air laut seperti berputar, lalu cahayanya naik lagi ke langit.
          Itu mungkin bagian dari pengalaman spiritual ya...
Saya tidak tahu. Tapi sejak itu, saya tak mau lagi bersikap sok-sokan, apalagi sama Tuhan. Bicara apapun, kalau di kapal harus lebih hati-hati. Tidak boleh gampang lempar omongan. Saya pernah mengalami, ada kru menggampangkan situasi. Pas kapal mau sandar, enam kapal di depan tidak melihat kami. Hampir nabrak, untunglah, kabut yang menyelimuti kapal kami akhirnya hilang.
          Bagaimana pengalaman menghadapi masalah? Wanita biasanya cepat panik.
Kalau saya panik, semua kru bisa panik dan kapal bisa kandas beneran. Meskipun hati saya panik, saya mencoba tertawa saja. Kalau Captain-nya tertawa saat menghadapi masalah, ya anak buah bisa senyum. Takdir di tangan Tuhan, kalau kita saatnya mati ya mati.
          Apa kelebihan dan kekurangan nahkoda wanita dibandingkan lelaki?
Mengendalikan kapal tanker itu sulit. Kalau salah prosedur, ya risikonya siap-siap dipanggil Yang Kuasa. Saya merasa perempuan jadi nahkoda itu kelebihannya lebih detail melihat persoalan. Tapi, kekurangannya, mudah main perasaan. Apalagi kalau ada alasan menyangkut keluarga, kita sering mengalah. Saat jadi Chief Officer, saya galak. Tapi kini orang lebih mengenal saya sebagai Captain yang suka memberi makan, tapi nggak suka makan ha...ha...ha...
          Agustin bercerita, sebenarnya dia orang yang gampang makan. Tapi, menu kesukaannya jarang tersaji di kapal. Makanan kesukaannya: tempe, tahu, sambal dan ikan asin. Di kapal, kadang dia minta dimasakkan botok (parutan kepala dan ikan teri dipepes-red).
          Bagaimana caranya menginspirasi pelaut wanita supaya bisa jadi nahkoda seperti Anda?
Harusnya makin banyak pelaut wanita jadi nahkoda. Wanita bisa dan mampu kok. Saat ini saya sedang mengkader Mualim 1 wanita dan berharap suatu saat dia bisa jadi nahkoda. Peluang terbuka lebar, kesempatan banyak. Tinggal kemauan saja. Sayangnya, banyak wanita pelaut yang mundur setelah menikah. Mungkin karena keadaan mereka tidak memungkinkan.
Padahal menurut saya, lebih enak dan nyaman di lautan. Berbulan-bulan saya di kapal tak ada apa-apa. Di daratan malah stres, liat macet, mikirin tagihan ha...ha...ha... ... Saat saya hamil, saya diturunkan dari kapal. Bukannya baik malah keguguran. Mungkin bagi saya, daratan itu mudah membuat stres. ***
 
 
 
Di Kampungnya, Ternyata Ibu Lurah
 
Berlayar Minimal 5 Bulan
Suami Sering Cemburu
 
HARI ini adalah hari yang istimewa untuk Agustin Nurul Fitriyah. Dia diwisuda sebagai Ahli Nautika Tingkat I, atau lulus di pendidikan tertinggi sekolah Pelaut. Sejak tahun lalu, Agustin menahkodai Kapal Tanker MT Merbau dengan kapasitas 3500 kiloliter. Kalau satu truk tanki BBM berisi 1.000 liter, berarti yang diangkut oleh Agustin setara dengan 3.500 truk tanki. Setelah diwisuda, cita-cita Agustin berikutnya adalah menahkodai kapal tanker gas yang kapasitasnya lebih besar.
          Agustin adalah sulung dari dua bersaudara. Ayahnya seorang polisi, asli Jombang dan ibunya dari Bondowoso, kini tinggal di Jember. Suami Agustin adalah seorang kepala desa di sana, dan memiliki seorang putra. “Jadi saya ini Ibu Lurah,” katanya tertawa.
Setiap kali berlayar, minimal dia lima bulan meninggalkan rumah, bahkan pernah setahun. Tapi ketemu suami bisa dua kali sebulan. “Saya sandar di kota mana, saya telepon suami, dan dia datang menyusul ke tempat saya,” ujar Agustin.
“Suami sering cemburu, tapi dia juga tetap bertahan di Jember, karena cinta sama rakyatnya. Prinsip saya, bukan mangan ora mangan sing penting ngumpul. Tapi ora ngumpul rapopo, sing penting mangan ha...ha...ha...,” candanya tertawa lebar.
          Mengapa pilih jadi pelaut di kapal tanker, dan bukan di kapal pesiar?
Setiap pelaut punya cita-cita mau jadi nahkoda kapal apa. Mungkin ada yang menganggap enak di kapal pesiar. Sedangkan cita-cita saya sekarang ingin jadi nahkoda di kapal tanker gas. Kapasitasnya lebih besar. Itu keren sekali rasanya. Mengendalikan kapal tanker itu semua ilmunya beneran terpakai. Fisika, kimia sampai baca arus laut dan seterusnya.
          Hiburan di kapal tanker apa ya? Bagaimana untuk mengusir rasa bosan selama lima bulan berlayar?
Bagi saya, kapal lebih indah dari rumah. Orang membayangkan kapal tanker tak ada keindahannya. Bercak penuh noda, karatan, bau mesin dan seterusnya. Padahal, makanan enak, mau nyanyi bisa karena ada fasilitas karaoke, fitness bisa, kamar bersih, dokter pun ada. Bahkan dapur kapal, kata Ibu saya, lebih bersih dari dapurnya he...he...he...**

 
Sempat Jadi Dosen,
Eh Kembali Melaut
 
          KAPAL penyeberangan di Ketapang-Gilimanuk rupanya punya andil besar dalam perjalanan hidup Agustin. Di kapal itu, dia pernah bertemu Mualim 3 (Third Officer) wanita, yang menceritakan tentang pekerjaannya. “Gaji dia saat itu Rp 3 juta. Dan saya berpikir, itu sebesar gaji bapak saya ketika itu,” kenang Agustin.
Karenanya, melamarlah dia sekolah di PIP (Politeknik Ilmu Pelayaran) di Semarang, Jawa Tengah. Dan diterima. “Saya miskin, prinsipnya saya sekolah beasiswa, dan bisa segera dapat pekerjaan,” katanya.
Ayahnya yang polisi sempat menentang keinginannya jadi pelaut. “Dalam pikiran ayah, pelaut itu pekerjaan lelaki, biasanya bertato, pakai anting. Kamu nanti nggak bisa pupuran (bedakan) ha...ha...ha...,” kisah Agustin sambil tertawa, mengingat kata-kata ayahnya, dulu.
          Tapi tekadnya kuat. Dia yakin bisa lebih berhasil dari ayahnya. “Bapak bilang, kalau saya jualan tahu, anak saya jangan lagi jualan tahu. Tapi minimal harus jadi juragan tahu,” ujar Agustin.
          Selepas lulus sekolah di PIP, dia berlayar. Jadi Mualim di Kapal Penyeberangan Merak-Bakauheni, lalu banting setir jadi dosen di Universitas Hang Tuah. Tapi, melaut rupanya panggilan jiwa. Meskipun posisinya saat itu sudah Dekan, dia ingin kembali ke laut. Agustin lalu sekolah Ahli Nautika 2, dan akhirnya bekerja di Pertamina. Cita-cita jadi nahkoda kapal tanker pun meletup. “Bisa nggak ya di kapal tanker. Rasanya keren kalau bisa,” kisahnya.
          Motivasinya cukup kuat. Agustin pun lalu ikut tes. Banyak kawannya yang underestimateatas kemampuannya, tapi dia tak peduli. Sampai akhirnya diterima sebagai satu-satunya nahkoda wanita untuk kapal tanker.  Jabatannya menanjak dari Mualim 3, lalu Mualim 2, dan Mualim 1. Suatu saat Agustin bertugas ke Singapura dan bertemu Ibu Karen (Karen Agustiawan, Dirut Pertamina saat itu) dan dia disemangati. “Ah masak cuma sampai Chief Officer. Ayo kamu pasti bisa lebih tinggi,” pesan Karen saat itu.
          Begitu dapat promosi jadi nahkoda, apa rasanya?
Wah wah saya langsung menjawab, siap. Senangnya seperti diberi mobil baru dan SIM. Deg-degan luar biasa mengingat risikonya yang berat, tapi saya yakin bisa. Kalau tidak dimulai dari saya, nanti wanita nggak akan pernah dianggap bisa.
Apakah ayah sudah ikhlas dengan profesi Anda sekarang?
Saya pernah berjanji memberangkatkan bapak dan ibu ke tanah suci. Saat akhirnya saya bisa membiayai, bapak sempat tidak mau.
Bapak bertanya pada saya, kamu dapat uang dari mana? Biarpun polisi rendahan, saya tak mau anak saya korupsi. Setelah dijelaskan, akhirnya bapak mengerti. Bahkan dia kini senang sekali dan sudah ikhlas saya jadi pelaut. ***



Foto-foto:
 Istimewa dan Dok Rakyat Merdeka

Wawancara ini sudah dimuat di Rakyat Merdeka, Rabu 21 Oktober 2016
(Edisi Khusus 52 Halaman). Juga bisa diklik di: 
Pelaut & Enginer Kita Sehebat McGyver, Sayang Kurang Mampu Berbahasa Inggris - RMOL.CO - http://www.rmol.co/news.php?id=221890