Rabu, 30 Maret 2016

Wisata Medis Ke Negeri Tirai Bambu (7): Obat Tradisional Tapi Diracik Alat Canggih

 China sudah jadi destinasi medis yang mendunia. Selama enam hari (8 sd 14 Maret 2016) wartawan Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati, menuju Guangzhou dan Beijing, mengunjungi beberapa rumah sakit untuk melihat kecanggihan pengobatan, perpaduan barat-timur. Teknologi kedokteran modern dipadu metode tradisional khas China. Berikut ini laporannya.

  Petugas apotik menunjukkan cara meracik obat tradisional. 
(Foto ratnasusilo)


          Semua rumah sakit yang dikunjungi di Guangzhou dan Beijing ada departemen pengobatan tradisionalnya. Henghe Hospital di Beijing menyediakan layanan konsultasi eksklusif. Ruangannya khusus dan diset bagus sekali. Bukan seperti ruangan dokter, tapi mirip layanan priority banking. Bagian pemeriksaan dan farmasinya terpisah dari pengobatan medis modern. 

          Saya dan beberapa jurnalis Indonesia masuk ke ruang pemeriksaan dokter pengobatan tradisional, sampai ke bagian farmasinya. Di Jinshazhou Hospital of Guangzhou University of Chinese Medicine, misalnya, area ini amat menarik karena tercium aroma herba yang khas. Di bagian farmasi, ada lemari kayu yang besar sekali dengan ratusan laci. Di tiap laci, tertulis nama herbal tertentu. Selain itu, ada areal racikan resep dan pencampuran obat. Alat-alatnya sangat canggih. 

Pencampuran sudah komputerisasi. Penentuan dosis hingga pengepakan dilakukan otomatis. Meski pun ini pengobatan tradisional, namun pimpinan departemennya tetap seorang dokter, dan farmasinya dipimpin apoteker. Di sini, ahli medis harus punya kemampuannya ganda. Selain jago di bidang ilmu kedokteran modern, juga pintar di bidang pengobatan tradisional.

          Kepala farmasi obat tradisional di rumah sakit tersebut, Dr Luo Yuan Sheng mengatakan, obat yang sudah diolah disesuaikan takarannya dengan obat medis. Dia mengelola lebih dari 300-an jenis obat tradisional. Ada yang dikonsumsi dengan cara direbus, lalu diminum. Atau dalam bentuk bubukan. Ada juga yang dimasukkan melalui selang infus. Obat-obatan ini tak bisa dibeli sembarangan. “Tetap harus pakai resep dokter untuk menentukan dosisnya,” kata Dr Luo.

Ratusan laci berisi herbal dan bahan obat tradisional di Guangzhou Hospital
(Foto ratnasusilo)

Yuho Hospital dan Henghe Hospital di Beijing juga memisahkan bagian pengobatan modern dan tradisional. Suasananya hampir sama. Ada ruang-ruang konsultasi khusus. Dan di bagian farmasinya, terdapat lemari besar yang berisi ratusan laci untuk menyimpan ratusan jenis obat-obat alami. Bukan hanya herbal, tapi juga batu mineral sampai binatang tertentu. 

          Masuk ke ruangan ini, ada meja panjang ukuran sekitar 10 meter, tempat meletakan 40-an nampan berisi berbagai obat tradisional. Areanya juga cukup steril. Ahli obatnya mengenakan pakaian khusus dan penutup kepala. Di bagian peracikan obat, lebih bersih lagi. 

          Petugas di ruangan itu sempat menawari kami untuk cicip salah satu jenis herba. Yaitu daun teratai. Rasanya manis. “Ini biasanya digunakan untuk campuran penetralisir rasa pahit. Obat untuk anak-anak biasanya menggunakan ini,” katanya. Ada juga jenis obat dari bebatuan mineral yang bisa digunakan untuk penyakit batu ginjal. Dan kulit ular yang dikeringkan, untuk menyembuhkan masuk angin. 

Beragam jenis herba dan mineral untuk pengobatan tradisional China di Henghe Hospital, Beijing. (Foto ratnasusilo)

          Untuk meracik obat jadi bubuk, alatnya canggih terkomputerisasi. Begitu dokter menulis resep berisi berbagai bahan, datanya terintegrasi dan masuk ke bagian peracikan obat. Resep dokter dibaca komputer, lalu terhubung ke botol-botol bahan obat yang diminta. Botol itu memiliki chip. Saat di-request, lampunya menyala dan berbunyi. Di ruangan itu, terlihat ada ratusan botol putih berderet-deret. 

          Banyak botol menyala, untuk meracik satu resep. Di mesin khusus, botol itu akan berputar dan jadilah bubuk obat yang halus. Prosesnya sekitar 10 menit. Keluar dari ruang peracikan, obat sudah dipacking rapi. Berbentuk mangkuk-mangkuk kecil dan disegel, ada dosis dan labelnya.

Kita juga diajak melihat ruangan konsultasi. Suasananya nyaman. Terasa rileks dengan wangi aroma terapi. Banyak lukisan istimewa ditempel di dindingnya. Satu lukisan kuda atau pemandangan, misalnya, disusun dari ratusan jenis obat herba dan mineral. 

Bagaimana standarisasi obat-obatan tradisional di China? Apakah ada badan yang mengawasinya? Vice President Henghe Hospital Beijing, John Zhang menceritakan, Pemerintah China sangat mendukung pengembangan obat-obatan tradisional. Karena itu, pengobatan tradisional juga masuk dalam asuransi kesehatan. Pemerintah juga punya lembaga khusus, semacam BPOM di Indonesia, yang tugasnya mengawasi dan mengontrol penggunaan obat tradisional di semua klinik dan rumah sakit di China.

“Pengobatan tradisional amat banyak jenisnya. Penelitian ilmiah mengenai hal ini, terus dilakukan di semua universitas di China,” katanya. (Bersambung)

Artikel ini sudah dimuat di RakyatMerdekaOnline, edisi 26 Maret 2016. Silakan klik ini:

http://dunia.rmol.co/read/2016/03/26/240931/Obat-Tradisional-Tapi-Diracik-Alat-Canggih-

Artikel ini sudah dimuat di Harian RakyatMerdeka edisi Rabu, 30 Maret 2016.