Senin, 22 Februari 2016

Eksklusif Dengan Direktur Utama PT Pelni Elfien Goentoro (2): RS Pelni Kini Sudah Kinclong & Untung Lho...


PT Pelni punya tiga anak perusahaan. Salah satunya adalah Rumah Sakit (RS). RS Pelni yang berlokasi di kawasan Petamburan, Jakarta Barat itu, kini kinerjanya semakin baik dan kinclong. 


Bagaimana kinerja RS Pelni saat ini?
RS Pelni sudah untung kok. Untung bersihnya sekitar Rp 18 miliar. Rencananya RS Pelni mau diperbesar lagi. Tapi equity-nya masih kecil. 
Untuk rumah sakit, kami menerapkan konsep green hospital, healing environmental. Semua kamar harus menghadap taman. RS Pelni saat ini melayani 70 persen pasien peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Seluruh Indonesia, belajar BPJS di RS Pelni lho... 

Penyelesaian administrasi di RS Pelni juga sangat cepat. Semua susternya pakai gadget tablet. Kalau ada dokter kasih kelebihan obat atau menyimpang, langsung dipanggil. 

Lama stay (rawat inap) pasien di RS tidak lebih 3,5 hari. Kalau kepanjangan, kami tanya, kenapa? RS Pelni juga punya fasilitas MRI, CT scan. Bahkan di ASEAN, RS Pelni tercatat sebagai rumah sakit yang memiliki tempat cuci darah terbanyak.***

Rajin Blusukan Dan Hobi Gowes Sepeda 

Elfien Goentoro adalah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Kimia. “Lucu ya, teknik kimia ngurusin kapal ha...ha...ha...,” kata Elfien sambil tertawa lebar.

Sebelum masuk PT Pelni, Elfien pernah memegang anak perusahaan di Pertamina sebagai Komisaris. Pria asal Jawa Timur itu, juga pernah menjadi konsultan. Elfien yang bergelar MBA dari salah satu perguruan tinggi di Inggris itu, saat ini merupakan kandidat doktor di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung.
 
Apakah Anda sering blusukan untuk mengecek kenyamanan, keamanan dan fasilitas di kapal-kapal Pelni? 

Dibanding direktur yang sudah kerja bertahun-tahun di sini, mungkin saya lebih sering naik kapal dibanding mereka. Saya sudah bolak balik. Berkali-kali. 
 
Elfien hobi menggowes sepeda. Dia pernah naik kapal menuju Labuan Bajo dan turun di sana untuk gowes. Juga mengunjungi beberapa daerah lain. 

"Saya juga suka jalan kaki, dan sesekali golf, kalau ada yang mengajak. Penting untuk jejaring dan lobi,” ujarnya. 

Elfien juga mengaku suka nonton film action dengan keluarga. Sedangkan makanan favoritnya adalah masakan Jepang dan makanan khas Jawa Timuran.

“Prinsip saya pemimpin harus punya integritas. Apapaun dan bagaimanapun kapabilitasnya, tanpa integritas, amat disayangkan. Kita hidup harus bermanfaat untuk orang lain, agar hidup punya legacy," tegasnya.***



Artikel ini telah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Senin, 22 Februari 2016





Eksklusif Dengan Direktur Utama PT Pelni Elfien Goentoro (1): "Untuk Ticketing, Kami Nggak Mau Kalah Sama PT KAI..."


PT Pelni kini berlayar menuju perubahan. Bertahun-tahun sebelumnya, kondisi perusahaan pelat merah ini ibarat hidup segan mati tak mau. Namun kini, rapor BUMN di sektor pelayaran itu sudah biru. 

Jumat petang (18/2), Tim Rakyat Merdeka yaitu Kiki Iswara Darmayana, Ratna Susilowati, Kartika Sari, Irma Yulia dan Fotgrafer Teddy Oktariawan Kroen, mewawancarai Direktur Utama PT Perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Elfien Goentoro di kantornya, kawasan Gadjah Mada, Jakarta. Sambil menyeruput kopi Aceh yang nikmat ditemani aneka kue, Elfien menceritakan perombakan sistem kerja dan perubahan mindset di perusahaan yang dipimpinnya, sehingga performa Pelni bisa berubah total.


Bagaimana kondisi PT Pelni saat ini?
Alhamdulillah, PT Pelni kini terus membaik dan berkembang. Laba tahun 2015 delapan kali lipat lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perubahan masih terus dilakukan, dan belum selesai. Namun yang terpenting, respons dari luar baik. Pelni masih dipercaya. Trust atau kepercayaan ini tak bisa dibeli, tapi buah dari hasil kerja dan dilihat orang di luar. 
 
Dulu, angkutan penumpang semrawut. Ada penumpang nggak punya tiket, atau beli tiket di atas kapal. Kondisi sekarang bagaimana? 
Sekarang jauh lebih tertib. Saat peak season, yang tidak dapat tempat, maksimal sampai 30 persen. Alat keselamatan, seperti baju pelampung, rata-rata jumlahnya 4.000 di setiap kapal Pelni, sehingga kalau diisi penumpang sampai 2.500 sampai 3.000 orang masih bisa. Ada life guard-nya, ada life boy-nya. 

Selain itu, ada ketegasan dari Kementerian Perhubungan yang sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan penumpang. Makanan di kapal pun, kita sekarang kerja sama dengan ACS, cateringnya pesawat Garuda. Jadi, frozen food atau makanan di Garuda persis, pindah ke kapal, untuk kelas ekonomi. Keren ya. 
 
Apakah ada wifi di Kapal Pelni? 
Masih terbatas hanya di anjungan, untuk keperluan navigasi saja. Kalau BRI nanti launching satelit, semua kapal Pelni sudah bisa pakai wifi. Sekarang sih baru bisa menelepon dan SMS.
 
Saat ini Kementerian Perhubungan merevitalisasi sekitar 100-an bandara perintis. Dan perbaikan sekitar 20-an bandara besar di wilayah timur. Sementara maskapai LCC (low cost carrier) juga makin banyak menarik minat masyarakat. Tentu ini berpengaruh kepada pendapatan PT Pelni, karena jumlah penumpang kapal laut makin berkurang...

Memang jumlah penumpang kapal laut berkurang banyak. Drop sekitar setengahnya. Tapi, di saat peak season, kapal masih amat penuh penumpang. Misalnya ketika Tahun Baru, Natal dan Lebaran. 
 
Jadi, kapal-kapal Pelni ini, masih lebih banyak mengangkut penumpang atau barang? 

Ya, sampai sekarang masih mengangkut penumpang. Karena, mengangkut barang baru setahun terakhir ini. 
 
Apa strategi Pelni supaya bisnis ini menguntungkan?

Ya, kalau mau BEP (break event point) kapal mesti terisi penuh 150 persen setiap hari ha...ha...ha... Karena harga kapal-kapal Pelni ini sekitar 1 triliunan rupiah. Ini kapalnya bagus sekali, semua buatan Jerman. Mereknya Mercy yang dibeli pake mata uang euro. Sementara tarif kapal ke Kalimantan hanya sekitar Rp 230.000-an per penumpang.

Jadi, supaya bisnis Pelni menguntungkan, ya kita mesti kreatif, ubah pola dan strategi kerja. Apalagi, ada roadmap dari Kementerian Perhubungan, tahun depan 121 bandara perintis diperbaiki, dan 20 di antaranya bandara besar di timur. Kita kebagian apa kalau diam saja? Makanya, kita harus siapkan perubahan. Kalau kami hanya menunggu PSO (Public Service Obligation) dan kapal penumpang saja, ya Pelni nggak ada beritanya.
 
Kenaikan laba Pelni tahun lalu cukup tinggi. Dari rugi Rp 600 miliar di tahun 2013, bisa untung lebih dari Rp 100 miliar di tahun 2015. Apa strategi bisnis yg diterapkan untuk mencapai hasil ini?

Kondisi PT Pelni masih survive. Saat ini, bisnisnya fokus sesuai sumber daya yang ada. Pembiayaan yang keluar, hanya yang sesuai dengan strategi terkait target. Bisnis kita ini pelayaran, itu intinya. Jadi, fokusnya di kapal penumpang dan muatan barang. Kalau melihat trend, memang jumlah penumpang saat ini turun terus, sehingga kalau tidak kreatif, kita nggak bisa bersaing. Sehingga perlu diambil sejumlah langkah. 

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) misalnya, mengingatkan, kalau masih menerapkan segmen cabin di kapal penumpang, ada potensi rugi sebab load factor (tingkat isian penumpang)-nya tidak tercapai. Lalu Menteri Perhubungan Pak Ignasius Jonan juga saat ke lapangan, mempertanyakan, mengapa perlu ada layanan berbeda dengan kelas-kelas. Akhirnya, kita buat semuanya kelas sama. Ekonomi. 

Apa strategi lainnya agar kinerja Pelni makin kinclong?

Hal lain, kita juga ingin ada perubahan mindset (pola pikir), orang naik kapal, bukan sekadar untuk transportasi, tapi life style (gaya hidup). Ini peluang bisnis. Makanya, kita buat program, kapal-kapal digunakan untuk meeting on board, study on board, gathering on board dan wisata on board. Sejumlah tempat wisata di Indonesia kan berada di daerah terpencil, aksesnya sulit dan akomodasi terbatas. Padahal, kapal kita melalui daerah tersebut, dan bisa digunakan sebagai hotel terapung. Ternyata segmen ini memang ada pasarnya. Kapitalisasinya tahun lalu hampir Rp 5 miliar. 

Yang pernah menggunakan kapal Pelni, misalnya Kementerian BUMN saat gathering dengan sejumlah Dirut BUMN. Tahun ini, rencananya dengan Kementerian Pariwisata. Juga dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kemenko Maritim. Rombongan dari Kemenko Maritim jumlahnya 1.100. Mereka mau menyaksikan gerhana matahari. Selanjutnya minggu depan, PT Angkasa Pura I mau pake kapal kami ke Karimun Jawa. Kami kan punya jalur reguler ke Karimun Jawa.
 
Bagaimana peran Pelni dalam program tol laut yang jadi andalan Pemerintahan Jokowi. Juga program Kapal angkutan ternak?
 
Pelni sebagai operator, menjalankan rute yang ditetapkan Kementerian Perhubungan. Trayeknya harus jalan, ada atau tidak ada barang yang diangkut. Untuk program tol laut, barangnya kerja sama dengan Kementerian Perdagangan. Ini bagian dari program Kemendag untuk ketahanan pangan dan mengatur disparitas harga. Impact-nya cukup siginifikan. Saat ini, orang sudah melihat ada jadwal tetap dan kepastian. Sehingga harga barang-barang di daerah, misalnya di Serui dan NTT, bisa turun sekitar 20-30 persen. 
 
Untuk kapal program tol laut itu, barang yang diangkut apa saja ya? 

Barang pokok dan penting seperti sandang pangan. Dulu yang diangkut sangat terbatas. Sekarang lebih terbuka. Ada beras, terigu, gula pasir, cabe, baja, alat playwood, sampai semen, pupuk, hingga sayuran. 
 
Apakah ini cukup menguntungkan?
Memang tidak terlalu menguntungkan, tapi ya tetap harus untung. Bukankah BUMN itu ditugasi negara, dan harus ada untung meskipun tak lebih dari 10 persen. Pelni adalah perusahaan milik negara, merupakan agent of development, sehingga kepentingan rakyat yang utama. 
 
Dulu, ada cerita kapal mengangkut 120 peti kemas, tapi tidak terdaftar semua. Apa sekarang masih begitu?
Wah, sekarang nggak bisa. Kalau barang-barang kardusan yang kecil-kecil mungkin sulit dicek. Itu kan kapal besar sekali yang melalui banyak pelabuhan. Dan, di pelabuhan melibatkan multi instansi. Tapi, kalau yang peti kemas, itu tidak mungkin lolos. Kalau, ketika dicek ketahuan ada yang nakal, ya barangnya dan awaknya diturunkan. Saya pernah juga sampai turunkan ABK (Anak Buah Kapal)-nya, saat ke lapangan menemukan hal seperti itu. Kita ganti, karena nahkoda yang pegang tanggung jawab. 

Angkutan barang di tol laut, shipping instruction-nya dari Kementerian Perdagangan. Kami terima order, mereka membayar dengan tarif yang sudah diatur pemerintah. Ada closing date, ada closing time. Muatan harus ada manifest-nya. Kita kontrol ketat, sidak. Tahun ini targetnya pakai barcode. Dulu banyak barang naik, tapi jadi piutang. Sekarang, ada closing date, yaitu 3 hari sebelum muat barang, dokumen harus sudah jelas. Dan closing time, sehari sebelum naik ke kapal, harus sudah bayar dan barangnya ready. Kalau nggak bayar, ya nggak diangkut. 
 
Soal ticketing, apakah sistemnya sudah terigterasi dengan e-ticketing?
Sudah tahap finalisasi. Targetnya, Februari ini selesai. Untik e-ticketing system ini kami bekerja sama dengan BRI. Saat ini, ya dari 1.000-2.000 penumpang, mungkin saja masih ada yang keselip. Apalagi, program kita sekarang free rider dan free cargo. Makanya, untuk di kapal-kapal yang rawan, kita tempatkan aparat keamanan dari Marinir, selain pengamanan internal.

Ticketing sekarang sudah online, tapi uangnya dari mitra dan agen belum masuk ke satu rekening. Saya ingin mitra atau agen bisa otomatis top up, pembayaran langsung masuk ke rekening dan bisa close hari itu juga. Cash Management System-nya harus jalan bagus. Nanti bergulir. Transaksi angkutan barang juga harus seperti itu. Saya tak mau ada uang seliweran. Saya mau buat sistem yang bagus, supaya bisa nyalip PT KAI (Kereta Api Indonesia). Kita nggak mau kalah dengan KAI he...he...he...

Ke depan, salah satu alternatif bentuk boarding pass-nya mau kita pakai dalam bentuk gelang. Kalau mau ideal, semua pelabuhan ada garbarata. Di beberapa pelabuhan yang bagus, sudah ada garbarata. Misalnya di Belawan, Surabaya dan Makassar sudah bagus. Di Tanjung Priok, kita segera bangun garbarata. Kalau ada garbarata, tak mungkin penumpang yang tak punya tiket bisa masuk. Tapi sejumlah pelabuhan di timur, belum ada garbarata, dan masih terbuka. Di Irian, misalnya, semua penumpang berdiri di depan kapal ha...ha...ha...
 
Mengimbangi perubahan di Pelni, bagaimana strategi menyiapkan SDM-nya? Pasti itu jadi tantangan tersendiri juga...
 
Beberapa posisi manager saya rampingkan, potong, dikurangi agar in line dengan targetnya. Kita kontrol ketat biaya overhead. Tapi, ada posisi yang saya naikkan tingkatannya. Dulu, level Diklat dan Pengembangan SDM sekelas manager, sekarang jadi senior manager. Kita buat roadmap, perbaharui sistemnya. Ini harus dijalankan dengan konsisten. 

Kalau ada yang minta toleransi atau kebijakan khusus, saya bilang,“Ini kita mau balik lagi kayak dulu?” Kalau sebuah kebijakan khusus ditoleransi, nanti sistemnya nggak jalan. Saya sampai keluarkan 8 SK (Surat Keputusan) terkait SDM dan perencanaan monitoring. Setiap promosi harus jelas dasarnya, kriterianya. Sekarang jadi lebih tertib. Nggak ada lagi “ini maunya pimpinan” atau nitip-nitip yang tidak memenuhi syarat dan melanggar kualifikasi. 

Tahun ini, semua targetnya jelas. Makanya, kami kerja keras. Pulang ke rumah tiap hari jam 10-an malam ha...ha...ha... Seluruh SDM memang harus berubah mindset-nya. Ngurus SDM ini nggak boleh pakai hati, dan nggak bisa nggak enakan. Harus patuh pada kriteria dan aturannya. 
 
Bagaimana sinergi Pelni dengan Kementerian atau BUMN lainnya? Semisal membantu di bidang perikanan?

Kami beberapa kali rapat dengan Kementerian Kelautan, dipimpin langsung Ibu Menteri Susi Pudjiastuti. Ada 15 sentra ikan laut yang dibangun, dan 90 persen di antaranya dilewati Kapal Pelni. Jadi kami bisa kerja sama. Bu Susi mengharapkan kita bisa sampai ke Talaud, bahkan Darwin di Australia. Kita ditantang, ya, kita persiapkan. Saya bilang sanggup. Tapi, apakah BUMN Perikanannya, siap mengekspor ikan? Dan apa barang impor yang akan diangkut balik? Kan tidak mungkin kapalnya balik dalam keadaan kosong. Kalau oke, ayo...
 
PNM (Penanaman Modal Negara) yang diajukan Kementerian BUMN belum disetujui DPR. Apakah ini mengganggu rencana pengembangan bisnis Pelni? Kabarnya Pelni kan ingin membeli kapal Cruise...

Mengganggu secara langsung sih tidak. Tapi itu berpengaruh kepada dasar atau fondasi kita untuk melakukan ekspansi. Yang di-hold sekitar Rp 650-an miliar. Kami punya program meremajakan kapal barang, dan mengadakan kapal cruise. Kalau kapal penumpang mau dibikin komersial, nggak akan masuk hitungannya, karena tarif kita rendah. Ada sekitar 3-5 kali investor mau masuk. Saya buka perhitungannya, akhirnya mereka malah mundur karena menganggap bisnis ini ngak menarik. Nggak ada insentif dan tarifnya rendah. Per pax per mil, subsidinya sekitar Rp 490 ribu. Padahal yang normal, tarif minimal Rp 1 juta dan kalau mau untung, tarif penumpang ya, sekitar Rp 1,5 juta. Kalau ada cruise, mungkin Pelni bisa dapat untung. 

Kami nggak perlu cruise yang besar. Harga cruise bekas sekitar Rp 250 miliar. Cukup kapal untuk kapasitas 300-an penumpang. Kalau cruise belum bisa membeli, ya kita membuat kapal lama dikonversi menjadi cruise. Misalnya, kita punya Kelud, Umsini dan Kelimutu. Ini bisa dibuat jadi semacam itu (cruise-red). Kita kerja sama dengan Garuda, ada destinasi ke Labuan Bajo, Karimun Jawa, Pulau Derawan dan Bunda Naira.Tahun ini, kami punya 12 paket wisata. Misalnya, menuju Raja Ampat, lokasi wisata eksklusif, kami punya program 2 kali di tahun ini. 
 
Kebijakan pemerintah di sektor perkapalan, apakah menurut Pelni sudah baik? Harapan Anda?

Sekarang ini sikap pemerintah tidak lagi memunggungi laut. Mulai terasa bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dan membutuhkan connectivity dengan kapal. Baik itu sisi transportasi maupun logistik. Ada kepastian barang bisa sampai di daerah. Ada connectivity. Dengan membuka tol laut, juga menguntungkan bagi Pelni karena ada opportunity mengembangkan bisnis. Ke depan, ini akan makin besar. 
 
Tentang kapal ternak, bagaimana progress-nya? Benarkah kapal ternak yang seharusnya membawa sapi dari NTT pernah kosong?

Pelni ini hanya operator. Kita ditugasi mengangkut ternak dan ada schedule-nya. Pelni dibayar untuk menjalankan kapal milik Kementerian Perhubungan. Memang pernah saat kapal tiba di tempat, pihak Kementerian Pertanian-nya, tidak bisa deal dengan peternak. Tapi, masalah itu sekarang sudah clear. ***

Artikel ini sudah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
edisi Senin, 22 Februari 2016