Selasa, 26 Januari 2016

Eksklusif Dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (2): Hobi Ngedrum Di Kala Senggang, Setelah Tua Pengen Ngajar & Jualan Bakso


          Basuki ditunjuk menjadi Menteri, sekitar sepekan sebelum ulang tahunnya yang ke 60. Pria kelahiran Surakarta, 5 November 1954 ini usianya memang tidak muda lagi, tapi penampilannya amat energik. Untuk mengusir rasa penat di sela pekerjaan, dia hobi membaca buku dan memainkan drum. 

Foto 2. Basuki menunjukkan sebuah foto saat ngedrum di acara HUT Kementerian PUPR
 
“Baca buku biasanya kalau sedang di pesawat. Baca yang ringan, semisal buku Solusi JK. Pikiran dan logikabeliau itu menarik. Kadang terbalik dari pikiran orang biasa. Misalnya, dalam kondisi sedang sulit, Pak JK justru menyebut, ini opportunity,” katanya.

Tentang main drum, Basuki menyukainya sejak SMA. Bahkan punya grup band. Saat acara di Kementerian, dia tak sungkan-sungkan menggebuk drum mengiringi penyanyi terkenal. Basuki sempat memperlihatkan sebuah foto saat dia nge-drum di acara HUT Kementerian PU, Desember tahun lalu.

Siapa tokoh yang jadi inspirasi? Siapa ya. Saya ini membaca kisah-kisah orang sukses. Di Kementerian PU ada Pak Suyono Sosrodarsono, mantan Menteri PU. Beliau usianya sudah 90-an tahun, tapi sampai sekarang masih me-guidance. Hebat. Bicaranya masih lantang. Dan masih jadi pembicara di seminar-seminar. Beliau nggak pernah mencampuri Kementerian, kalau tidak dimintai pendapat. Tapi, kalau melihat ada yang kurang baik, beliau akan tulis tangan berlembar-lembar. Beliau wise betul. Soal ilmu, saya ingin mencontoh beliau. 

Makanan favorit Basuki adalah rujak cingur. Yang menarik, setelah tua, cita-citanya ingin jadi pengajar, sekaligus berdagang bakso. “Cukup mengajar satu mata pelajaran saja, agar saya terus mengasah pikiran saya. Dan kenapa jadi penjual bakso, karena saya ini senang ngeladeni wong (melayani orang),” katanya.

Basuki adalah alumni UGM, lalu meneruskan Master dan Doktor Teknik Sipil di Colorado State University, Amerika Serikat. Anaknya yang lelaki juga bercita-cita jadi guru, lahir saat di Amerika, kini mengikuti jejaknya dan sedang menempuh pendidikan S3 di Colorado. Sedangkan dua lainnya putri, memilih jejak yang lain. “Semua anak saya alumni UGM. Nomor satu, psikolog dan nomor tiga kedokteran,” katanya. ***

Artikel ini telah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Senin, 26 Januari 2016



. ***

Eksklusif Dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (1): “Banyak Yang Mendukung, Mungkin Tak Sedikit Yang Cemburu”

      Diantara menteri-menterinya Jokowi, Basuki Hadimuljono termasuk yang diberi tugas paling berat. Mendapat porsi anggaran terbesar, Rp104 Triliun, tapi kontras dengan penampilannya. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini amat sederhana. Di ruang kerjanya, Basuki bersendal jepit dan baru selesai Shalat Ashar, saat menerima Kiki Iswara Darmayana, Ratna Susilowati, Kartika Sari, Aditya Nugroho dan Fotografer Wahyu Darmawan dari Rakyat Merdeka, pekan lalu. Basuki menceritakan strategi kerja, tantangan termasuk suka dukanya menjadi pembantu Presiden.

Foto 1. Menteri Basuki Hadimuljono bersandal jepit, menceritakan program sejuta rumah, saat di-interview Rakyat Merdeka

Dalam bekerja, Presiden meminta agar pola-pola lama ditinggalkan. Kabarnya, dulu proses lelang dimulai bulan 5,6 atau 7 dan efeknya proyek dikerjakan kebut-kebutan di akhir tahun. Bagaimana sekarang? Apa saja kesulitannya saat mengubah pola kerja?
Di 2015, penyerapan anggaran Kementerian, saat Mei baru 4 persen. Tapi tahun ini, Januari diharapkan sudah mencapai 5 persen. Kami memperbaiki kualitas penyerapan anggaran. Semua proses lelang dan tandatangan kontrak dipercepat. Mumpung musim hujan, sekarang saatnya tender. Nanti ketika musim kering, saatnya membangun. Kami bersepakat menyelesaikan semua pengadaan barang dan jasa pada Maret. Untuk mempercepat speed, kami juga menambah jam kerja. Saya belum mencabut Instruksi untuk bekerja selama 7 hari seminggu, sebanyak 2 shif. Rapat pimpinan dilakukan Sabtu atau Minggu. Jadi, Minggu pun, saya di kantor, untuk memberi semangat kepada yang bekerja. Di kantor pusat ini, yang bekerja akhir pekan jumlahnya terbatas, tapi yang di lapangan, harus tetap bekerja.

Presiden menginginkan para menteri dan pejabat negara memiliki kecerdasan jalanan. Anda termasuk menteri yang sering turun ke lapangan, mengecek pekerjaan infrastuktur. Mungkin Anda sudah termasuk memiliki katagori ini ya. 
Kami,orang-orang PU, sejak dulu memang orang lapangan. Itu natural. Pulang dari kerja lapangan, tidak pernah jam 4-5 sore. Itu wagu, risih. Masuk penginapan jam 9-10 malam. Kami-kamiyang sekarang di Jakarta ini, dulunya lama kerja di daerah dan turun lapangan. Misalnya, beliau (menunjuk Sekjen) bekerja lama sekali di Ambon. Saya juga di Semarang,Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan sebagainya. Jadi, sejak muda ya memang biasa “dijemur” di lapangan.

Saat ini, prosentasi kerja di lapangan, dan di kantoran, perbandingannya berapa persen? 
Setelah penandatangan kontrak pada tanggal 6 Januari 2016, saya akan sering turun ke lapangan untuk memastikan bahwa kotrak-kontrak tersebut dilaksanakan. Presiden pun setelah ground breaking kan begitu, datang lagi, datang lagi. Mengecek.
 
Kabarnya, anda ini termasuk salah satu menteri favorit Presiden. Bagaimana rasanya? Waduh, Alhamdulillah. Mudah-mudahan apa yang saya kerjakan ini, ada manfaatnya. Disebut begitu, bagi saya jadi warning. Saya juga akan menyampaikan kepada teman-teman di sini, kita harus bekerja lebih serius dan benar-benar bertanggungjawab. Sebab, banyak yang mendukung, tapi mungkin tidak sedikit yang cemburu.
 
Apakah Presiden perhatian pada hal-hal detail? Oh ya, benar. Presiden kita mengetahui persis anatomi anggaran kementerian. Ketika beliau minta ada percepatan kerja, maka sejak Agustus tahun lalu, saya langsung mewanti-wanti kawan-kawan di sini. Saya perkirakan, sepertinya, Januari nanti akan ditagih. Dan ternyata benar. 
 
          Pada awal Januari, Presiden berkunjung ke Kantor Kementerian PUPR dan ikut menyaksikan penandatanganan 644 paket proyek infrastruktur senilai Rp8,8 Triliun. Total proyek yang dikawal Kementerian PUPR sepanjang 2016 mencapai 10.649 paket. 
 
Mengenai pengawasan proyek. Bagaimana mekanisme kerja Inspektur Jenderal di Kementerian ini? Untuk proses tender, kami ikut LKPP (Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), yang sistemnya nasional. Dan saat lelang, proses pendampingan oleh TP4 (Tim Pengawalan, Pengamanan, Pemerintahan dan Pembangunan), dimana di dalamnya ada aparat Kejaksaan dan BPKP. Ketika proyek berjalan, memang yang paling berat adalah pengawasan. Apalagi, Presiden selalu menekankan pentingnya kualitas pekerjaan. Untuk itu, kami dibantu beberapa tim yang terus berkeliling untuk mengecek dan meningkatkan kualitas pekerjaan. 
 
Selama satu tahun menjadi menteri, bagaimana tantangan dan suka dukanya? Saya ini sudah 35 tahun bekerja di PU. Ya, begini ini. Kita bismillah saja. Kami berusaha bekerja lebih baik. Tantangan pasti ada. Plus minus ada. Sabtu Minggu, misalnya, jarang di rumah. Tapi keluarga sudah memahaminya. Mereka tahu saya.

Bagaimana menghadapi orang-orang atau wakil rakyat yang mungkin menitip program atau usulan membangun infrastrukturdi daerah tertentu. 
 
Itu mungkin terkait programing. Kami punya mekanisme. Ada semacam konsultasi regional sebelum Msyawarah Rencana Pembangunan Nasional, baik di wilayah barat maupun wilayah timur. Kami mengundang Kepala Bapeda, KadisPU Provinsi dan lainnya, untuk mensinkronkan program. Sumber-sumber program memang beragam, namumn utamanya dari RPJMN dan Renstra PUPR. Bisa dari perintah Presiden berdasarkan hasil kunjungan kerja, atau hasil kunjungan kerja Menteri dan Dirjen, atau dari DPR hasil reses di daerah. Usulan DPR bukan individual tapi harus melalui poksi (kelompok fraksi). Semua usulan ini dirangkum, dan ada tim review. Nantinya, dievaluasi, apakah usulan itu masuk ke tupoksi nasional dan diteruskan sebagai program APBN. Atau masuk ke program daerah diusulkan melalui DAK. Tidak semua usulan program bisa masuk. 
 
          Sekjen Kementerian PUPR Taufik Widjoyono yang mendampingi Menteri, lalu menambahkan. Usulan program juga harus mempertimbangkan urgensi dan kesiapan anggarannya. Sebelum final, di DPR melalui proses diskusi di Rapat Kerja antara Komisi dan Menteri terkait. Lalu didetailkan di Rapat Dengar Pendapat antara Komisi dengan eselon satu nya
 
Apakah ada oknum yang mencoba mengajak main-main anggaran?Sama saya, tidak ada. Pembahasan APBN dengan komisi di DPR RI di fokuskan pada program pembangunan saja dan tidak sampai membahas satuan tiga.
 
Mekanisme pengawasan sudah cukup ketat. Tapi, pekan lalu, kantor Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR digeledah KPK atas kasus terkait politisi DWP. Bagaimana tanggapan Anda? Ya, saya sangat memperhatikan itu, karena menyangkut institusi. Tapi, (kasus) itu di level pelaksanaan, yaitu di Balai. Saya menunggu prosesnya. Sampai sekarang, di PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dan di Balai belum dimintai keterangan (oleh KPK). 
 
DWP (Damayanti Wisnu Putranti) adalah politisi PDIP yang ditangkap KPK 13 Januari lalu. Menurut Ketua KPK Agus Rahardjo, penangkapan itu diduga terkait proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

          Pemerintah menugaskan Kementerian PU PR merenovasi venue Gelora Bung Karno dan membangun 15 tower Wisma Atlet serta sejumlah proyek untuk mendukung Asian Games 2018. Bagaimana upaya Kementerian agar proyek ini jangan sampai bernasib seperti Kasus Hambalang atau Wisma Atlet Jakabaring. Dari hasil analisa beberapa penelitian, sebanyak 70 persen penyimpangan, terjadi saat tender. Di situ penyakitnya. Karenanya, proses tender diperkuat dengan Pokja yang isinya anak-anak muda. Saya juga perbantukan Satgas untuk mengawasi. Saat rapat Satgas pertama, saya ingatkan, hati-hati melaksanakan proyek ini. Tidak boleh ada yang main-main. Kalau ada yang bilang, ini titipin si A, si B, saya tegaskan, ngga boleh ada. Saya keras dalam soal ini, karena saya sayang mereka. Saya benar-benar tak mau ada personal interest dan bikin malu. Untuk mendesain dan merehabilitasi GBK, kami ikutkan IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia).  Progres pengerjaan Wisma Atlet di Kemayoran sebenarnya simpel saja. Desain dan lahan sudah ada. Inpresnya pun sudah ada. Izinmultiyears dari Keuangan pun sudah. Jadi, masalahnya tinggal di tender. Kalau lolos, aman. 
 
Kementerian PUPR menjadi salah satu front line untuk menyukseskan program prioritas pemerintahan, dalam bidang infrastruktur. Bagaimana sinergi kerjanya dengan kementerian lain? Kami punya Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah. Jadi, wilayah Indonesia ini dibagi 35 kawasan, dan badan ini melakukan kajian ditiap cluster. Butuhnya apa? Jalan, tol, pelabuhan, rusun, air atau waduk, dan seterusnya. Kerjasama dengan kementerian terkait. Misalnya, dengan Kemenhub, di Tanjung Api-api membuat tol. Dan di Kulonprogo pembangunan bandara. Dengan Kementerian Pariwisata, terkait prioritas 10 destinasi wisata. Di wilayah Danau Toba, dibangun jalan tol Medan-Kualanamu. Nanti diteruskan ke Kisaran-Prapat, lalu ke Samosir. Dengan Kementerian lain lagi, kebutuhan air bersih untuk rusun, atau cold storage untuk di pelabuhan perikanan. 
 
Salah satu instruksi Presiden, proyek harus melibatkan kontraktor daerah. Bagaimana menjalankan ini, terutama menjaga kualitas dan standarisasinya. Saat ini, ada sekitar 597 paket pekerjaan kecil yang nilai proyeknya di bawah 50 miliar. Ini tidak boleh diambil oleh pengusaha nasional. Apabila siap, harus menggunakan kontraktor daerah. Atau minimal subkon-nya daeri daerah. Ini diharapkan menjadi penggerak ekonomi daerah. Kami menetapkan spesifikasi standar dan ada konsultan supervisi yang bertanggungjawab memantau kualitasnya.

Apakah Anda yakin kontraktor di daerah sudah mampu? Harus bisa. Saya yakin mampu. Kami juga meminta melalui Gapensi (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia), agar memantau kinerja anggotanya. Kita pernah mengundang Gapensi dan menyampaikan policy dari Presiden. Kalau ada kontraktor yang tidak baik kerjanya, ya Irjen akan turun dan memeriksa. Tidak langsung black-list tapi harus di-riksus dulu. 
 
Menghadapi era kompetisi di MEA, kualitas kerja amat penting. Bagaimana menurut Anda. Kami punya Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Ini yang bertanggungjawab untuk memantau kinerja kontraktor. Kementerian PU PR, selain sebagai pengguna jasa konstruksi,juga berperan sebagai pembinanya. Saya ajak temen-temen untuk selalu ingat ini, sehingga tugas kita juga membina swasta. Makanya, mulai tahun lalu, joint operation BUMN dilarang dengan BUMN lagi. Tapi BUMN harus dengan swasta. Ini dalam kaitan melakukan pembinaan jasa konstruksi.
 
Target pemerintah adalah menyelesaikan pembangunan 33 waduk. Progresnya bagaimana? Apakah masih ada kendala pembebasan lahan? Tahun 2015 ada 13 waduk dibangun. Tahun 2016, akan ada 8 waduk lagi di bangun. Kebutuhan lahan, sekarang regulasinya sudah diperharui. Selain menggunakan UU Nomor 2 Tahun 2012 (Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum). Juga ada perubahan PP Nomor 104 dan 105untuk penggunaan lahan di kawasan hutan. Dulu harus cari tanah pengganti, sekarang menggunakan sistem pinjam pakai. Jadi, begitu ada izin,bisa langsung dikerjakan. Sudah diidentifikasi, dari 8 pembangunan waduk, kebutuhan lahannya mencapai 4500 hektar, 1700 hektar diantaranya adalah kawasan hutan. Dan 2600 warga, dapat ganti rugi setelah negosiasi dengan tim appraisal.

Tentang program sejuta rumah untuk rakyat, di permukaan kelihatannya cumateori.Sesungguhnya bagaimana? Tahun 2015, dana APBN untuk penyediaan rumah mencapai Rp7 Triliun, dengan alokasi pembiayaan LKPP sekitar Rp5,4 Triliun. Dari target 1 juta rumah itu, 603 ribu rumah untuk katagori MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Akhir Desember 2015, hasilnya, telahdibangun 667 ribu rumah MBR, sedangkan yang nonMBR belum dihitung. Ini artinya, untuk MBR, jumlah rumah yang dibangun melebihi targetnya. Bandingkan dengan 2014 dan tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata paling banyak 200-300 ribu saja. Nah, di tahun 2016, mudah-mudahan capaian pembangunan rumah MBR bisa diatas 667 ribu.

Isu reshuffle muncul tenggelam. Apakah ini menggangu konsentrasi Anda bekerja? Insya Allah tidak terganggu. Kami di Kementerian sempat kumpul, saat muncul isu-isu itu. Tapi, kami solid. ***
 
 Artikel ini sudah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Senin, 26 Januari 2016



Sabtu, 23 Januari 2016

Wisata Syariah (3): Perlu Edukasi Tentang Servis dan Higienitas


Untuk menjadikan dua provinsi itu sebagai pintu wisata halal Indonesia, tentu serangkaian langkah penting sudah dipikirkan oleh para pemangku kebijakan. Tak ada yang meragukan keseriusan pemerintah membangun infrastruktur, tapi layanan dan higienitas adalah isu krusial. Ini pekerjaan rumah yang harus jadi perhatian Lombok dan Aceh.


Foto 1. Pedagang kain mengerubungi pembeli di Pantai Tanjung Aan, Lombok

  


Saya melakukan perjalanan ke dua porvinsi tersebut pertengahan Desember akhir tahun lalu. Di antara dua kunjungan itu, saya juga sempat singgah di Bali beberapa hari. Sehingga bisa merasakan perbedaan mendasar, dalam hal layanan kepada wisatawan di tiga tempat, Lombok, Bali dan Aceh.


Pelayanan termasuk persoalan serius di Lombok dan Aceh. Masyarakat perlu diedukasi agar paham konsep melayani dengan profesional. Apalagi agama Islam mengajarkan, tamu harus disambut, dijamu dan dimuliakanSaat Saya di Aceh, misalnya, tour guidekurang komunikatif saat memberikan informasi tentang daerahnya. Layanan servis di rumah makan, hotel-hotel pun perlu lebih responsif. 


    Foto 2. Wisatawan menikmati mie Aceh di salah satu restauran di Banda Aceh.


Tentang higienitas atau kebersihan. Banyak lokasi makan enak tapi kebersihannya kurang meyakinkan. Misalnyadi Lombok dan Aceh ada restoran cukup besar dan makanannya terkenal enak. Tapi lalatnya juga banyak. Atau lantai, meja dan kursi kurang terawat.


Ketua Umum PWI Margiono dan rombongan, termasuk saya, pernah makan di salah satu restoran di Lombok yang cukup terkenal. Kami makan lahap karena enak. Bahkan nambah lauk berkali-kali. Andaikan tempat itu dibuat lebih bersih, pastilah makin diserbu pencinta kuliner.


Concern Gubernur NTB dan Gubernur Aceh tak perlu diragukan soal ini Keduanya pantas dapat acungan jempol karena komitmennya kuat terhadap program pariwisata syariah di daerahnya. Saat HUT Provinsi ke-57, 18 Desember 2015 lalu, Gubernur NTB Zainul Majdi berencana mengembangkan eco halal hub di wilayah Mandalika Resort, setelah Lombok meraih penghargaan “wisata halal” kelas dunia. Konsepnya, bukan ditujukan pada wisatawan muslim, tapi seluruh turis. Mereka yang non-muslim juga bisa menikmati pelayanan wisata halal. “Ini memberikan kenyamanan dan keamanan. Sekaligus bagi muslim, kemudahan dalam beribadah,” jelas Gubernur. Sarana, prasarana dan akses menuju lokasi wisata diperbaiki, hotel fasilitas halal, serta makanan minuman bersertifikat halal.

Masyarakat kami sangat ramah dan bersahabat. Saya yakin wisatawan Timur Tengah yang berkunjung ke Lombok-Sumbawa, akan merasa seperti pulang ke daerahnya sendiri,” katanya. 


          Di wilayah Aceh, Gubernur Zaini Abdullah pun mendukung program wisata khusus syariah. Misalnya, Wonderful Ramadhan in Aceh, setiap bulan puasa. Banyak budaya unik dan menarik yang bisa diikuti turis.


          Di Jakarta, Masyarakat Ekonomi syariah pernah menggelar diskusi bersama sejumlah pakar dan pengamat tentang Wisata Halal, Mei tahun lalu. Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Sapta Nirwandar mengingatkan, definisi wisata halal bukan sekedar makanannya yang halal. Tapi haruslah mencakup lifestyle. Intinya membuat turis muslim dunia nyaman berada di Indonesia.


          Sedangkan menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, wisata halal itu baiknya mengacu kepada prinsip rahmatan lilalamin, rahmat bagi alam semesta. “Itu artinya universe, maka namanya Universal Tourism,” katanya. Sehingga, yang merasakan manfaat dari servis halal bukan hanya muslim, tapi semua orang. Yang ditonjolkan, adalah layanan profesional dengan nilai-nilai syariah.


          Presiden Markplus & Co Hermawan Kertajaya juga menuturkan, halal lifestyle ditujukan kepada layanan. “Islami dicerminkan dalam perilaku layanan dan pemasaran dijalankan dengan jujur,” katanya. 


Kalau prinsip-prinsip layanan profesional dan higienitas tercipta di Serambi Mekkah dan Bumi Gora, maka tak lama lagi, Indonesia bisa jadi kiblat wisata halal kelas dunia. ***


Artikel ini telah dimuat di

Harian Rakyat Merdeka

Edisi Minggu, 17 Januari 2016



Artikel tersebut juga telah dimuat di Rakyat Merdeka Online
Senin 18 Januari 2016




Senin, 18 Januari 2016

Wisata Syariah (2): Turis Timur Tengah Ke Indonesia Belum Banyak, Potensi Terbuka Lebar

Lombok yang biasa disebut Bumi Gora, di timur Indonesia. Dan Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah di barat Indonesia. Dua tempat ini paling potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata halalSelain alam yang indah, budaya dan kulinernya menarik, suasana kehidupan religius masyarakatnya juga amat mendukung. 



 
Wisatawan Asing Berselancar. Di Pantai Selong Blanak, Lombok, mulai ada turis asing tapi tidak banyak.


Wisata halal atau ada juga yang menyebut wisata syariah sebetulnya sudah booming duluan di luar Indonesia. Sepuluh tahun terakhir, Malaysia menerapkan konsep ini. Dan, sekitar 3-4 tahun belakangan, menyusul China, Thailand, Korea, Jepang dan VietnamMeski mayoritas penduduknya non-muslim, tapi mereka berani membidik pasar ini. 


Potensi wisata halal amat besar. Pasarnya jelas. Indonesia harusnya bisa jadi kiblat wisata syariah dunia. The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) sebuah lembaga PBB di bidang pariwisata mencatat, jumlah wisatawan Timur Tengah sekitar 30-an juta setiap tahun. Dan hanya satu juta orang dari mereka yang menyambangi kawasan Asean. Lalu, tak sampai 200 ribu orang yang singgah ke Indonesia. Sisanya kemana? Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Asnawi Bahari menyebut, terbanyak ke Malaysia. Alasannya, kenyamanan dan keamanan. Ini ironi. Sebaliknya, orang Indonesia yang berkunjung ke Timur Tengah, jumlahnya jutaan. Dari umroh dan haji saja, bisa mencapai 6 jutaan jemaah pertahunnya.



Turis berperahu di Pantai Selong Blanak.


           Data menunjukkan, kedatangan turis Timur Tengah ke Indonesia menunjukkan tren bagus. Merujuk Kementerian Pariwisata, pertumbuhannya mencapai 26 persen di tahun 2014, atau sekitar 170 ribu orang. Tahun ini harapannya, naik hingga 300 ribuan orang. “Pasar bagus, dan konektivitas memadai,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, tentang ini. Setidaknya, sekarang ada empat maskapai besar Timur Tengah masuk ke Indonesia yaitu Etihad Airways, Qatar Airways, Emirates Airline dan Turkish Airline.


           Untuk menarik mereka datang ke Indonesia, tuan rumah mesti menyiapkan keperluan yang mendukung wisata syariah. Definisinya tentu tak hanya menyiapkan makanan halal dan mushola atau mesjid di tempat wisata. Isu terpenting adalah infrastruktur yang memberi kemudahan akses menuju lokasi, layanan profesional dan higienitas atau kebersihan. ***


Artikel ini sudah dimuat di

Harian Rakyat Merdeka

Edisi Minggu, 17 Januari 2016


Artikel tersebut juga telah dimuat di Rakyat Merdeka Online, Senin 18 Januari 2016





Wisata Syariah (1): Serambi Mekkah & Bumi Gora, Pintu Wisata Halal Indonesia

Suatu siang di Desa Sade. Saya duduk dpondokan kayu beratap rumbiaTiba-tiba sekelompok wanita berhijab, turis dari negeri Jiran mendekat. Berebutan, mereka duduk sedapatnya di sekitaran saya. “Beli yang ini. Bagus,” kata seorang diantara mereka, sambil memperlihatkan sebuah tas tenun. Yang diajak bicara, tertarik. Dia lalu beranjak, menuju salah satu toko dan mulai melihat-lihat. Selain tas, ada suvenir lainnya. Khas suku Sade. Tenunan Sade memang indah. Ada yang dikerjakan secara tradisional dengan tangan. Selembar kain dengan kualitas benang terbaik, harganya bisa jutaan rupiah, dan butuh pengerjaan berbulan-bulan.


    Rumah Khas suku Sasak di Desa Sade

Dusun Sade terletak di Nusa Tenggara Barat. Tak jauh dari Pantai Kuta, Lombok dan lokasinya cukup strategis. Berada di pinggiran jalan. Ini adalah perkampungan suku Sasak asli. Penduduk yang tinggal di situ jumlahnya sekitar 200 kepala keluarga, masih mempertahankan adat istiadat dan budaya asli Sasak. Tinggal di Bale Tani, rumah kayu dengan atap dari alang-alang kering dan rumbia, berdinding bambu. Lantainya terbuat dari campuran tanah, getah pohon dan olesan kotoran kerbau.



    
    Foto 1. Wisatawan menikmati air terjun    Benang Kelambu di Lombok Tengah.


Saat berkunjung akhir tahun lalu, spot ini ramai dikunjungi turis. “Kami sekarang belajar bahasa Malaysia, karena turis dari sana mulai banyak,” kata salah seorang guide local di Dusun Sade. Bus-bus rombongan turis terlihat berjejeran. Parkir di lahan terbatas.


 

   Foto 2. Seorang wanita sedang menenun kain khas Sasak.


 Foto 3. Kain-kain tenun khas Sasak. Harganya bisa jutaan jika Benang yang ditenun kualitasnya bagus.


Selain Malaysia, tren turis dari negara-negara muslim, juga makin banyak ke Lombok. Ini salah satu dampak bagus, setelah Lombok ditetapkan sebagai The World’s Best Halal dan The World’s Best Halal Honeymoon Destination di ajang World Halal Travel Award di Dubai, tahun lalu.


Di Lombok, selain Gili yang amat populer, masih ada sekitar 100 spot yang belum jadi perhatiankhusus. Air terjun Benang Kelambu, misalnya, amat menakjubkan. Saya pernah ke sini. Infrastruktur jalannya belum mulus. Bergerinjul batu-batu. Pos informasi seadanya, dengan pemandu yang tidak cukup terlatih. Padahal, air terjunnya bisa jadi magnet luar biasa untuk turis. Tumpahan air jatuh dari balik rimbun pepohonan, membentuk tirai bening yang panjang


Itu baru satu contohBudaya Lombok juga banyak yang unikMisalnya, ritual bau nyale. Berburu cacing laut warna-warni didahului upacara dan ritual tradisional yang menarik. Sudah jadi agenda budayatapi butuh perhatian khusus agar turisnya makin banyak.

Tak kalah dengan Bali, pantai-pantai di Lombok pun cantik. Bahkan pasirnya, bukan hanya putih, ada yang pink, pasir butir lada, pasir hitam dan sebagainya. Belum kulinernya. Ayam taliwang dan plecing kangkung, nasi balap pucung khas Sasak, beberok dan masih banyak lagi.

 


Gold Island Di Ujung Barat



Nyiur Melambai. Foto Pantai Sumur 3 di Sabang, Pulau Weh, Aceh.

Sehari setelah peringatan 11 tahun Tsunami, Pantai Lampuuk Aceh ramai pengunjung. Wanita-wanita berhijab berlarian di pinggiran pantai. Mereka terlihat gembira. Baju gamisnya dibiarkan menyapu pasir pantai, dan sengaja basah oleh percikan ombak. Padahal, panas siang itu terasa menusuk kulit. Wanita bercelana panjang malah banyak yang langsung byuur, nyebur. Lalu berenang dengan pakaian tertutup. Teman-temannya bersorak.

Saya ada di situ“Mungkin bagus ya, kalau di sini ada pusat watersport syariah. Permainan air yang seru tapi tetap syar’i dengan penyewaan pakaian renang muslim,” kata temanku, yang juga muslim. Dia sekarang birokrat di sebuah Kementerian.


Saya empat hari berada di Aceh. Kota ini sudah banyak berubah. Sudut-sudutnya bersih. Masjid Baiturrahman sedang diperindah dengan payung-payung otomatis di terasnya. Nanti bakalan seperti di Mesjid Nabawi. Yang rindu Madinah, mungkin bakal sedikit terobati kalau ke sini.


Aceh juga memiliki banyak spot yang berpotensi mendunia. Menurut Gubernur Aceh Zaini Abdullah, total destinasi wisata di wilayahnya sekitar 800 spot. Sabang di Pulau Weh, bahkan sudah cocok masuk katagori produk premium. Pantai-pantainya mempesona. Berkelok cantik dan air birunya bening bergradasi. Pada 2008, Great Britain Publishing memberi gelar Sabang sebagai The Gold Island dan memasukkan pulau ini di 501 destinasi yang harus dikunjungi di dunia.

Di Aceh, wisata juga akan terasa sebagai ziarah dan perenungan jiwa, karena ada lokasi untuk mengenang bencana Tsunami. Spot yang menarik dikunjungi, misalnya kapal nelayan di Gampung Lampulo yang tersangkut di atas rumah penduduk, Mesjid Rahmatullah di Lampuuk, kuburan massal 100 ribu korban tsunami di Meuraxa, dan Museum Tsunami.


Syaiful, salah seorang warga yang selamat, sempat memberi testimoni, saat saya ke Lampulo. “Saya nyaris tak sanggup melihat pemandangan di sekitaran air. Ada tangan putus, kaki mengapung. Atau anak kecil meninggal timbul tenggelam,” katanya. Ketika air surut, kapal kayu seberat 65 ton yang dia naiki, ternyata tersangkut di atas rumah. Jaraknya 1,5 kilometer dari Sungai Krueng Aceh.


Kapal Di Atas Rumah. Ini kondisi kapal nelayan di Gampong Lampulo. Terseret Tsunami dari Sungai Krueng Aceh.


Ada lagi yang kejadiannya mirip. Kapal PLTD Apung pengangkut pembangkit 10,5 megawatt. Panjangnya 63 meter dan mengapung di atas laut Desa Punge, Blancut. Dibawa ombak Tsunami, kapal ini terseret 5 kilometer. PLTD seberat 2.600 ton terbawa hampir ke tengah kota, dan terhempas di tengah pemukiman.


PLTD Apung di tengah Pemukiman. Ini jadi monumen pengingat Tsunami dan obyek wisata menarik di Aceh.



Kuburan massal di Meuraxa juga patut dikunjungi. Penataan makam ini dibantu oleh UNDP, sebuah lembaga PBB. Ada hamparan rumput, bebatuan serta rimbunan pepohonan, dibatasi dinding terbuka dengan lukisan asmaul husna di sekelilingnya. “Areal ini arsiteknya khusus lho. Seorang ahli di bidang desain pemakaman,” kata Arie Parikesit, yang pernah jadi personil UNDP saat recovery Aceh pasca Tsunami. Arie kini dikenal sebagai Pakar Kuliner Indonesia.

Mesjid Rahmatullah terletak sekitar 500 meter dari Pantai Lampuuk Aceh. Dan menjadi satu-satunya bangunan yang tetap berdiri saat diterjang Tsunami. Padahal, di sekitarnya, semua rumah luluh lantak dan 6000 ribu jiwa hilang. Saat ini, mesjid Rahmatullah telah diperbaiki dan sekelilingnya sudah hijau kembali. 


Sedangkan Museum Tsunami, terasa amat menusuk kalbu. Begitu masuk ke dalam, langkah pertama sudah terasa menghanyutkan. Di lorong yang gelap, suasana dibuat seperti detik-detik Tsunami datang. Ada rintikan air hujan jatuh dilengkapi suara gemercik. Di ujungnya, cerobong besar dengan dinding bertuliskan nama-nama korban Tsunami. Lamat-lamat terdengar doa, dan kita pun langsung merasakan suasana berkabung amat dalam. Mendongkak ke atas, ada ujung cerobong dengan cahaya bertuliskan lafaz Allah. Hati pun rasanya bergetar.