Kamis, 10 Desember 2015

Kuliner Vietnam, Minim Bumbu Kaya Rasa


#KelanaRasaSaigon 
3-6 Desember 2015

Fresh, sehat dan enak. Tiga kata yang pas untuk menggambarkan rasa umum makanan vietnam. Di semua hidangan utama, orang Vietnam makan dengan sajian herba segar (daun basil, daun ketumbar dan daun mint). Beras, makanan pokok yang tidak hanya jadi nasi dan ketan, tapi dibuat lebih kreatif jadi bun (bihun yang dibuat setiap hari tidak pernah dikeringkan), rice paper yang tipis sekali untuk lumpia (bisa goreng atau fresh) dan dibuat tepung (jadi crepe atau pancake tipis). Proteinnya dari berbagai macam seafood, ayam dan daging. Tak ketinggalan kelapa. Mereka suka sekali air kelapa, jarang dibuat santan. Untuk taburan di kue-kue, daging kelapa tidak diparut tapi dikeruk panjang-panjang. 





Rabu, 3 Desember 2015, begitu tiba di Bandara Ton Son Nhut, langsung meluncur ke Quan 94. Sempat dihadang kemacetan karena saat itu suasana pulang kantor. Rush hour tapi rasanya tak separah Jakarta. Di Resto mungil tiga lantai, mirip ruko, bau kepiting semerbak sejak di pintu masuk. Sekuali besar cingkong kepiting terlihat diracik oleh Mba Vietnam. Di tempat ini, sajiannya Cha Gio (lumpia kepiting goreng), Cua Lot Bot Xao Cua (Soun kepiting dan telur kepiting), udang goreng, kepiting soka goreng tepung dan nasi goreng kepiting. Kontras. Datang sangat lapar, pulang sangat kekenyangan. 





Malamnya, sebelum tidur menyempatkan diri jalan sebentar. Tak jauh dari hotel rupanya ada night market di Benh Thanh. Icip-icip teh khas Vietnam, teh lotus dan belanja kopi serta seperangkat dip, alat pembuat kopi Vietnam. Beli di Phuc Long. 

Kamis, 4 Desember 2015, sarapannya unik. Ketan dengan taburan ayam, tongcay dan bawang goreng. Lumayan kenyang untuk energi jalan pagi menuju wilayah gerilya Vietcong. Dari hotel Tien Thung, tempat kita menginap menempuh 3 jam perjalanan untuk sampai di Cu Chi Tunel. Ini sistem pertahanan gerilyawan Vietcong yang dibangun secara tradisional tapi cukup cerdik. Panjangnya 250 kilometer dan terdiri dari 3 lantai. "Buang air besar di lantai 3, dan langsung berhubungan dengan Sungai Saigon," kata Wahyu, tour guide lokal kami di Saigon. Nama aslinya Nguyen Hoang Du. Kalau dibunyikan memang seperti kita menyebut kata: Wahyu. Jadilah "Wahyu" nama populernya di kalangan turis Indonesia.




Di Cu Chi, aktivitas cukup banyak, nyoba terowongan sampai nyoba nembak pakai AK-47. Sempat juga icip makanan gerilyawan. Apa itu? Singkong rebus dengan cocolan khas, campuran kacang tanah tumbuk dengan gula. "Ini sudah mewah bagi para Vietcong, karena zaman perang sulit cari makanan," kata Wahyu lagi. 




Balik ke Saigon, perut yang lapar diisi Banh Xeos (pancake isi seafood) dan Banh Kot ala Vung Tung. 

Bahn Xeos, pancake beras warna kuning dengan isian protein dan sayuran (kacang hijau, toge). Sobek pancake lalu bungkus dengan selada dan herba dan celup di cocolan sebelum dimakan.







Malamnya, kita dapat yang seru. Dinner menu Udang Bakar Kelapa. Masakan ini tampilannya menggiurkan. Udang dikaitkan dan seolah bergelantungan di sekeliling kelapa. Lalu dibakar dari pinggiran. Saat setengah matang, kupas udangnya dan celup langsung ke air kelapa. Hmm rasanya gurih manis. 



Masakan vietnam hanya sedikit menggunakan bumbu, sehingga cocolan termasuk penting di meja makan. Ada berbagai jenis cocolan yang dan ditaruh dalam wadah-wadah kecil. Kecap ikan dengan potongan cabe-bawang putih, kecap asin, acar bawang, jeruk nipis dan potongan rawit. Orang vietnam juga suka menambah merica, sehingga merica+garam biasanya juga disajikan. 

Pho, paling populer dan mendunia. Kami sarapan Pho, Jumat 5 Desember 2015. Pho masakan berkuah sangat segar. Tiga bahan utama (bun, protein dan herba) dalam kuah kaldu yang bening.

Banh Mi atau sandwich vietnam, cukup mengenyangkan. Pengaruh Perancis amat terasa pada makanan ini. Roti yang digunakan adalah baquet, panjang dan agak keras. Dibelah dua lalu diisi sayuran, daging dan saus.

Ketan (sticky rice) di Vietnam bisa jadi kudapan manis (dibuat warna warni lalu ditabur kacang tumbuk, gula pasir, santan dan kerokan kelapa). Bisa juga untuk sarapan, ketan yang gurih diberi taburan ayam, tongcay dan bawang goreng.



Sebelum pulang, jangan lupa mampir ke Pasar Benh Thanh. Pusat segala jenis suvenir, kudapan dan buah-buahan. Di tengah pasar yang ramai, kami membuka sebuah durian. Dimakan ramai-ramai. Seberat 1,5 kg, harganya 180 ribu Dong. Lembut dan enak sekali. 

O, ya harga barang dan makanan di Vietnam cukup terjangkau. Harga barang saat disebut kesannya besar karena pakai ratus-ratus ribu. Tapi kalau dirupiahkan sih, sebenarnya normal saja. Misalnya sepaket suvenir topi (isi 10) hanya 100 ribu Dong, atau sekitar 62 ribu rupiah saja.