Kamis, 16 April 2015

Direktur Utama Garuda Indonesia, M Arif Wibowo: Musuhnya Harus Jelas; Singapore Airlines




Arif Wibowo bercita-cita menyulap Garuda sekelas Singapore Airlines. Ini mimpi amat besar dan berat. Sebab saat ditinggalkan Emirsyah Satar, Desember 2014, kondisi maskapai nasional itu berdarah-darah. Kini, setelah tiga bulan memegang kendali, apa yang dilakukan Arif Wibowo agar Garuda tetap bisa terbang tinggi?
Secara umum, strategi yang dipakai, dia sebut quick win. Langsung diterapkan di hari pertama bekerja, saat ditunjuk sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia, pada 13 Desember 2014. Hasilnya, cukup siginikan. “Tahun 2015, nett loss Januari-Februari minus 1,5 juta USD. Tapi dibandingkan tahun lalu, minus 151 juta USD. Jadi, ini cukup men-jump ke atas,” ujarnya, saat diwawancarai secara Eksklusif oleh Tim Rakyat Merdeka, yaitu Kiki Iswara, Ratna Susilowati dan Kartika Sari.
          Apa itu strategi quick win? Ada tiga hal pokok. Arif menggunakan bahasa ekonomi, yaitu revenue generator (fokus pengembangan pada rute-rute yang menguntungkan), me-restructure cost driver (efisiensi biaya operasional) dan reprofiling kondisi keuangan (pemetaan kondisi utang).
          “Ibaratnya kalau generator muternya lamban, lampu bisa redup. Di tahun 2014, pertumbuhan kapasitas memang tidak dibarengi keuntungannya. Di rute internasional tertekan, dan profit rute domestik juga turun. Tapi tahun ini, perbaikan cukup signifikan. Beruntung juga ada penurunan harga fuel,” paparnya.
Jadi, kondisi Garuda saat ini bagaimana? Garuda masih sangat prospektif. Pertumbuhan Garuda ditopang oleh anak-anak perusahaan yang membaik. Citilink (anak perusahaan Garuda) sudah profit. Garuda mendekati profit. Tapi, ini adalah kwartal 1, yang biasanya paling susah. Januari-April itu bulan keramat. Kalau mau lihat airline kuat, lihat saja kwartal 1. Kalau Januari-April tidak bertahan, ada kemungkinan kolaps.
Bagaimana target Garuda. Apa benchmark Airline yang mau ditiru? Kita harus masuk reputasi internasional. Benchmarknya Singapore Airlines. Common enemy harus jelas. 
Arif Wibowo Ingin Menerbangkan Garuda Lebih Tinggi
“Untuk Melawan Tetangga, Kita
Butuh Banyak Tabung Oksigen...”
          Garuda Indonesia masih mengangkasa dengan percaya diri. Memang kondisinya belum fit. Tapi, Arif Wibowo yakin, tak lama lagi, maskapai yang dipimpinnya bisa terbang lebih tinggi, menembus pasar internasional. Kepada Tim Rakyat Merdeka, Kiki Iswara, Ratna Susilowati dan Kartika Sari, Direktur Utama Garuda Indonesia itu menceritakan strategi kerjanya sejak hari-hari pertama duduk di posisi tersebut.
          Begitu ditunjuk jadi Dirut Garuda, apa yang langsung dilakukan?
Hari Jumat (12 Desember 2014) RUPS (penunjukan menjadi Dirut Garuda). Lalu Sabtu langsung rapat dengan 3 Vice President yang terkait dengan kondisi kritis. Kita gerak cepat memutuskan, apa dan mana rute yang ditutup, direposisi, dikurangi frekwensi, dipindahkan dan seterusnya. Ini cepat diputuskan, supaya langsung kelihatan hasilnya di Januari 2015.
         Anda menerima Garuda saat kondisi keuangannya berat. Penyebab kerugian terbesar Garuda apa? Itu multifactor. Ada terkait kurs, harga bahan bakar, dan isu-isu regulasi. Tahun 2014 Garuda mengalami tekanan cukup besar. Ada 30-an pesawat baru yang datang untuk kebutuhan ekspansi. Juga revaluasi aset dan utang Merpati yang mencapai 21,4 juta USD. Tapi, kini semua progress-nya positif. Kondisi perusahaan, mulai rebound. Saat melakukan strategi quick win, saya sampaikan ke internal bahwa we are on crisis mode. Switch on. Kita gugah agar mereka segera recovery.
          Utang Garuda menggunung. Bagaimana menyelesaikan ini. Utang Garuda sekitar 750 juta USD. Utang mature (jatuh tempo) dan harus dibayar tahun ini mencapai 350 juta USD. Kami mengeluarkan global sukuk sekitar 500 juta USD. Nanti hasilnya, 350 juta untuk reprofiling utang jatuh tempo dan sisanya ekspansi bisnis di tahun ini. Selain itu, ada bridging loan atau pinjaman jangka pendek 400 juta USD dari NBAD (National Bank Abu Dhabi) dan 100 juta USD dari BII Maybank. Yang paling penting, tugas saya menjaga kepercayaan diri di tingkat investor dan bank. Sekarang ada 12 bank yang memback up, sehingga kekuatan Garuda cukup bagus. Tugas saya memastikan secara operasional, perusahaan harus jalan, efisiensi biaya, dan tetap menjaga pelayanan.
          Ke-12 bank itu apa saja. Bisakah disebutkan? Itu belum boleh disebutkan. Hahaha... (tertawa)
          Anda melakukan efisiensi biaya. Apa saja yang dikurangi dan berapa penghematannya. Kami me-restructure cost driver. Antara lain membuat network compact. Kita jahit network agar lebih rapi. Sehingga biaya cockpit crew dan cabin crew bisa lebih efisien dan solid rotasinya. Total penurunan biaya tersebut di 2015, Januari-Februari mencapai 12 persen.
          Utang Merpati apa masih bisa ditagih? Utang Merpati mencapai 21,4 juta USD. Sepanjang mereka belum menyatakan bangkrut, ya kita masih anggap itu utang.
          Optimis tetap tumbuh di 2015? Kami yakin tetap tumbuh, sekitar 12 persen. Jumlah pesawat yang akan datang tahun ini ada 18, yaitu 3 Boeing 777, 2 Airbus A330, 7 Boeing 737 3800, 3 jenis ATR dan 3 CRJ Bombardier. Itu bagian dari usaha kami untuk tumbuh.
          Garuda sudah mendapat global brand, dan 5 star airline, tapi mengapa masih ada kesan jago kandang. Garuda sudah jadi world class airline, dan mendapat Skytime license, sebagai the best cabin crew untuk economy class. Itu atribut yang menunjukan Garuda punya reputasi. Untuk jadi pemain global, beberapa simpul atau pilar harus diperkuat. Kita akan perbesar skalanya. Tahap pertama, middle range dan regional.
Saat ini, middle range cukup dominan. Garuda mulai ambil alih rute destinansi ke Indonesia dari sebagian pasar SQ (Singapore Airlines). Garuda juga ada direct ke China, Australia, Jepang dan Korea. Ke Eropa baru dua titik, yaitu Amsterdam dan London. Itu hanya satu pipa rute, sehingga perlu penetrasi. Berikutnya kita akan ekspansi China. Fokusnya di tiga kota utama, yang kini sudah diterbangi, yaitu Beijing, Shanghai dan Canton. Tadinya Indonesia-nya hanya di Jakarta, lalu kita coba ekspansi Denpasar. Dan ternyata hasilnya biru. Di luar itu, kita juga membuka regular charter.
Pasar Eropa berikutnya, akan diprioritaskan Perancis dan Jerman. Rute Eropa ini harus dipertahankan, karena akhir-akhir harga rata-rata meningkat terus dengan tingkat isian 80 persen, dan penumpangnya foreigner.
          Mayoritas rute internasional Garuda, apakah rapornya biru atau merah? Wah, itu rahasia dapur (tertawa). PR garuda yang paling besar adalah rute internasional. Untuk rute internasional we will make it blue-lah.
Berarti sekarang masih merah? Ya, blue itu ada dark blue, light blue. Ya kita harus dark blue (tertawa).
          Bagaimana resep mempercepat Garuda jadi pemain internasional dan masuk global brand. Itu target lima tahun ke depan. Kalau Garuda sudah jadi global brand, jual rute domestik lebih gampang. Award dari SkyTeam itu suplemen, untuk menambah kekuatan. Kalau Garuda bertahan hanya jadi pemain lokal, apalagi, saat nanti keluar kebijakan open sky di Asean, maka semua pipa rute bisa masuk ke Indonesia. Kalau kita nggak kebagian bisa-bisa hanya jadi supplier saja, dari domestik ke internasional. Itu harus dihindari.
          Kapan Garuda menyamai Airline terbaik dunia? Saat ini yang dikenal terbaik adalah Singapore Airline dan Cathay Pasific. Sebenarnya, dari sisi kualitas, Garuda juga bagus. Tapi reputasi harus dibangun. Ibaratnya, hari ini kita baru bisa mendesain mobil baru yang hebat, tapi itu belum cukup. Sebab, reputasi harus dibuktikan. Selain bagus, perusahaan harus sehat.
Garuda punya cita-cita menguasai rute ke Timur Tengah. Bagaimana caranya. Kita memang perlu antisipasti “tetangga” sebelah kita. Yang punya kapasitas baru menuju rute middle east.
Tetangga yang mana nih. Tetangga yang warnanya merah.. hahaha (tertawa). Ini kompetitor nggak boleh diabaikan. Sebab, tau-tau kita digerogoti. Apalagi pasar umroh itu banyak spektrumnya. Saya tak pernah underestimate pada kompetitor. Meskipun segmennya beda, tapi harus terus kalkulasi, berapa volume dia. Kita harus punya tabungan oksigen yang banyak untuk melawan tetangga sebelah. Saat ini operating kita masih lost, artinya kita sedang nafas di bawah air, dan butuh tabung oksigen. Oksigen ini lama-lama bisa habis. Ke depan, kita harus bisa nafas di atas air.
Jadi strategi untuk Timur Tengah, bagaimana caranya? Kita ibaratnya mau bikin sarang laba-laba. Ekspansi langsung ke kantong-kantong TKI. Sekarang dari Jakarta ada double daily. Kita coba ekspansi ke Makasar, Medan dan Surabaya. Nantinya, dari Makasar ada direct rute ke Jeddah. Mungkin Balikpapan juga akan kita buka, tapi dikombinasi dengan Medan. Juga sedang dipertimbangkan Banjarmasin atau Lombok dikombinasi dengan Aceh. Untuk menyedot dan memotong logistik kompetitor. Hal lain, kami akan pakai 6 pesawat, semua kelas ekonomi dengan kapasitas 361 kursi, agar cost per seat-nya turun, dan penawaran ke pasar lebih atraktif dan volume membesar.
Garuda dan Citilink apakah melakukan strategi bersama, agar marketshare-nya besar dan bisa melampaui kompetitor. Strateginya memang harus grup. Garuda-Citilink harus menyatukan strategi. Saya akan jahit dengan baik, supaya jadi pakaian yang enak dipakai. Citilink harus bisa menopang 30 persen market share, karena itu, kita harus kejar bisa punya 50 pesawat. Dalam dua tahun terakhir ini, Citilink mengejar 32 pesawat, sehingga sempat membuat kami agak sakit perut. Tapi alhamdulillah itu sudah terlewati. Pondasi Citilink kini kuat. Saya perkirakan, ke depan pasar LCC (low cost carrier) akan terus naik, dan pasar full service tetap tumbuh. Sedangkan maskapai middle service akan down. Menghadapi ini, makanya size Citilink harus diperbesar. Sedang kami pikirkan beberapa pesawat Garuda di relocate untuk memperbesar Citilink. Dan ke depan, Garuda fokus di brandnya. Elegan tapi dinamis.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan bebas visa untuk 30 negara. Apakan ada dampak kenaikan penumpang ke Garuda atau Citilink? Itu kebijakan bagus dan bisa jadi terobosan karena menstimulate leisure market. Saya bersyukur kalau China dibebasvisakan. Dari 100 juta turis China pertahun, yang ke Indonesia kurang dari 1 persen. Kalau China dibebaskan visa bisa menstimulate demand. Memang dampaknya tidak langsung, tapi bebas visa artinya mempermudah proses birokrasi dan mengurangi biaya paket sehingga menarik orang menuju ke Indonesia.
 Bagaimana tanggapan Anda tentang kelemahan infrastruktur bandara. Tentu itu menjadi faktor yang mengurangi keuntungan Garuda. Salah satu contoh, antri take off atau landing karena lalu lintas bandara yang sibuk. Pesawat jenis A320 atau yang beratnya sekitar 200 ton, saat 30 menit taxi (antri take off), bisa menghabiskan 1 ton bahan bakar. Atau sekitar Rp 40-an juta. Jadi antri take off memakan biaya besar. Faktor delay yang penyebabnya di luar kontrol kita, yaitu infrastruktur dan airport, memang berpengaruh cukup signifikan, yaitu sekitar 12 persen. Meminimalisir ini, ya kami kerjasama dengan orang-orang eksternal.
          Apakah pihak Bandara menyadari hal ini, atau Anda mungkin sudah mencoba bicara mengenai kerugian yang signifikan ini. Kita tahu mereka sedang melakukan perbaikan. Problem bandara bukan hanya di terminal, tapi juga airsite, termasuk parking dan sebagainya. Garuda sekarang punya banyak pesawat sehingga banyak parkir di remote area. Dampaknya kita butuh mobil, bus dan penumpang jadi tidak nyaman. Waktu yang dibutuhkanpun jadi lebih panjang. Tahun depan, kita berharap Garuda jadi anchor di terminal 3 yang baru. Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN sudah setuju.
          Apa bedanya Garuda sebelum dan setelah jadi perusahaan go public.Garuda sekarang ngga bisa sembarangan diintervensi. Pertanggungjawaban profesional saya, saat ini hanya we are talking with number.
          Apa benar Anda kurang setuju dengan rencana Menteri Perhubungan memberi rating maskapai untuk faktor keselamatan penerbangan. Menurut saya, ratingnya harus benar. Ukurannya bukan selamat tidak selamat, tapi compliance dan tidak compliance saja. Yang tidak memenuhi, diberi waktu perbaikan. Dan sanksinya, misal di-band. Nggak boleh terbang. Itu lebih tegas.
          Surat edaran Menteri BUMN mengenai pejabat dan direksi BUMN dilarang naik bisnis class, apa berpengaruh pada isian kursi Garuda? Iya. Isian kursi bussiness class turun 30 persen. Karenanya, kami lakukan rekonfigurasi. Jumlah seat business class dikurangi, dan perbesar seat economy class, sehingga harga per seat turun, dan daya saing jadi lebih kuat.
Ibarat Pulang Ke Rumah, Semua Sudut Garuda Sudah Hafal
          Arif Wibowo bukan orang baru di Garuda. Begitu lulus dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) tahun 1990, dia langsung masuk menjadi karyawan Garuda. Posisinya dimulai dari bawah, yaitu EVP Marketing dan Sales, lalu
Senior GM Area Indonesia Barat, Senior GM Area Jepang, Korea, China dan USA, dan seterusnya menjadi  GM for Fukuoka Jepang dan terakhir sebelum ke Citilink, jabatannya adalah GM Agency dan Interline Garuda.
          Anda masuk ke Garuda ibarat pulang ke rumah. Jadi sudah hafal seluruh sudut rumahnya, termasuk bagian mana yang akan dibenahi.
Saya sudah 25 tahun di Garuda, sehingga saya paham culture-nya. Ibaratnya, ini rumah kita, sudah tahu kamarnya ada di mana. Bagian mana yang perlu dibersihkan. Mana yang mau dipoles, mejanya, kursinya, supaya mengkilat.
Saat go public di tahun 2011, itu adalah transformasi besar. Meski majority sharenya pemerintah tapi kini ada aturan yang ketat, dan terbuka. Tidak bisa ada intervensi. Bisnis penerbangan ini modalnya besar sekali, tapi margin tipis, sekitar 2,5 - 3 persen saja. Pendapatan kami dari 25 juta penumpang. Kalau error 1 USD saja, sudah bisa rugi 25 juta USD, sehingga setiap hari saya memastikan tidak boleh ada error dan harus detail. Bisnis lain, margin-nya bisa 20-an persen, error sedikit, masih bisa dapat profit.
          Kondisi rupiah yang terpuruk akhir-akhir membuat utang Garuda membengkak. Arif menyadari hal itu, namun Garuda rupanya telah memikirkan strategi khusus menghadapinya.
Apa yang dilakukan? Garuda melakukan cross currency swaps atau lindung nilai sebesar Rp 1 triliun ditopang tiga bank, yaitu BNI, CIMB dan Standchart. Sehingga, fluktuasi nilai tukar dijaga aman sampai ke Rp15 ribu per USD.
“Ini kondisi turbulence, sehingga harus dipastikan bermain di rute yang menghasilkan profit bagus. Meminimalisisir rute yang rugi. Sementara rute yang sudah ada dagingnya diperkuat, supaya profitnya lebih besar lagi,” katanya.
Mencintai Pesawat Karena Terinspirasi Prof Habibie
          Arif lahir di Purwokerto, 19 September 1966. Di masa sekolah, dia terinspirasi tokoh Prof Habibie dengan IPTN atau Nurtanio-nya. Karena itulah, saat diterima tanpa tes masuk ITS, dia memilih kuliah jurusan teknik mesin, dan tema tesisnya tentang aerodinamika. Belum lulus kuliah, Garuda sudah memanggilnya. Arif pun menerima. Belakangan sejumlah perusahaan besar lain memanggil dia, bahkan dengan tawaran gaji lebih besar.
          Kok tidak diambil? Prinsip saya, opportunity pertama harus diambil. Saya lalu disekolahkan oleh Garuda.  
Arif mengambil Master Management of Air Transportation di Universitas Indonesia, yang saat itu programnya bekerjasama dengan MIT (Massachussets Institute of Technology), Boston, USA. Arif juga memperoleh Certified Professional Marketer (CPM Asia) dari Asia Marketing Federation (AMF).
Selain Habibie, ada sejumlah tokoh lain yang menginspirasi hidup Arif yaitu Collin Powel (Menlu Amerika ke-65), Jack Welch (Eksekutif General Electric yang sangat cerdas) dan Carlos Ghosn (CEO Nissan). Dia membaca semua kisah hidup dan cara mereka menjalankan roda perusahaan melalui buku-buku mereka.
Collin Powel, kata Arif, seorang militer tapi partisipatif. Saat pertemuan, dilakukan selalu di meja bundar, agar duduk berdampingan dengan anak buahnya. “Dia menerapkan manajemen partisipatif, yang mungkin penting diterapkan di BUMN, karena BUMN dibesarkan dengan gaya birokrasi,” kata dia. Menurut Arif, transformasi di BUMN saat ini sudah berjalan, tapi perlu dipoles lagi.
          Lalu Jack Welch, seorang great leader. Menarik memperhatikan kebiasaan detail setiap manajernya. Jack menyentuh semua level, dari atas sampai bawah. “Mengutamakan integritas. Berani mengambil orang muda jadi pemimpin dan mem-by pass yang senior,” ujar Arif.
Terakhir, Carlos Ghosn yang berani menerapkan strategi pragmatis. Melakukan banyak inovasi untuk melawan teknologi baru yang dikeluarkan kompetitor.
Apakah Anda saat ini merasa sudah sukses? Belum. Bagi saya tak ada istilah sukses. Kalaupun hari ini sukses, ke depan kita tidak tahu. Karena kompetisi tak pernah berhenti. Misalnya, saya mau ke Surabaya. Tapi setelah sampai di Surabaya, masak kita mau diem aja. Tentu kita harus punya rencana lain lagi. Sukses itu partial, tergantung mana yang akan kita tuju, sebab destinasi tak pernah berhenti.
          Kegiatan di waktu luang biasanya apa? Saya suka membaca, tapi temanya yang simpel, tentang leadership, psikologis atau sport. Dulu suka golf, tapi berhenti sejak sibuk mengurusi Citilink. Saya suka bersepeda. Tapi, 100 hari di Garuda, belum bersepeda lagi. Mungkin akan saya mulai setelah settle. Hal lain, nonton film. Suka yang action, science fixion, atau drama yang true story bisa membuat saya menangis. ***

Wawancara ini telah dimuat di Harian Rakyat Merdeka
Edisi Senin, 6 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar