Minggu, 12 Juni 2016

Eksklusif dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman (2) Soal Daging Mahal: “Persoalan 70 Tahun Tidak Mungkin Diselesaikan Sehari”


 

Andi Amran Sulaiman boleh dibilang salah satu menteri yang paling sibuk di bulan Ramadan ini. Tidak heran jika Doktor Ilmu Pertanian jebolan Universitas Hasanudin (Unhas) itu, makin sering blusukan untuk memastikan bahwa pasokan kebutuhan bahan pokok seperti beras, minyak goreng, daging, bawang, gula dan cabe, terjamin serta harganya tak mengalami lonjakan tinggi. Ayah empat ini pun mesti bekerja lebih keras lagi agar harga daging bisa dikendalikan menjelang Lebaran. 
 
Menjelang puasa dan Lebaran, Presiden meminta harga daging tidak boleh di atas Rp 80 ribu per kilogram. Apakah ini mungkin terjadi? Keinginan Presiden ini masuk akal atau tidak sih? 
Aku balik tanya, ada nggak sekarang yang jual daging Rp 75 ribu sekilo? Ada kan...
 
Iya, tapi itu hanya di tempat tertentu. Mungkinkah daging seharga itu terjadi secara merata... 
Sampaikan salam hormatku kepada bangsa Indonesia, saudaraku. Soal daging ini, membutuhkan waktu. Ini persoalan selama 70 tahun. Mengubah struktur pasar butuh waktu. Yang penting pemerintah sudah bekerja. Dari nawaitunya, kami mulai ada harga Rp 75 ribu per kilogram.
Pemerintah membangun tol laut dan kapal ternak. Sekarang pasokan lancar sekali, bagus. Dulu, kapal ternak pernah kosong sekali, tapi kami di-bully habis-habisan selama tiga minggu. Tapi tak apa-apa. Aku terima. Kritikan itu membuat speed kerja kita makin cepat. Dulu 200 km per jam, sekarang jadi 400 km per jam ha...ha...ha... Ini kita punya keyakinan.
 
Butuh waktu berapa lama agar harga daging bisa mendekati harapan masyarakat...
Ya, lebih cepat lebih bagus. Yang jelas, sekarang ada harga daging dijual Rp 75 ribu. Ini upaya jalan terus. Kami sangat yakin. Memang tak mudah meningkatkan produksi dalam negeri dengan cepat. Dulu tanpa kapal ternak, biaya angkut sapi ke Jakarta bisa Rp 1,8-2 juta per ekor. Sekarang hanya Rp 320 ribu. Dulu, dua bulan baru sampai Jakarta, sekarang lima hari. Kita ini mungkin kebanyakan makan mie instan, sehingga persoalan 70 tahun mau diselesaikan satu hari ha...ha...ha...
 
Selama puasa dan Lebaran ini apakah anda akan makin rajin blusukan? 
Mulai besok (Selasa, 7 Juni-red) saya akan meninggalkan Jakarta. Saya akan mengecek di lapangan. Banyak orang bertanya, Bapak ngantornya di mana? Saya jawab, zaman sekarang ya, di mana saya berada, itu kantor saya. Bahkan saya biasa tanda tangan surat di punggungnya orang. Paling sering saya berkantor mungkin di bandara ha...ha...ha... Kami nggak pernah libur. Tahun lalu Lebaran pun kami tetap bekerja. ***

Artikel ini sudah dimuat di Harian
RakyatMerdeka edisi Jumat, 10 Juni 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar