Senin, 27 Juni 2016

Ikut Menhub Lihat Kesiapan Mudik: Jonan Manjat Menara, Ubek-ubek Stasiun, Terminal & Pelabuhan...



Melihat Ignasius Jonan di lapangan itu ternyata seru-seru lucu. Menteri Perhubungan ini bisa galak, tegas sekaligus humoris dan ceplas ceplos di depan anak buahnya. Kalau ada yang ngga beres, dia tidak ragu meninggikan suara. Tapi kalau ada yang bagus, Jonan juga tak pelit memberi pujian. 

Akhir pekan kemarin, Jonan mengunjungi terminal bis, stasiun kereta api, bandara dan pelabuhan di wilayah Jakarta, Surabaya dan Bali. Pergerakannya amat lincah dan jalannya cepat. Energinya seperti tak habis-habis. Naik turun tangga, masuk ke dalam kapal laut, kereta api, bis Akap sampai naik mobil pemadam kebakaran di bandara. Jonan bicara dengan semua orang yang ditemui. Mulai dari ibu-ibu penumpang bis dan kereta, sopir, nahkoda, dokter, dan semua yang terkait dengan urusan keamanan, kenyamanan dan keselamatan penumpang.

Pernyataannya kadang tajam. Misalnya, di Kampung Rambutan. Jonan naik bis dan duduk di kursi sopir. Dia membunyikan mesin, menyalakan lampu sampai suara klakson. Juga mengecek rem dan seatbelt pengemudi. Ternyata item terakhir tak berfungsi. “Ini sabuknya ada tapi ngga bisa dikait di penguncinya. Kalau tidak diperbaiki, ngga boleh jalan,” katanya, pedas. Sopir bis jurusan Sumedang-Jakarta manggut-manggut mendengarkan. Soal kebijakan tarif, Jonan ngomong gini: “Ini ada batas atas, batas bawah. Kalau tarifnya melewati batas atas, cabut saja trayek. Saya ngga main komisi-komisian. Tegas ini.”

Kadishub DKI Andri Yansyah ikut datang di Kampung Rambutan. Jonan berpesan padanya, agar terminal dibenahi. “Masak kalah sama stasiun. Ini diberesin. Jangan yang ada ini nggak bisa diberesin, terus malah bikin baru,” kata Jonan. Kampung Rambutan adalah terminal type A yang pengelolaannya di bawah Pemprov DKI. 

Ada juga yang lucu tapi makjleb. Misalnya, saat di Bandara Juanda, Surabaya. Sejumlah pimpinan memaparkan kesiapan sarana dan fasilitas bandara sampai kondisi tower ATC yang tingginya 48 meter. Semua area apron, taxi way dan runway terlihat dengan sangat jelas. Kelihatannya, inilah tower ATC tertinggi di Indonesia. Jonan spontan komentar, “Nah, mungkin ini tower yang paling waras di Indonesia,” katanya, sambil tertawa. Dia bercanda. Tapi Jonan memuji, Bandara Juanda termasuk amat baik desainnya. Runwaynya hanya satu, tapi area apron dan taxiway-nya ada dua. Dan menyambung kiri kanan, sehingga alur pergerakan pesawat bisa diatur dengan baik. 

Sehari sebelumnya, wartawan sempat diajak naik ke tower ATC di Soekarno-Hatta, Jakarta. Memang terasa benar, pemadangannya berbeda. Dari tower ini, area apron dan taxiway Terminal 3 Ultimate, tak terlihat karena ketutup bangunan bandara. Padahal berdasarkan CASR atau Civil Aviation Safety Regulations, semua pengaturan navigasi bandara sipil harus terlihat dengan mata, atau menggunakan radar.


Sebelum ke Bali dan lanjut Surabaya, Jonan memang sempat berkeliling di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Pelayanan dan kebersihan dipuji. Tapi tentang extra flight, atau slot tambahan yang diminta airline menjelang lebaran, Jonan memberikan pesan tegas.
“Extraflight jangan dikasih kalau mintanya mepet-mepet. Kebiasaan mikir jangan komersial saja, tapi juga keselamatan penumpang,” katanya. Misal, ujar Jonan, penerbangan jam 7-8 pagi, kalau runway cuma dua, mana mungkin ada lebih dari 50 penerbangan? “Itu tidak masuk akal. Jangan jadi tukang bohong sama penumpang. Tidak boleh bohong soal slot,” kata Jonan, keras. Saat ini, di Soekarno-Hatta, sudah mencapai 72 pergerakan pesawat tiap jam. Atau ada 1-2 flight yang take off landing, setiap menitnya. 

Menjelang terbang ke Ngurah Rai, Denpasar, Jonan tak sengaja bertemu dengan Irjen Tito Karnavian, Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang baru saja terpilih menjadi Kapolri. Keduanya salaman dan ngobrol akrab di salah satu sudut ruang tunggu bandara. Isi obrolan mereka, sempat disampaikan Jonan saat tiba di Bali.
            “Tadi ngobrol dengan Kepala BNPT tentang ancaman terorisme. Bali ini berpotensi jadi target. Ini isu yang agak sensitif. Sehingga, mohon menjadi perhatian,” kata Jonan di depan semua stakeholder bandara Ngurah Rai, saat berbuka puasa. Pihak Bandara memaparkan kesiapan menghadapi lebaran dan antisipasi ancaman terorisme. Ada patroli rutin penjinak bom dan mobil xray yang ditempatkan di pintu. Sehingga, semua kendaraan yang lewat di situ, akan terdeteksi apakah ada bomnya. 

Ngurah Rai adalah salah satu airport terbaik di Indonesia. Jonan memuji kenyaman, keamanan, maupun fasilitas pendukungnya. Bahkan, untuk anak-anak pun disediakan kidzone, arena bermain. “Dulu ada mandi bolanya. Tapi, kami tiadakan, karena kesulitan membereskan bola yang berhamburan,” kata GM Bandara Ngurah Rai, Trikora Harjo sambil tertawa. Hal lain, Jonan meminta agar runway diperiksa. “Jangan sampai ada yang mengelupas. Retak rambut jangan sampai jadi retak buaya, harus diperbaiki,” katanya.

Ditanya wartawan, Jonan menanggapi wacana penambahan runway melalui reklamasi perairan. Dengan tegas dia menolaknya. Menurutnya, reklamasi membutuhkan biaya perawatan luar biasa, serta perlu waktu setidaknya 20 tahun menunggu daratan siap digunakan. “Tidak usah penambahan runway, taxiway kiri kanan dipakai. Apron kiri kanan dipakai. Selesai,” ucapnya. 
Pernyataan ini diulang lagi saat di Surabaya. Menurut Jonan, dengan pengaturan yang baik, maka Bandara Juanda belum perlu membangun double runway, apalagi kalau rencana itu dilakukan dengan mengurug laut.

Jonan tahu detail. Sehingga, anak buah yang bertanya kepadanya, akan malu kalau ilmunya cuma sepotong-sepotong. Soal bandara dan runway, misalnya, dia paham sampai urusan teknis seperti PCN dan ACN, sistem untuk mengukur kekuatan permukaan landasan pesawat. PCN yaitu Pavement Classification Number dan ACN adalah Aircraft Classification Number.


Yang seru di Pelabuhan Penumpang Tanjung Perak, Surabaya. Jonan naik ke Kapal Sinabung, yang sedang sandar. Mengecek ketersediaan baju pelampung sampai sekoci dan kapal karet. Jonan minta mesin dijalankan agar sekoci bisa diturunkan. “Ini kalau mesinnya nggak nyala, sekoci tetap bisa diturunkan, tapi ngga bisa jalan ya buat apa,” kata Jonan. “Pakai dayung bisa Pak,” jawab personil dari KM Sinabung. Jonan langsung memotong, “Dayung? Orang biasa nggak akan kuat mendayung dengan ombak misalnya sampai dua meter. Itu cuma hercules yang bisa mendayung,” kata Jonan. Kelakar yang serius. Itulah kenapa, mesin sekoci harus berfungsi.
Jonan sempat bicara dengan sejumlah pimpinan dari Direktorat Hubungan Laut, pimpinan pelabuhan Tanjung Perak dan Syahbandar-nya. Sambil berdiri, Jonan mengingatkan jangan sampai ada tiket dipalsukan. “Tiket palsu itu pasti ada kerjasama dengan orang dalam. Orang dalamnya siapa, ya saya nggak tahu. Wis pokoke disikat,” tegas Jonan. Menteri juga sempat menyinggung tentang surat-surat izin usaha perkapalan. Kalau ada pelanggaran, jangan ragu untuk mencabutnya. “Pokoknya sikap saya ini kalau merah ya merah, biru ya biru. Nggak ada abu-abu,” ujarnya, keras. 

Sebelum mengakhiri kunjungan di Surabaya, Jonan mengecek Stasiun Gubeng.Jonan memuji Stasiun yang bersih. Toilet dan ruang kerja pegawai terlihat kinclong. Dia sempat naik melihat kondisi Kereta Api Sri Tanjung tujuan Purwoadi-Banyuwangi, dan menyapa salah seorang penumpang. “Umurnya berapa Bu? Oh Ibu menggunakan tiket lansia ya. Kelihatannya kok kayak umur 40 tahun,” guraunya. Di Stasiun Gubeng, Jonan menyapa banyak sekali pegawai PT KAI. Rupanya, empat tahun menjadi Dirut PT KAI, Jonan masih dianggap sebagai orang kereta api. Sampai-sampai ada penumpang yang minta foto menyebut Jonan sebagai Pak Menteri Kereta Api. Lucu. 

Secara umum, Menteri Jonan terlihat puas dengan kesiapan transportasi mudik lebaran. Arus puncak diperkirakan, terjadi H-3 dan arus balik diperkirakan sampai H+10 lebaran. “Nanti saya balik lagi. Kan ini belum arus puncaknya,” kata Jonan, di tiap tempat yang dia kunjungi. Seluruh pegawai Kemenhub dan petugas operasional di lapangan dilarang cuti. “Termasuk saya juga, supaya bisa melayani pemudik lebih baik,” katanya. Menurut Jonan, pekerjaan ini harus dianggap sebagai pilihan hidup, dan harus percaya bahwa insan transportasi adalah juga patriot. NAN

Artikel ini sudah dimuat di
Harian Rakyat Merdeka
Edisi Senin, 27 Juni 2016




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar