Sabtu, 12 November 2016

Menpora Imam Nahrawi: Pemuda Indonesia Harus Menatap Dunia



Memperingati Hari Sumpah Pemuda (HSP) bagi Menpora Imam Nahrawi bukan hanya sekadar membaca teks.  Sumpah Pemuda harus teraktualisasi dalam banyak kegiatan konstruktif demi persatuan dan kesatuan. Baik dalam bidang Kepemudaan atau Keolahragaan. Tim Rakyat Merdeka Kiki Iswara Damayanti, Ratna Susilowati, Kartika Sari, Supratman, Saiful Bahri dan Fotografer Wahyu Dwinugroho bersilaturahmi ke kantor Imam Nahrawi di kawasan Senayan, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu. Indonesia yang akan menjadi tuan rumah even akbar se-Asia yakni Asian Games 2018  dan soal PSSI termasuk yang dibahas dalam wawancara santai tersebut. Berikut petikannya.

 Menghadapi Hari Sumpah Pemuda, bagaimana cara membangkitkan semangat persatuan kesatuan pemuda? 

Belakangan ini, kita menghadapi situasi yang mengkhawatirkan. Nasionalisme, kemanusiaan, persaudaraan sedang diuji atas nama perbedaan. Di saat bersamaan, ada keinginan dari pemuda untuk menorehkan sejarah, baik individu atau kolektif, bahkan ada sebagian yang sudah menyiapkan sumpah ketiga sebagai manivestasi dari Sumpah Pemuda pertama. Ini harus dikemas, sesungguhnya ada potensi kebersamaan, persatuan, potensi budaya yang mempersatukan. Inilah yang menjadi fondasi penting dalam kehidupan ini.

Bagaimana mengelola potensi kebhinekaan tersebut?

Potensi kebhinekaan harus dipupuk sebagai citra diri bangsa. Sehingga momentum Sumpah Pemuda bukan hanya membaca teks,  tentang  satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Tapi bagaimana itu, teraktualisasi dengan baik.  Bahwa sumpah yang pernah dilakukan  anak muda hari ini, betul-betul terwujud. Dihidupkan kembali, bahwa kita meskipun berbeda tetapi tetap satu.  Dalam bahasa, nusa dan bangsa serta persaudaraan. Jika sudah diramu, tentu kita masuk pada fase yang mengagungkan yakni bonus demografi. Di saat bangsa lain rindu, Indonesia sudah punya fase tersebut. Kalau ini tidak terkelola secara baik oleh anak muda sendiri, akan menjadi kecelakaan pada momentum berikutnya.

Faktor terbesar yang mengoyak kebhinekaan kita itu apa?

Keterbukaan, karena kita terbuka maka cukup mudah menerima informasi, doktrin, ajaran, bahkan ajakan salah. Dan itu dilakukan secara massif. Contoh adanya group Whatsapp. Di sisi lain memudahkan anak muda untuk berinteraksi, tapi pada sisi lain juga, memungkinkan masuknya informasi atau doktrin-doktrin baru yang mencoba mencerabut dari akar budaya kita.

Untuk membentengi agar kebhinekaan tidak terkoyak?

Sektor keluarga penting, sekolah penting, media massa penting, pemeritah hadir. Salah satu solusinya adalah selain kegiatan keolahragaan. Kita punya 13 program kepemudaan meskipun secara kuantitatif tidak bisa menyentuh pemuda yang jumlahnya 60 juta, karena dibatasi anggaran. Kita hanya memberikan stimulant. Ada Pemuda Maritim. Pemuda Tani, Pemuda Anti Narkoba, kepemimpinan pemuda, kewirausahaan pemuda.

Bagaimana dengan program Olahraga?

Kita mencoba melakukan pendekataan lewat olahraga. Kita coba massalkan olahraga. Sepakbola misalnya. Kita putar beberapa kelompok usia se-Indonesia. Ada kelompok usia-12, usia-14, usia- 16, usia- 18 dan  mahasiswa. Termasuk liga santri nusantara kita coba gerakkan ini.

Pada tahun 2017, kita coba gerakkan dari desa. Nanti kita hidupkan kembali Liga Desa untuk 6 cabor. Sepakbola, badminton, bolavoli, sepak takraw, pencak silat dan atletik. Semua kita hidupkan kembali. Mungkin ini menjadi solusi. Saat mereka harus berolahraga bertanding, di saat bersamaan mereka sedikit lupa terhadap hal hal yang distruktif.


Pengiriman atau pertukaran pemuda antar daerah, apakah ada program tersebut?

Sampai sekarang tahun 2016,  ada 1000 anak muda yang kita kirim ke daerah. Namanya SP3. Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan. Mereka datang ke daerah, kita gaji per-bulan Rp 3,5 juta. Kita kasih modal Rp 25 juta pertahun untuk menggerakan desa. Demikian pula ada pertukaran pemuda di level provinsi atau negara yang sudah MOU.

Apakah pertukaran pemudanya dicross untuk yang di level provinsi?

Dulu seperti itu, tapi tahun 2016, kita ambil kebijakan tidak di-cross, tapi satu provinsi satu putra daerah. Dulu lintas provinsi, sekarang lintas kabupetan. Mengurangi cost, kedua mengurangi waktu adaptasi. Begitu berat anak Jakarta harus adaptasi di Papua. Butuh waktu, sementara dia harus dikejar melaksanakan tugasnya. Program ini sudah berjalan 23 tahun. Rata-rata menjadi usahawan muda. Outputnya bagus meski kami akui belum ada data yang valid yang menunjukkan pasca mereka mendapat program ini. Tapi selama setahun kita pantau. Biasanya mereka menjadi motivator terutama di bidang kewirausahaan.

Bagaimana dengan program Satu Desa, Satu Lapangan?

Itu semangatnya kita ingin berolahraga Tapi ruang hijau terbatas. Jangan kan di desa. Kota apalagi. Tetapi dalam sejarahnya, desa pasti punya inventaris lapangan. Masa kecil kita semua mengalami itu. Yang belakangan karena arus urbanisasi, akhirnya sarana itu menjadi tempat lain. Berubah fungsi, jadi sawah untuk pemenuhan perangkat desa. Jadi perumahan karena disewa. Akhirnya kita berpikir, sudah saatnya kita lakukan revitalisasi, jadi kita hanya membelikan fasililitas, karena anggaran yang terbatas. Tidak sampai kita beli lapangan. Lapangan yang sudah ada diperbaiki.

Apa itu dititipkan dari dana desa?

Bukan. Di luar itu. Ke depan, dari dana desa juga harus dialokasikan untuk olahraga. Baik itu sarana ataupun kegiatan. Kami sudah membuat MOU dengan Kemendes. Kita hanya membuat semacam guidance kalau sebuah desa lewat APBDES nya meng-anggarkan lapangan. Ada standar. Itu kita lakukan untuk untuk memenuhi kuota yang tidak imbang. Kita hanya 1000 desa pertahun. Sementara jumlah desa 74.000. Berarti 5 tahun hanya 5 ribu desa. Masih ada 69 ribu desa yang belum. Anggaran kita terbatas.

Berapa anggaran Kemenpora tahun 2016?

Sangat kecil. Tahun 2016, hanya 2,7 triliun. Kena efesiensi tinggal 2.1 triliun. Itu termasuk Asian Games. Meski dana terbatas tidak menjadi kendala dalam prestasi. Karenanya kami dorong ke dalam, bahwa APBN  itu jangan hanya menjadi dana utama, tapi itu cara kita membuka masuknya sponsor. Banyak kegiatan kita dibantu pihak ketiga, APBN hanya stimulan. Seperti liga santri. Anggarannya hanya 7 miliar. Padahal mereka habis sekitar 20 Miliar. Sisanya cari sponsor. 

Hari sumpah pemuda, apakah akan dikaitkan dengan kita menjadi tuan rumah Asian Games?

Saya sudah mengambil kebijkaan di  internal kita. Semua program internal, baik terkait olahraga pemasalan, olahraga prestasi atau kepemudaan harus dikaitkan dengan Asian Games,  karena AG ini merupakan bagian dari nation branding. Olahraga salah satu untuk mem-branding negeri ini. Yang paling monumental karena kita tuan rumah.  Semua acara termasuk Jambore Pemuda Indonesia (JPI), Sumpah Pemuda, momen  Asian Games terus digelorakkan.

Makanya semangat tema peringatan Sumpah Pemuda adalah Pemuda Indonesia Menatap Dunia. Kita ingin pemuda Indonesia sudah berpikir dunia. Saya ingin semua atlet menjadikan Asian Games dan Olimpiade sebagai ending dari pencapaian puncak prestasi.  Bukan lagi PON, apalagi Porprop atau porkab. Semua harus diarahkan ke sana. 

 Jepang begitu gencar mempromosikan Olimpiade, semua dikerahkan ke sana, apa yang akan dilakukan Kemenpora dengan Asian Games?

Saya  kira memang kebijakan besarnya adalah bagaimana semua Kementerian Lembaga menjadikan Asian Games sebagai ending untuk level kegiatan tahun periode ini. Semuanya harus diarahkan ke sana. Tapi memang harus ada, semacam peta jalan. Kira kira semua melakukan apa dalam rangka rangkaian menuju ke Asian Games

Ada kegiatan penunjang yang dilakukan Kemenpora sebelum Asian Games?

Kita menggerakkan bagaimana program-program diarahkan untuk Asian Games. Contoh nanti pada 2017, kita ingin bersepeda mulai Sabang sampai Mereuke. Kita beri nama namanya  Tour The Nusantara. Diharapkan menjadi agenda tour dunia, kemudian bisa  juga untuk mengerakkan masyarakat bersepeda. Juga untuk mengetahui konsolidasi demokrtasi kita seperti apa. Karena itu melintasi sekian provinsi, kabupaten kecamatan dan sebagainya.

Itu akan menjadi sejarah dunia, mengalahkan Tour The France?. 

Ya karena lintasnya panjang sekali. Sekarang rekor masih dipegang oleh India 14 000 KM. Kita hitung  Indonesia sekitar 17600 km. Itu rute wajibnya,  Ada juga rute sunahnya. Sulawesi atau Makasar, itu rute wajib. Tetapi ada kabupaten-kabupaten yang tidak dilalui, dari Kabupaten menyebar ke kecamatan sampai ke desa. Kita setahun penuh bersepeda.

Akan dihitung berapa Kecamatan, berapa Kabupaten,  berapa orang yang terlibat, berapa ekonomi kreatif yang hidup. Berapa acara-acara kepemudaan, berapa acara keolahragaan yang terlibat di dalam sana.  Dan kalau ini menjadi kegiatan rutin pertahun, saya kira kita akan bangkit sebagai bangsa. Lebih dari itu sehat.

Kapan mau digelorakkan, karena ini akan melibatkan sektor pariwisata juga?.

Sedang dimatangkan dengan DPR, kita usualkan Rp 50 Miliar. Tapi ini hanya stimulan. Selebihnya  kita ngajak Kementerian lain. Saya harap ketika anggaran ini muncul, maka saya akan lapor ke Presiden. Berharap ada Inpres sehingga semua kementerian terlibat. Dan ini menjadi nation branding. Tidak hanya melahirkan destinasi wisata baru, tapi orang akan  berbondong bondong ke jalan. Yang paling penting insfrastuktur terbangun. Dan akan jadi  fokus perhatian dunia.

Bagaimana dengan persiapan Asian Games 2018?

So far so good. Hanya memang masih ada kendala, terkait dengan dana broadcasting (hak siar-red) kepada Olympic Council of Asia (OCA) sebanyak 30 juta dolar AS.  Kenapa? Karena kita lagi penghematan. Kita kan ingin tanya  dana yang sudah masuk 15 juta dolar AS (sebelumnya Kemenpora sudah membayar 15 juta US dolar untuk kontrak tuan rumah Asian Games 2018-red).  Termasuk yang akan kita renegosisiasi, boleh nggak ditawar. Mereka mengiyakan, dengan syarat perusahaan perusahaan yang terlibat dalam broadcasting itu harus memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh OCA. Dan tidak banyak di negeri ini. Pasti itu, jariangan jaringan yang sudah terbangun sebelumnya. Tapi DPR memberikan dukungan, nggak usah dinego, bayar saja.  Ok asal duitnya ada.  Nanti akan kami lapor ke menteri Keuangan. Kalau duitnya ada, akan kami bayar. 

Sebegitu ketatnya standar OCA?

Standar OCA  memang ketat. Sampai-sampai  ke masalah cuaca. OCA berharap ada terobosan baru, lewat mungkin moda transportasinya. Sampai persoalan penyejuk udara harus bagus. Memang agak ribet.   Termasuk partner lokal untuk hak siar mereka yang tentukan, apakah sesuai standar  OCA atau tidak.  Jadi betul kita murni pelaksana. Sementara propertinya mereka punya. Saya baru tahu kontraknya ribet. Bukan saya tandatangan, tapi saya melaksanakan.

Bagaimana dengan dukungan transportasi, seperti MRT ?

Pada 2017 akan kita lihat apa MRT sudah siap, apakah Bandara Palembang siap, rekayasa Gelora Bung Karno apakah siap. Semuanya nanti di bulan November 2017. Nanti pada akhir 2007 akan ada test even. Dulu namanya ada Asian Youth Games sebelum Asian Games digelar yang akan mempertandingkan cabang olahraga untuk remaja, tetapi Asian Youth Games ini menjadi formal. Harus ada openingclossing, sehingga dana kita habis untuk itu. Makanya cukup saja, test even beberapa cabor. Di pertandingkan, tapi tidak ada seremonial. Dalam rentang waktu setahun akan ada kesempatan evaluasi. Apakah menurut OCA, venue venue yang sudah direnovasi ini memenuhi standar atau tidak untuk ditempati Asian Games.  Akan diverikasi. Mereka perempatbulan memperivikasi. Nanti November 17 akan ada koordinasi lagi  mereka.

Siapa penangungjawab pembangunan, restorasi dan rehabilitasi venue?

Kita beruntung, karena Presiden setahun lalu, sudah memutuskan bahwa untuk perbaikan renovasi pembangunan itu kewenangan kementerian PU. Sementara kami sudah terlanjur mendapat anggaran renovasi GBK sebanyak Rp 500 miliar, nah ini yang dibahas di oleh DPR. Mestinya untuk renovasi, tapi kami ubah ke kegiatan. Soal venue, kami memberi guidance terkait standart masing masing cabor, misalnya harus ada ruang transit. 

Bagaimana dengan arahan Presiden Jokowi?

Presiden sangat perhatian sekali. Minimal sebulan sekali saya lapor, bahkan sering setengah bulan sekali atau seminggu sekali. Kita sering diskusi. Inikan momentum yang tidak mungkin datang dalam 10 atau 20 tahun . Terakhir kita menjadi tuan rumah pada tahun 1962.

Apakah dengan pengurangan anggaran berpengeruh kepada program-program di Kemenpora?

Tidak,  karena kita melakukan banyak efesiensi di sektor yang tidak  berakibat langsung pada masyarakat. Seperti  perjalanan dinas, rakor-rakor atau rapat rapat.  Kita kurangi besar-besaran. Dulu kalau ada kegiatan di luar negeri melibatkan banyak orang. Saya ambil contoh saat Olimpiade kemarin, pasti romobongan besar. Kemarin rombongan, mestinya 40 orang, jadi hanya 9 orang. Termasuk pengurangan penginapan. Saat saya tidur di Bandara, hahahah, saya kecepean memang.  Saya kan nggak bisa nahan kalau ngantuk. Kopi bukan obat. Obatnya ya tidur.

Soal PSSI, apa tanggapan perihal konggres nanti?

Ya ini  momentum yang tidak boleh terlewatkan, pemerintah punya  konsen, semua insan sepakbola tanah air punya konsen untuk berubah ke arah yang kebih baik. Kata kata perubahan yang lebih baik ini harus dikawal dengan baik, oleh orang yang baik yang punya niat yang baik, untuk menghasilkan prestasi yang baik.

Karena itu kita berharap betul, sepakbola yang sesungguhnya kalau dikemas secara profesional atau baik, maka akan melahirkan industri  yang baik. Akan melahirkan atlet atau sepakbola yang baik, karena tidak ada penangguhan gaji. Akan menghasilkan prestasi yang baik karena tidak dinegoisasi atas nama kepentingan klubnya. Dan tentu akan melahirkan kebanggaan nasional.

Bagaimana persoalan suporter sepakbola yang selalu menjadi perhatian kalau ada pertandingan?

Kita minta tidak lagi fanatik buta antarsuporter. Kita berharap semua ini dikelola oleh orang-orang yang baik, yang mengerti tentang keinginan suporter yang bisa hidup berdampingan antar satu sama lain. Hari  ini, kita memang mengalami situasi yang merisaukan, kalau Persib main di Jakarta, pasti  harus izin dulu pada Jakmania. Sudah ijin masih ada aja masalah.  Ketika Bonek bertemu Arema, luar biasa. Tidak menggambarkan sebuah persatuan dan persaudaan nasional, yang ada hanyalah saling mengancam. Itu harus disudahi. 

Bagaimana caranya?

Caranya harus ada regulasi yang ketat, kuat, tegas, tega dan berani. Siapapun yang menyinggung tentang kemanusiaan, harus diambil tindakan tegas, pertandingan berikutnya tidak ada suporter. Ini butuh orang yang berani dan tegas.

Artikel ini sudah dimuat di Edisi Khusus Sumpah Pemuda Jumat, 28 Oktober 2016


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar